10.0

1.4K 219 25
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?" Dokter yang sebelumnya telah beranjak pulang, kini dipanggil kembali. Pria berumur kepala tiga tersebut menatap ke arah dua pemuda yang tersisa dengan mimik wajah seriusnya.

Ia berdecak beberapa kali sebelum melanjutkan perkataannya, "Mengapa keadaan Lee Juyeon justru memburuk padahal baru tadi saya pastikan ia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya?" tanyanya setengah tidak percaya akan apa yang menimpa Juyeon saat ini.

Pemuda itu masih bisa sadar beberapa jam yang lalu meskipun terbilang lemah untuk dibandingkan dengan orang yang sakit biasa, namun kali ini? Keadaannya benar-benar cukup mengkhawatirkan.

Juyeon seharusnya dirawat di rumah sakit untuk penanganan yang lebih baik, tetapi Hyunjae selaku wali tidak mau itu terjadi. Ia bersikeras ingin Juyeon dirawat di rumah saja ketimbang harus berpisah dengannya saat di rawat di rumah sakit. Juyeon tidak boleh jauh darinya. Lelaki itu bisa saja kabur dari jeratan Hyunjae dengan memanfaatkan kondisi yang ada.

Hyunjae tidak mau itu terjadi.

"Saya yang akan membawanya ke rumah sakit."

"Nggak! Lo nggak boleh bawa dia pergi kemanapun!" pekik Hyunjae, murka. Jari telunjuknya menunjuk langsung ke wajah tampan Younghoon yang kini sedang mengabaikannya dengan mengangkat tubuh Juyeon seorang diri dan membawanya pergi tanpa harus mendengarkan ocehan Hyunjae terlebih dahulu.

"Pengurusan administrasi biar saya yang menanggungnya. Asalkan Juyeon bisa ditangani dengan baik, biar saya yang menjadi walinya kali ini," ujar Younghoon kepada dokter yang mengikuti langkahnya dari belakang.

Dokter itu mengangguk. Cukup terkesan dengan keputusan begitu dewasa yang diambil oleh Younghoon tanpa harus berpikir panjang terlebih dahulu.

.
[Invictus]
.

Younghoon tersenyum tipis melihat kedua bola mata yang tertutup oleh kelopaknya tersebut kini perlahan mulai bergerak kecil. Juyeon sedikit membuka matanya. Menatap langsung ke arah langit-langit kamar rumah sakit dengan matanya yang sayu.

"Lo ... baik-baik aja, Ju?" gumam Younghoon dengan suaranya yang terkesan ragu. Juyeon hanya melirik singkat ke arahnya dan tidak menjawab pertanyaan yang tadi diajukan olehnya sama sekali. Bibirnya seperti terkunci rapat dilihat dari luar nebulizer. Juyeon tidak menampakkan ekspresi apa-apa dan hanya menatap kosong ke langit kamar yang ada di rumah sakit.

Tidak seperti biasanya, pikir Younghoon. Lelaki itu mencoba untuk mengenyahkan segala pemikiran negatif yang ada. Juyeon mungkin sedang terlalu lemas untuk sekedar bergerak karena sudah terlalu lama tidak sadarkan diri.

"Lo mau makan apa? Biar gue beliin di luar," tawarnya, begitu berharap mendapat jawaban. Namun, nihil. Jangankan menjawab, melirik ke arahnya pun Juyeon tidak. Ada yang aneh dengannya saat ini.

Younghoon menghela nafas beratnya. Ini memang terasa sedikit kurang menyenangkan baginya mengingat Juyeon yang pertama kali ia temui bukan seperti ini. Younghoon ingin menyapa Juyeon yang banyak bicara, bukan pendiam layaknya sekarang. Ini bukan karakter bocah itu sama sekali.

Kemudian, ia memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan. Juyeon mungkin butuh waktu sendiri walaupun Younghoon benar-benar ingin menemaninya saat ini. Yang ia pikirkan sekarang adalah membelikan Juyeon makanan di luar, ketimbang harus memakan makanan hambar dari rumah sakit.

Younghoon juga tidak ingin mempermasalahkan hal ini, tetapi sejak beberapa jam lalu saat ia memutuskan untuk membawa Juyeon ke rumah sakit, Younghoon sama sekali tidak melihat Hyunjae menjenguk adik tirinya.

Mengingat karakter Hyunjae yang tidak peduli terhadap apapun membuat Younghoon bersikap acuh. Persetan dengan keberadaan Hyunjae, Younghoon bisa merawat Juyeon sendirian. Bahkan, jika Juyeon mau, Younghoon bisa saja membawa Juyeon untuk tidak bersamanya ketimbang pemuda itu harus menerima semua perlakuan kasar Hyunjae setiap harinya.

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang