9.0

2.2K 246 42
                                    

Binar kecerian di kedua mata cerianya meredup. Dengan aktivitas yang ia lakukan saat ini, Hyunjae masih bisa melihat bagaimana manik gelap tersebut menyorot ke lain arah. Seakan menghindari tatapan Hyunjae.

Gerakan pasifnya yang terlalu dipaksakan cukup dirasa membuatnya lumayan puas. Setidaknya kali ini Juyeon dengan berani membalas setiap lumatan dibibirnya meskipun sesekali ia memekik ketika Hyunjae mulai bergerak agresif.

Terlampau tidak puas memang, Hyunjae terlanjur melupakan fakta jika sosok yang saat ini ada didepannya sedang sakit. Kabut nafsu bisa terlihat dari bagaimana pergerakan bibirnya di atas bibir Juyeon saat ini. Kemudian, membuka mulut yang lebih muda secara paksa dan melesakkan dengan begitu tidak sabaran akan benda tidak bertulang tersebut untuk menginvasi rongga mulut Juyeon tanpa peduli dengan bagaimana reaksi empunya saat ini.

Juyeon tidak lagi membalasnya. Gerakan Hyunjae yang terlalu terburu-buru membuat Juyeon kesulitan mengimbanginya. Paru-parunya mulai terasa sesak karena kesulitan untuk bernafas. Juyeon hampir tidak bisa bernafas sama sekali sekarang.

Kepalan tangan besarnya mendarat di bahu milik yang lebih muda. Mendorong dengan pergerakan yang terbilang sangat lemah, menyesuaikan dengan kondisinya yang terlampau memburuk sepertinya. Juyeon terhenyak beberapa saat, mengapa Hyunjae melakukan hal seperti ini kepadanya?

"Kak, udah ..." Mengucapkannya dengan terbata. Awalnya memang ia benar-benar kesulitan mengeluarkan sedikit suara. Permintaannya tadi terdengar begitu lirih dan sangatlah pelan. Energinya terkuras habis. Dokter bilang Juyeon butuh banyak istirahat sesudah diperiksa tadi dan sepertinya Hyunjae sama sekali tidak memedulikan hal itu.

Lagi-lagi berupaya mendorong pundak Hyunjae menjauh. Memang kali ini usahanya cukup berhasil, Hyunjae kemudian melepaskan pagutannya. Tetapi, justru tubuhnya yang di dorongnya oleh Hyunjae sampai jatuh tersungkur di atas ranjangnya sendiri.

Pemuda dengan rahang yang tegas tersebut tanpa basa-basi menindihnya. Sorot tajamnya mengarah terhadap manik sendu milik yang lebih muda. Tangannya bergerak melepas kancing piyama yang dipakai oleh Juyeon dan melepasnya begitu saja dari tubuh milik yang lebih muda. Kemudian, mengikat kedua pergelangan tangan Juyeon tepat di atas kepala pemuda itu menjadi satu menggunakan kain tersebut.

Juyeon tidak banyak mengeluarkan suara. Bukan berarti ia menikmati apa yang sedang Hyunjae lakukan kepadanya. Juyeon ingin melakukan perlawanan tetapi kondisi fisiknya yang lemah saat ini adalah penghambat utama. Jika perlu dikatakan, ia lebih baik disiksa ketimbang diperlakukan seperti ini oleh kakak tirinya tersebut.

"Kak Hyunjae ..."

"Hm?" Dijawab dengan begitu lembut oleh Hyunjae. Sontak membuat yang lebih muda menitikkan air matanya. Juyeon langsung mengatupkan kedua belah bibirnya. Terlampau ragu untuk berucap kepada Hyunjae.

Hyunjae menenggelamkan wajahnya diperpotongan leher Juyeon. Seperti sedang tidak lagi ingin melakukan apa-apa saat ini. Mendengar Juyeon yang sedang terisak membuat hatinya tersentuh.

Ia bahagia sekali bisa membuat Juyeon sekacau ini. Jika dengan perlakuan seperti ini membuat Juyeon jauh lebih ketakutan, mengapa dulu ia membuang waktu dengan memberi siksaan tiada henti terhadap Juyeon?

Seharusnya Hyunjae menyadari ini sejak dulu.

Bibir tipisnya mengarah pada salah satu telinga Juyeon. Ia bergerak untuk membisikkan beberapa kata disana. Diakhiri dengan sebuah hembusan nafas untuk sedikit menggoda yang lebih muda.

"Gue harap Younghoon bisa liat gimana rendahnya lo sekarang."

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang