5.5

1.5K 269 17
                                    

Juyeon masih setia menunggu Hyunjae bangun. Wajah murungnya terlihat begitu kentara saat sedang memperhatikan bagaimana keadaan sang Kakak saat ini.

Tubuhnya penuh dengan keringat sehingga Juyeon harus selalu sedia kain ditangannya untuk mengusap peluh di wajah tampan Kakak tirinya itu dan untuk sekedar mengompres dahi Hyunjae yang terasa hangat ditangannya.

"Permisi!"

Sontak Juyeon bergidik dan langsung beranjak bangun dari tempat duduknya. Kepalanya langsung tertunduk begitu Younghoon sepertinya memperhatikannya dengan begitu lekat dengan mata tajamnya.

Awalnya Younghoon memang mengabaikan kabar tentang sahabatnya yang sakit ini. Hyunjae bukanlah orang yang nantinya akan mengenang segala kebaikan yang dilakukan olehnya suatu saat nanti, jadi bukan urusan Younghoon untuk mengurusinya.

Namun, dia cukup terkejut ketika suara lain memberi sahutan dari panggilan yang ia pikir adalah Hyunjae. Younghoon tanpa berpikir panjang langsung meninggalkan circle-nya yang sebelumnya telah mengajaknya untuk berkumpul terlebih dahulu.

Younghoon tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya ketika tau ternyata Juyeon tidak membencinya setelah aksi kurang ajar yang ia lakukan terhadap lelaki itu tempo hari.

"Gue bawain dia obat sesuai yang lo minta tadi," ujarnya sambil melangkah mendekat ke arah Juyeon dan langsung menyerahkan sebuah plastik berwarna hitam kepada yang lebih muda.

Juyeon termangu. Tanpa berkata apa-apa lantas mengambilnya dari tangan Younghoon dengan ekspresi polosnya. Matanya dengan penasaran memperhatikan beberapa bungkus obat yang sebenarnya ia sendiri tidak tau akan apa saja nama dan fungsinya.

Melupakan keberadaan Younghoon yang sekarang sedang memperhatikannya sembari tersenyum tipis, "Itu obat sama patch penurun panas."

Mulut yang lebih muda membulat, paham akan ucapan Younghoon. Kemudian, ia meletakkan plastik tersebut ke atas meja dan memberanikan diri untuk menatap Younghoon.

"Udah berapa lama Hyunjae tidur?" Tanya Younghoon memecah keheningan. Ia mengalihkan tatapannya ke arah Hyunjae sekilas sebelum kembali menatap Juyeon yang ikut memperhatikan sang Kakak dengan wajah murungnya.

"Nggak tau, pas Juju masuk ke kamar tadi pagi sampai sekarang Kak Hyunjae belum juga bangun," jawabnya pelan dengan suara bergetar.

Kekhawatirannya pada kondisi Hyunjae membuat Juyeon berusaha sebisa mungkin menahan tangisannya. Ia tidak mau melihat Hyunjae terbaring tidak berdaya seperti ini. Ia lebih suka jika sang Kakak mencurahkan emosi seperti biasa alih-alih terlihat sakit layaknya sekarang. Juyeon seperti bisa merasakan akan apa yang saat ini dirasakan oleh Hyunjae.

"Ngomong-ngomong, lo tau nomor gue di ponsel Hyunjae itu berarti lo juga tau nama gue?" Tanya Younghoon dengan nada ragu.

Yang lebih muda menoleh sambil mengangguk kecil, "Di daftar kontak Kak Hyunjae cuman ada dua orang, Juju tau pas denger Kak Hyunjae manggil nama Kakak dulu."

Younghoon tanpa sadar mengangguk akan jawaban Juyeon tadi. Dua orang yang dimaksud Juyeon mungkin adalah dirinya dan Sangyeon. Ia sendiri tau jika memang Hyunjae tidak pernah menyimpan nomor orang yang dirasa tidak sedekat itu dengannya.

"Gue malah nggak tau lo siapa," ucap Younghoon tiba-tiba. Mata kucing itu meresponnya dengan sorot layaknya anak kucing, disertai sebuah senyuman lebar di wajah manisnya. Membuat Younghoon sempat dibuat tertegun sejenak.

"Lee Juyeon, Kak!" Serunya dengan wajah ceria. Younghoon lantas mengalihkan tatapannya kepada Hyunjae kembali. Meskipun sebenarnya letak perhatiannya saat ini adalah bagaimana cara Juyeon meresponnya tadi.

Ia punya banyak sekali pertanyaan yang berhubungan dengan Juyeon. Melihat si manis perlahan mulai membuka diri membuat Younghoon punya sedikit harapan untuk sekedar menyelami lebih jauh akan kehidupan sosok yang selama ini disembunyikan keberadaannya oleh Hyunjae, entah dengan alasan apa.

Sosok Juyeon ternyata cukup membuatnya penasaran.

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang