ADEL's POV
Aku tidak tau ada apa dengan Edward. Tadi ketika aku bangkit karena menahan malu ia telah menciumku, ia menjerit kesakitan setelah itu ia terjatuh sampai pingsan. Saat ini aku sudah ada dirumah sakit, kebetulan supir pribadi Edward masih berada di lingkungan sekitar apartemen milik Edward, jadi tidak membutuhkan waktu lama untuk segera membawanya ke rumah sakit.
Aku khawatir, takut dan seperti ingin menangis, ini adalah kesekian kalinya aku melihat seseorang yang aku sayangi seperti ini. Aku hanya bisa bolak balik di luar UGD. Sudah sejam lebih Edward diperiksa di ruangan itu. Entah sakit apa Edward.
Aku tidak pernah melihatnya seperti itu belakangan ini. Ini membuat cemasku bertambah serta pikiran - pikiran negatif ku tentangnya terus berdengung didalam pikiran.
Cklek...
Pintu ruangan itu terbuka. Menampakkan seorang dokter paruh baya keluar dari ruangan. Mencari sosok yang bisa dipercaya sebagai wali dari Edward.
"s-saya sekretaris Pak Edward, dok." kataku.
"baiklah, ikut saya ke ruangan." kata sang dokter.
Dokter pun berjalan menuju ke ruangannya dan diikuti olehku. Aku meremas bajuku kuat - kuat. Aku menahan tangisku agar tidak pecah. Jangan sampai aku membuat orang - orang cemas.
Aku duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi dokter.
"sebelumnya, perkenalkan nama saya Rio." katanya memperkenalkan dirinya.
"saya Adelia, sekretaris Pak Edward." kataku.
"oh baiklah. Sebelumnya saya ingin bertanya, apakah pak Edward pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya?" tanya dokter Rio.
"sejauh saya mengenalnya, saya belum pernah melihatnya mengalami pingsan seperti ini." kataku menjelaskan.
"baik. hasil diagnosa sementara atas apa yang saya periksa tadi, pak Edward mengalami gastritis atau radang lambung." katanya menjelaskan.
Deg
Sejak kapan Edward? sejak kapan kau seperti ini? Kau tau? Aku menangis didalam batinku. Hatiku menjerit. Asal kau tau Edward, aku mencintaimu sudah beberapa bulan ini. Mengapa Tuhan berbuat seperti ini ketika aku baru merasakan bahagia dekat dengan seseorang yang aku cintai.
Airmataku menetes membasahi pipi. Lalu dokter menjelaskan bahwa penyakit Edward masih bisa ditangani dan bisa disembuhkan asal sering konsultasi serta mengikuti himbauan dari dokter.
Aku hanya menanggapinya dengan anggukan, setelah itu dokter mempersilahkanku untuk keluar dan di luar sudah ada perawat yang akan menunjukkan ruang rawat Edward.
Aku berjalan lemas sampai tidak sadar aku sudah berada dihadapannya. Edward. Ia terbaring lemah di tangannya ada selang panjang untuk mengalirkan cairan infus ke tubuhnya. Laki - laki yang terlihat tegar dan kuat ternyata bisa sakit. Aku tersenyum getir. Lalu, ku genggam tangannya dan duduk disampingnya setelah aku sempat mencium keningnya cukup lama.
"Edward, aku disini. Entah sekarang kau anggap aku apa, yang jelas aku akan menemanimu sampai kau sembuh. Kau harus semangat ya, Edward." kataku pelan.
Rasa ngantukku ternyata menyelimuti, sampai akhirnya aku tertidur.
Beberapa Jam Kemudian...
Aku melihatnya tersenyum. Ia menatapku dengan sangat hangat. Tatapan yang tidak pernah aku dapatkan. Kemudian, ia menghampiriku dan memelukku sangat erat. Aroma maskulin ditubuhnya membuatku betah berlama - lama.
"Adel, kau harus baik - baik saja disini. Aku tau bahwa kau mampu untuk berdiri tegak walaupun tidak bersama ku. Aku yakin kau adalah wanita yang kuat bukan? Aku percaya kau bisa menghadapi semuanya. Aku sudah harus pergi, sudah waktunya aku pergi. Kau baik - baik disini bersamanya ya. Aku mencintaimu seperti apapun kamu." katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Handsome Daddy
RandomHari ini, sungguh melelahkan. Pekerjaan hanya membuat saya lelah dan ingin segera merebahkan badan di kamar. Hm, mungkin ditambah cuddle dengan baby girl saya. Langkah kaki saya sudah sampai didepan pintu apartemen saya. Lalu, saya tekankan bel apar...