Menjadi mata-mata yang ditugaskan mencari tahu siapakah orang yang sudah menempelkan sticky note di motor Sabang, memang tidak mudah.Bondan harus menajamkan penglihatan agar matanya tak mengabur kala melihat adanya kejanggalan di parkiran.
Sejak sepuluh menit setelah bel istirahat berbunyi, selepas dari kantin ... Sabang memiliki rencana untuk memantau situasi parkiran.
Apakah ada seseorang yang diam-diam mengunjungi tempat tersebut di saat jam luang seperti ini. Atau mungkin, Sabang saja yang terlalu berlebihan hingga menyuruh Bondan untuk datang ke parkiran. Sendirian.
Ingat itu, sendirian.
Sabang sang pembuat rencana, namun dia tidak ikut serta? Wah, kacau.
Bukan, bukan seperti itu. Sabang ingin memantau langsung situasi parkiran saat ini. Akan tetapi, tugas yang berada di ruang OSIS sudah menggunung, menunggu untuk diselesaikan dan segera terkonfirmasi oleh kepala sekolah.
From : Bondan
Gue udah berdiri di sini dari tadi, tapi nggak lihat satu orang pun yang datang.
Sabang membaca pesan tersebut setelah kertas yang lumayan menumpuk tadi berhasil ia koreksi dan tengah diperbaiki oleh yang bertugas.
"Kalau capek nggak usah dilanjut Ra, biar pengurus yang lain," ucap Sabang saat hendak bangkit berdiri, menghampiri temannya yang terlihat begitu lesu ketika menghadapi beberapa laporan.
"Kalau ditunda, nggak bakal bisa selesai."
"Bisa kok, gue nyuruh Riski sama yang lain buat kesini. Dan lo bisa istirahat dulu."
Mera---teman satu kelas hingga menjadi rekan di satu organisasi Sabang itupun lantas mengangguk, menuruti apa yang pemuda di hadapannya katakan.
Jika menjadi wakil ketua saja sibuknya minta ampun, lalu ... apakah sang ketua lebih sibuk dibandingkan pengurus yang lain?
Sebenarnya iya, namun lain hal dengan ini. Sejak tadi, Sabang sudah berusaha untuk menghubungi Edo, supaya cepat datang ke ruangan dan membantu menyelesaikan beberapa laporan yang kemungkinan masih terselip tanda sukar.
"Lo kemana aja, Do?" Sabang mendongak kala langkah kakinya menggiring dirinya untuk keluar.
Ia tidak sengaja bertemu Edo di depan ruangan, dan yang Sabang bisa lihat sekarang ... tampilan pemuda itu yang acak-acakan.
"Gila Bang, gue hampir aja mati gara-gara dikeroyok."
Tuh kan, sudah bisa ditebak dari penampilannya, jika Edo baru saja ikut aksi tawuran.
"Nggak usah banyak tingkah, dan urusin pengurus yang lain!"
"Jangan salah Bang, urusan gue hari ini udah selesai. Anak sekolah sebelah, udah gue habisin."
Sepertinya, Edo mabuk. Sabang tidak sekadar menebak, ia tahu bagaimana kelakuan rekannya satu ini. Bahkan sangat jelas ketika ucapan ngelantur dari pemuda itu keluar dan jangan lupakan pula bau menyengat yang sedari tadi sudah tercium.
"Gue harus apa, Bang? Kasih gue tugas, lo kan, ketua OSIS."
Ketua dari mana? Bukankah yang harusnya bertanggung jawab adalah Edo? Mengapa harus Sabang?
"Gue kasih lo tugas."
"Apa?"
"Pergi dari sini, kalau perlu bolos aja."
Kali ini saja, Sabang tidak akan mengulangi hal serupa. Ia tidak mau lagi menyuruh orang untuk meninggalkan sekolah. Cukup, hanya Edo saja yang ia suruh pergi. Karena adanya hal ini, bisa berdampak pada organisasinya nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sticky Note [TERBIT]✅
Novela Juvenil[TELAH TERBIT] Gara-gara satu sticky note yang tertempel di motornya pada hari Senin, membuat Sabang beranggapan jika dirinya memiliki seorang pengagum rahasia. Bukannya ingin menyombongkan diri atau apalah itu ... tapi sudah sangat jelas jika di...