11.5

2.4K 235 119
                                    

Kerasnya suara tangisan Juyeon nyatanya mampu bersaing dengan berisiknya suara hujan yang turun saat ini. Hyunjae sama-sama tidak menyukai itu, terutama mengingat jika alasan mengapa Juyeon nampak begitu terpukul kali ini hanya karena Younghoon mati meskipun bukan ia pelakunya.

Betapa mengenaskannya Juyeon saat ini. Berbeda dengan reaksi yang ia berikan saat menerima berbagai jenis penganiayaan oleh Hyunjae, Juyeon justru begitu menderita setelah melihat Younghoon terjatuh dari atas gedung rumah sakit lewat mata kepalanya sendiri. Membuat trauma mendalam membekas di hati kecilnya yang rapuh.

Hyunjae mencibir. Memang apa spesialnya Younghoon?

"Nggak usah nangisin dia," Hyunjae berujar kesal sembari menarik surai Juyeon yang sedang terduduk dibawahnya. "Walaupun lo nangis darah juga dia nggak akan hidup lagi, ngerti?"

"Nggak ... Kak Younghoon ... masih hidup!" Juyeon masih bersikeras dengan suara tingginya.

"Lo ikut gue turun ke bawah sekarang biar lo liat gimana penampakan orang yang lo anggep masih hidup itu!"

Tangannya kembali menjadi sasaran dari tarikan kuat Hyunjae. Momen hujan deras sekarang dimanfaatkan dengan baik oleh Hyunjae untuk menuntaskan semua urusan yang selama ini mengganggu untuknya. Keadaan yang sepi benar-benar menjadi sebuah keberuntungan tersendiri bagi sosok beralis tajam tersebut.

Upaya melepaskan diri dari genggaman erat Hyunjae, Juyeon lakukan berkali-kali. Nihil. Yang Juyeon rasakan sekarang hanyalah sakit yang bahkan mungkin setara dengan rasa sakit yang mendera penderita patah tulang. Hyunjae tidak main-main dengan ancamannya. Lelaki itu tidak akan membuang waktu untuk bermain-main sementara yang membuatnya puas hanyalah menyakiti siapapun orang yang dia benci sampai kalau perlu orang tersebut mati ditangannya.

Juyeon lelah, Juyeon ingin berhenti dari ini semua. Dia ingin melarikan diri, bahkan terpikir ide untuk menggantikan posisi Younghoon waktu itu. Selama ini Juyeon mencoba untuk bertahan menyikapi semua ulah kasar Hyunjae kepadanya dengan berharap agar lelaki itu cepat sadar akan kesalahannya, namun apa? Hyunjae tidak akan berubah. Ia akan tetap sama seperti sebelumnya. Egois sudah menjadi sikap yang paling sulit untuk dilepas dari identitasnya.

"See? Udah banyak orang yang ngerubungin dia, masih yakin dia masih hidup?" Hyunjae bergumam dengan nada kecewa yang dibuat-buat. "Maaf, gue nggak bisa penuhi keinginan lo buat liat gimana rupa pangeran lo setelah jatuh dari rooftop," ujarnya sambil tersenyum sinis.

Juyeon kembali dipaksa berjalan ke arah parkiran. Hyunjae memaksa agar ia bisa masuk ke dalam mobil tanpa plat nomor kendaraan tersebut dengan secepat mungkin. Dengan bodohnya, Juyeon menurut saja. Bahkan tidak mengajukan protes ketika sang kakak tiri mengunci otomatis semua akses keluar mobil.

Mobil berjalan tanpa adanya seorangpun yang berbicara. Juyeon mengatupkan bibirnya dengan rapat. Sisa air mata yang mengering menjadi bukti betapa ia sudah tidak kuasa lagi untuk mengeluarkan air dari matanya yang bengkak. Juyeon terlihat begitu kacau sekarang dan Hyunjae teramat sangat menyukai hal itu.

Hujan semakin deras disertai embun yang mengotori kaca mobil menjadi sebuah penghalang bagi Hyunjae untuk melihat bagaimana keadaan dari depan mobil sekarang. Windscreen wiper di mobilnya seperti sudah tidak berfungsi lagi lantaran baru sedetik diseka, rintik hujan justru kembali mengotori kaca mobil yang dikendarainya dalam sekejap mata.

"Bajingan! Kenapa harus pakai hujan segala sih, anjing?!"

Hyunjae mendesis geram. Sebegitu sulitnya untuk melihat pemandangan diluar akibat kaca yang kotor akan hujan dan disertai dengan jalan yang terbilang sangat licin membuat ia tidak sengaja membanting stir-nya ke samping. Membuat mobil tersebut sepertinya menabrak jalur pembatas jalan raya dan langsung berhenti ketika bertabrakan begitu keras dengan sebuah pohon tua ditepian jalan.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang