9.5

1.5K 223 25
                                    

Juyeon tidak ingin mendengarkan semua perkataan Hyunjae barusan. Kepalanya terasa berat. Mata bengkaknya berusaha untuk terbuka, namun nihil. Ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya yang terasa semakin lemah dari waktu ke waktu dan rasa panas dibadannya menimbulkan rasa sakit di sekujur tubuhnya sebagai efek samping.

Juyeon tidak kuasa lagi menahan kesadarannya. Nafas teraturnya tadi kemudian kembali memburu sesaat sebelum Hyunjae berniat ingin melancarkan aksi pelecehannya kembali. Juyeon sedang tidak dalam kondisi yang sehat seperti biasa, tapi Hyunjae jelas terlalu sibuk untuk memedulikan itu.

Lagipula, tujuan awalnya memang untuk membuat seorang Lee Juyeon menderita seperti apa yang dulu ia rasakan ketika keluarganya hancur begitu saja dan sang Ayah yang semakin terasa menjauh dari hidupnya.

Tetapi, mengapa Hyunjae justru merasa tidak puas dengan hal ini sekarang? Apa kepuasannya akan muncul hanya saat Juyeon telah benar-benar pergi dari dunia ini untuk selamanya juga seperti keluarganya itu?

Keduanya sama-sama tenggelam pada benak masing-masing. Memikirkan dua hal yang berlawanan dengan posisi yang masih saling duduk berhadapan. Hyunjae kehilangan cahaya di sorot matanya. Obsidian tajam itu seketika kosong begitu kepala Juyeon jatuh dibahunya tanpa mendahulukan permisi.

Si manis kembali pingsan.

Keadaan sulit seperti sedang menimpa kehidupan Hyunjae. Penghalang rumit yang diciptakan oleh egonya sendiri menghancurkan segala alur yang ada. Hyunjae jelas akan marah jika seseorang membahas perihal 'karma' karena ia sendiri merasakan jika kata itu tiba-tiba hadir dipikirannya.

Dendam dan amarah senantiasa hadir guna menampik semua pemikiran konyolnya tersebut. Hyunjae mengangkat salah satu sudut di bibirnya. Memberi sebuah sunggingan senyum remeh ketika merasa jika ia mulai kasihan dengan sosok Juyeon.

Sekali lagi, Hyunjae tekankan. Tidak ada rasa kasihan sama sekali yang timbul saat melihat keadaan Juyeon yang bersimbah darah sekalipun. Ia suka. Hyunjae senang bukan kepalang melihat Juyeon yang tersiksa.

Tubuh Juyeon merosot seketika sehingga Hyunjae refleks melingkarkan tangannya diantara pinggang sempit milik sang adik tiri. Meski terhalang baju piyama saja Hyunjae masih bisa merasakan suhu Juyeon yang sepertinya semakin naik drastis dari sebelumnya. Bocah itu agaknya terkena demam tinggi.

Semua pemikirannya ditepis begitu saja setelah mendengar suara pintu yang dibuka oleh seseorang dari arah belakang. Posisi Hyunjae yang duduk membelakangi pintu tidak membuatnya tidak tau akan siapa sosok yang sekarang sedang berjalan masuk ke dalam kamar Juyeon tanpa mengeluarkan sedikitpun suara sama sekali.

"Panas Juyeon udah turun?" Younghoon bertanya sambil meletakkan plastik berwarna putih ke atas meja nakas. Tatapannya bergantian terarah ke sosok Juyeon yang wajahnya menempel pada kaos Hyunjae dan sosok Hyunjae yang sedang mengacuhkannya.

"Hm. Sehabis gue peluk," jawab Hyunjae ketus. Lelaki dengan tahi lalat di hidung tersebut beralih mengusap punggung milik Juyeon yang tidak sadarkan diri. Sepertinya Younghoon belum sadar jika Juyeon bukan sedang tidur seperti yang ia terka saat ini.

Younghoon menghela nafas lega. Ia berniat ingin memastikan itu dengan menaruh telapak tangannya pada leher Juyeon, namun dengan segera Hyunjae langsung menepisnya.

"Siapa yang nyuruh lo buat nyentuh dia? Gue udah bilang kalau dia sekarang baik-baik aja. Kehadiran lo sama sekali nggak berguna disini, mending lo pulang sekarang!" suruh Hyunjae dengan intonasinya yang naik.

"Dan biarin lo berdua disini bareng Juyeon? Nggak akan. Nggak ada yang bisa gue percaya dari lo supaya bisa ngerawat Juyeon dengan baik. Lo yang bikin dia sakit."

Hyunjae tersulut. Pemuda itu melepaskan tangannya dari pinggang sang adik hanya untuk melayangkan tinjunya pada wajah Younghoon. Mereka hampir saling terlibat baku hantam jika seandainya Younghoon tidak menyadari bagaimana kondisi Juyeon yang terjatuh di atas tempat tidurnya.

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang