Maaf kalau terlalu pendek, karena aku pengin buat cerita yang nggak terlalu panjang per bab-nya. Hehe..
-----
Niat Aina mengajak Fina makan siang di cafe langganannya sebenarnya hanya untuk formalitas belaka agar terlihat seperti anak muda kekinian.Nongkrong bersama teman di tempat kaum milenial, bergaya serta berdandan rapi walau hanya membeli satu gelas minuman saja.
Bukan hanya Aina yang memiliki pemikiran seperti itu, namun Fina juga sempat berpikir demikian sebelum keterdiamannya saat duduk terusik oleh pelototan mata Aina yang seakan menyuruh Fina untuk menghadap ke belakang.
Fina jelas bingung, ia tengah bersantai sembari menikmati minuman yang berada di depannya, namun Aina justru meracau dengan menyebut nama orang asing dengan suara begitu rendah.
"Fina.. lihat belakang lo, ada Kak Mahardika," bisik Aina sembari berusaha menunduk, mengalihkan pandangannya agar tidak bertubrukan dengan mata tajam pemuda yang kemarin sempat ia temui.
Aina masih belum bisa menetralkan napasnya ketika kembali melihat cowok itu. Bahkan nama akun Instagram yang menghubunginya kemarin, masih amat teringat dibenaknya.
Makanya, Aina masih ingat dengan nama pemuda itu ... walaupun kemarin dirinya tidak sempat menyebut nama panggilannya ataupun nama terang.
"Apaan sih, Na?" tanya Fina kebingungan.
"Itu, lihat belakang."
Fina mengerutkan keningnya, bingung tatkala Aina tiba-tiba saja bergerak gelisah. Ia pikir gadis itu tengah mendapat berita buruk dari kerabatnya.
Namun, hal yang tidak terduga datang setelah Fina membalikkan tubuhnya. Gadis itu melihat adanya dua cowok yang duduk saling berhadapan sembari mengobrol santai.
"Itu kan, cowok yang motornya---"
"Shut up! Kita cabut dari sini!" potong Aina cepat seraya menarik tangan Fina untuk menjauh dari tempat itu.
Ia tidak bisa jika harus bertemu dengan cowok itu lagi. Mau ditaruh mana wajahnya jika tadi mata mereka tidak sengaja bertatapan? Apa yang hendak Aina katakan, selain menahan rasa malu?
Ah, Aina tidak bisa membayangkan jika cowok itu melihatnya berada di sana.
Bisa-bisa, sticky note yang Aina tempel pada motor tempo hari menjadi bahasan lagi. Aina akan menjawab apa?
Apa dia harus jujur kalau itu salah tempel? Namun apakah dia percaya begitu saja dengan Aina yang sudah menuliskan your secret admirer di kertas tersebut?
"Na, pelan-pelan aja kali. Dia nggak bakal ngejar kita, kecuali kalau matanya jeli."
"Ya jaga-jaga aja kalau nanti dia---"
"AINA!"
Kompak, Aina dan juga Fina terdiam karena teriakan yang mereka dengar barusan.
Ucapan Aina bahkan menggantung kala suara yang menghantuinya akhir-akhir ini menjadi kenyataan setelah bibirnya tidak bisa mengatup dengan sempurna ketika menyadari sosok cowok yang berusaha ia hindari, berlari kecil ke arahnya.
Baik Aina maupun Fina, tidak bisa berkata apa-apa lagi selain saling pandang dengan menelan ludah masing-masing.
"Dia pasti mau ngejar kita, Fin."
"Ngejar kita?"
"Kita lari aja, ayo!" Secepat kilat, Aina segera menyeret tangan Fina lagi, walau teriakan yang ada di belakang mereka kembali bersuara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Note [TERBIT]✅
Teen Fiction[TELAH TERBIT] Gara-gara satu sticky note yang tertempel di motornya pada hari Senin, membuat Sabang beranggapan jika dirinya memiliki seorang pengagum rahasia. Bukannya ingin menyombongkan diri atau apalah itu ... tapi sudah sangat jelas jika di...