2.5

1.9K 331 50
                                    

Bukan suatu hal yang biasa memang mendapati Hyunjae pulang saat sore seperti ini. Lelaki itu lebih sering pulang larut malam atau bahkan tidak pulang sama sekali ke rumah. Keberadaan Juyeon adalah alasan utama mengapa ia begitu malas untuk sekedar menginjakkan kaki di rumahnya sendiri.

Hyunjae kini sedang menutup rapat-rapat pintu rumahnya. Obsidian tajamnya mencari-cari akan keberadaan sang adik yang biasanya pasti akan berada di depan tv sekedar untuk menunggunya pulang meskipun tidak bisa dipastikan Hyunjae akan pulang atau tidak.

Namun, untuk sekarang ia sama sekali tidak menemukan sosok yang dicari. Lelaki itu mulai dilanda kepanikan, pikirannya justru mengarah pada spekulasi jikalau Juyeon melarikan diri darinya dengan memanfaatkan kepergian Hyunjae.

Hyunjae hanya mengikuti instingnya, mencari-cari Juyeon dengan pengetahuannya sendiri. Tidak ada teriakan untuk memanggil, Hyunjae hanya mendatangi setiap ruangan yang biasanya Juyeon gunakan untuk menyendiri.

Sekian lama mencari, kini hanya tersisa satu ruangan. Dapur. Hyunjae cenderung tenang meskipun sedang panik. Ia sama sekali tidak menimbulkan kegaduhan sedikitpun. Dan benar saja, ada Juyeon disana sedang tertidur dengan kepala yang ia terlungkupkan di atas meja.

Hyunjae menggeser salah satu kursi yang berada dekat dengan kursi yang Juyeon duduki. Dengan dagu yang ia topang menggunakan satu tangan, ia menatap ke arah sang adik tiri yang tidur menghadap kepadanya.

Telunjuknya bergerak sendiri hendak menyentuh surai hitam milik yang lebih muda. Sulit untuk dipercaya memang karena Hyunjae bahkan tidak tau alasannya mengapa ia melakukan ini.

Akan tetapi, lenguhan kecil yang keluar dari bibir Juyeon sontak membuat Hyunjae langsung menarik tangannya kembali. Masih dengan ekspresi yang sama, Hyunjae hanya diam sama ketika Juyeon perlahan bangun dari tidurnya dan tersentak kaget ketika melihat dirinya duduk tepat disampingnya seperti yang ia lakukan sekarang. Bahkan hampir terjatuh dari kursi seandainya Hyunjae tidak lebih cepat menarik tangannya.

"Kak Hyunjae udah lama pulangnya?" Tanya Juyeon dengan kepala tertunduk.

Pertanyaan tersebut dianggap angin lalu oleh yang lebih tua. Hyunjae menaruh tas punggungnya ke atas meja makan. Kemudian, mengeluarkan sesuatu dari sana dengan suara yang terbilang lumayan berisik sehingga membuat atensi Juyeon terarah sepenuhnya ke arah sang kakak.

Hyunjae menyerahkan sebuah plastik kepadanya. Tanpa mengeluarkan sepatah katapun, ia beranjak pergi dari hadapan Juyeon. Meninggalkan sosok Juyeon yang sebenarnya dilanda rasa penasaran akan apa isi dari plastik tersebut.

Juyeon menarik plastik itu agar lebih dekat dengannya. Hyunjae sama sekali tidak mengatakan apapun tentang plastik ini sebenarnya untuknya atau bukan.

Maka dari itu, dengan rasa penasaran yang tinggi Juyeon memutuskan untuk mengintip isi plastik tersebut. Matanya langsung mengerjab takjub ketika melihat jikalau isi dari plastik itu ternyata adalah sekotak ayam dari sebuah restoran yang sering Hyunjae beli ketika sedang tidak ada makanan untuk di makan.

Selain itu, ia juga menemukan secarik kertas memo yang berada di atas kotak tersebut. Juyeon meraihnya, kemudian membaca isi memo tersebut didalam hati. Karena demi apapun, Juyeon sangat mengenal tulisan ini.

 Karena demi apapun, Juyeon sangat mengenal tulisan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Juyeon tersenyum kecil setelah membacanya. Rasa bahagia melanda batinnya sekarang. Alasan mengapa ia sangat sulit untuk membenci Hyunjae adalah karena ia yakin jikalau Hyunjae tidak sepenuhnya benci kepadanya.

Ada secercah kebaikan di dalam hatinya. Namun, lelaki itu terlalu menutup dirinya sehingga perlahan kebaikan itu mulai tertutupi dengan sikap dinginnya.

Hyunjae tidak sepenuhnya jahat, dia tidak membenci Juyeon. Dan Juyeon sangat meyakini tentang hal itu.

.
[Tbc]
.

Kok bisa seyakin itu sih, Ju?

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang