30. Dua Sisi Dion

369 46 8
                                    


Aina dibuat meradang dengan ulah Bondan yang membatalkan rencana mengajak gadis itu untuk pergi bersama, alias memberi tumpangan ketika hendak menghadiri acara di cafe milik orang tua Sabang.

Bagaimana tidak marah coba, jika sang pemberi janji malah mengingkari hal itu dengan seenak jidat.

Aina bahkan sudah menunggu Bondan kurang lebih tiga puluh menit. Namun hasilnya justru zonk, cowok itu membatalkan ajakannya begitu saja.

"Sialan emang, lain kali gue nggak bakal percaya sama si Bondan itu!" sungut Aina setelah keluar dari taksi.

Hanya bermodalkan satu alamat serta tampang percaya diri, akhirnya Aina berhasil tiba di tempat yang Sabang maksud walau mulutnya masih sibuk menggerutu.

To : Kak Sabang

Kak, aku udah di depan nih. Ngga ada niatan kasih sambutan atau jemput aku gitu?

Awalnya sih Aina merasa percaya diri, namun saat sudah tiba.. gadis itu mulai menyadari jika telah banyak orang yang berada di cafe tersebut.

Aina bahkan dibuat kebingungan sendiri hingga tidak sadar jika keterdiaman nya di pinggir jalan tanpa seorang teman, menjadi sorotan beberapa orang yang berlalu lalang.

Ya, sekarang Aina tengah merasakannya. Merasa kesepian, malu sambil menunduk seperti seorang anak kecil yang menunggu jemputan dari orang tuanya. Sialan.

Makanya Aina tadi mencoba memberi pesan singkat untuk Sabang, setelah nomor ponsel cowok itu ia simpan dua hari yang lalu.

From : Kak Sabang

Otw

Bukan bermaksud menyusahkan orang lain atau sengaja agar Sabang mau bergerak aktif.

Hanya saja Aina tidak cukup nyali untuk mendongak sembari melihat orang asing yang terkadang membuatnya menunduk lantaran takut dengan sorot mata yang mengarah padanya.

"Ngapain ngelamun di sini?"

Aina telonjak saat mendengar suara yang tiba-tiba saja berhasil mengagetkannya.

Ia reflek menoleh bersamaan dengan gerakan tangannya yang menabok lengan Sabang karena muncul secara tiba-tiba.

"Bilangin sama sahabat kamu tuh, kalau udah ada janji sama orang jangan diingkari!" protes Aina seraya menekannya kata sahabat.

"Bondan?"

"Ya siapa lagi kalau bukan dia."

"Emang dia bikin janji sama siapa?"

Aina mendengus singkat sebelum langkah kaki yang tadi sudah beranjak dari pinggir jalan mendadak berhenti diiringi badannya yang berbalik untuk mengarah ke Sabang.

"Sama aku! Dia udah bilang mau berangkat sama aku, tapi nyatanya udah duluan sama Fina! Kan, ngeselin!"

"Kenapa lo nggak bilang gue? Tahu gitu kan, bisa gue jemput."

Telat. Semuanya sudah terlambat karena ulah Bondan yang membuat otak Aina mendadak berhenti dan sama sekali tidak ada pikiran untuk memberi tahu Sabang soal ini.

Bahkan saat ia memesan taksi online saja, tangannya sedikit gemetar karena takut acara sudah dimulai.

Se-panik itu, Aina pun tidak mengerti dengan keadaan hatinya. Entah mengapa akhir-akhir ini ia terlalu bersemangat ketika akan bertemu dengan Sabang.

Mungkin itu salah satu efek yang diterima seseorang saat tengah jatuh cinta. Eh.

"Kakak ipar!" teriak seseorang yang langsung membuat kedua muda mudi yang saling bertatapan itu mengarah ke sumber suara.

Sticky Note [TERBIT]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang