7.0

1.5K 260 38
                                    

"Ngomong-ngomong, Ju—" Younghoon awalnya ingin bertanya lagi tentang sesuatu kepada Juyeon. Namun, ketika tiba-tiba sebuah cangkir berisikan minuman jeruk yang Juyeon berikan kepadanya saat ini membuat Younghoon sedikit dibuat mendengus sambil perlahan mengambil cangkir tersebut dan meminumnya hanya sekali tegukan.

Younghoon masih terbilang penasaran berkenaan dengan pertanyaan yang tadi mau ia sampaikan kepada yang lebih muda. "Luka di leher lo itu bekas cekikan Hyunjae?"

Juyeon sontak berjengit. Seketika ia tanpa sadar menyentuh lehernya sendiri. Alih-alih menjawab, Juyeon justru mengunci rapat-rapat mulutnya. Seakan tidak berniat untuk menjawabnya sama sekali.

"Ini gara-gara kejadian kemaren, 'kan?" Younghoon kembali bertanya, lebih tepatnya menerka akan apa yang sebenarnya terjadi. Tanpa sengaja Younghoon justru teringat kembali akan apa yang semalam ia lakukan kepada Juyeon sehingga lelaki itu terkena imbas akan ulahnya kemarin.

Juyeon tetap saja diam. Bahkan ketika Younghoon mengulurkan tangannya untuk menyentuh bagian lehernya menggunakan jemarinya yang panjang tersebut, Juyeon masih tetap tidak bergeming. Ia justru hanya menundukkan kepalanya. Tanpa sengaja pegangannya pada ujung cangkir terlepas sehingga membuat cangkir itu jatuh ke lantai dan hampir saja ujung pecahannya tersebut mengenai kakinya.

Awalnya Younghoon memang bisa dibilang terkejut akan suara nyaring dari pecahan cangkir tersebut. Bahkan Younghoon belum menyentuhnya seujung jari pun, namun Juyeon sepertinya terlalu asing dengan sentuhan orang lain. Ia mungkin terbiasa dengan sentuhan kasar Hyunjae yang kerap kali menyiksanya sehingga lama-kelamaan Juyeon mulai lupa jika tidak semua orang ringan tangan dalam makna yang negatif, seperti Kakak tirinya.

Tapi, seperti yang Juyeon sekarang lakukan. Ia nampak abai dengan pecahan cangkir tersebut. Younghoon kembali melanjutkan niatnya untuk menyentuh leher yang terluka tadi. Bekasnya belum diobati dan Younghoon berniat untuk sekedar mengeceknya untuk mencari tau seberapa kuat Hyunjae mencekiknya sshingga membuat bekas tersebut terlihat begitu jelas dimatanya.

Namun, sebelum Younghoon sempat menyentuhnya. Sebuah benda melayang hampir mengenai wajahnya. Younghoon terkesan tenang, meskipun ia lumayan dibuat terkejut saat tau fakta jika benda yang melayang itu adalah sebuah pisau buah yang kini telah menancap tepat di pintu lemari penyimpanan piring.

Juyeon sendiri langsung jatuh terduduk. Mata kucingnya tidak sengaja melihat Hyunjae saat ini berdiri dengan satu tangan yang ia tumpu di atas meja makan. Walaupun lebih kentara dengan rasa takut, Juyeon tidak bisa membohongi perasaannya sendiri ketika tau jika Hyunjae sudah sadar dari tidurnya. Ia sangat dibuat bersyukur mengenai hal itu.

"Siapa yang nyuruh lo ke sini?" tanya Hyunjae dengan suaranya yang terdengar parau.

Younghoon beralih menatap Juyeon yang sekarang tengah menggigit bibirnya sendiri. Meskipun pertanyaan tersebut tertuju kepadanya, tetapi, tubuh yang lebih muda terlihat bergetar.

"Gue sendiri yang inisiatif dateng buat nemuin lo," jawab Younghoon sambil menaruh cangkir minumannya di atas pantries dan perlahan menyilangkan kedua tangannnya di atas dada. "Pas banget ternyata lo lagi sakit."

Yang namanya Hyunjae tentu saja tidak semudah itu untuk mempercayai ucapan Younghoon tadi. Sejak kapan lelaki bertubuh jangkung itu peduli kepadanya seperti ini sehingga mau bersusah-payah menemuinya tanpa maksud apapun?

Ketika menyadari ada Juyeon yang sekarang sedang terduduk di atas lantai sembari mengambil pecahan cangkir yang tadi membuatnya terbangun, barulah Hyunjae sadar tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini.

"Pinter banget nyari alesan. Lo liat sekarang gue udah baik-baik aja? Pergi lo, sekarang!" usir Hyunjae dengan nada sarkasnya. Mau tak mau Younghoon harus pergi meskipun ia masih ingin berada disini dan menemani Juyeon untuk waktu yang lama. Pemuda itu perlahan beranjak keluar dari rumah temannya itu.

Hyunjae beralih menatap Juyeon kembali yang saat ini sedang berusaha mengalihkan kontak mata dengannya. Lelaki itu tanpa aba-aba langsung menginjak tangan Juyeon yang tadi digunakan untuk mengambil pecahan kaca sehingga membuat ujung tangannya menekan pecahan itu. Juyeon meringis ketika dirasa beberapa tetesan darah mulai keluar dari tangannya yang terluka.

"Lo kan, yang nyuruh dia ke sini?!"

Juyeon mengangguk pelan, "Maaf ..."

Manik matanya mulai redup seiring dengan air mata yang sudah menggenangi pelupuk matanya. Juyeon tidak ingin berbohong kepada Hyunjae. Kakak tirinya itu akan semakin membencinya jika Juyeon menambah kesalahan dengan berbohong dengannya.

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang