Suara kicauan burung dari arah luar jendela adalah alasan mengapa Juyeon kini sudah bangun dari tidurnya. Aroma kafein yang kuat tercium oleh hidungnya. Juyeon mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamarnya dan baru menyadari jikalau ia ternyata tidur di atas ranjangnya. Padahal jelas-jelas Juyeon mengingat jikalau ia pingsan di atas dinginnya lantai marmer dari kamarnya.
Sadar ada entitas lain yang memperhatikannya dari jarak yang tidak terpaut jauh dari tempat tidurnya, Juyeon langsung menggeser tubuhnya untuk mundur secara perlahan.
Tidak ada satupun patah kata yang keluar diantara mereka. Dan lagi-lagi Juyeon baru sadar jikalau tubuh penuh lukanya kini telah tertutupi oleh perban.
"Ka-" Juyeon tersentak, lelaki itu hampir memanggil nama Hyunjae seandainya saja sang kakak tidak berjalan ke arahnya dengan tatapan dingin seperti itu. Entah apa yang terjadi, namun saat ini Hyunjae terlihat sangat marah.
"Bukan," Hyunjae mendengus. Lelaki itu mengulas senyum sinis begitu ia telah duduk tepat di depan Juyeon dengan wajah keduanya yang terbilang sangat dekat. "Buat apa gue mukulin lo sampai separah itu kalau ujung-ujungnya harus gue juga yang ngobatin lo?"
Bibir tipis milik yang lebih muda terbuka. Respon yang diberikannya cukup menarik bagi Hyunjae. Kentara sekali jikalau Juyeon tengah berpikir keras untuk memproses ucapannya tadi.
"Lalu-siapa?" Pundaknya menurun. Meskipun rasa takut mendominasi benaknya, Juyeon tetap memberanikan diri untuk menanyakan hal tersebut kepada Hyunjae. "Siapa yang ngobatin Juju?" tanyanya bingung.
Hyunjae membuang muka. Alih-alih menjawab, lelaki itu malah berangsur mencengkram dagu milik yang lebih muda dengan kuat sehingga membuat Juyeon mengeluarkan rintihan sakitnya.
"Gue sendiri pengen nanyain itu ke lo. Apa selama ini lo nyembunyiin orang lain di kamar ini tanpa sepengetahuan gue?" Manik mata lelaki itu semakin tajam, menembus tatapan lirih dari Juyeon yang saat ini menggeleng ribut sebagai jawaban atas pertanyaan bernada dingin dari sang kakak.
Decakan sebal meluncur begitu saja dari bibir Hyunjae. Dengan kasar ia menyentak tangannya dari dagu Juyeon sehingga kepala milik sang adik tiri hampir membentur ujung meja nakas.
"Kalau sampai gue tau ada orang lain di dalam rumah ini selain kita, jangan harap lo bisa keluar dari kamar ini!" Kecam Hyunjae.
"J-jangan ..." Juyeon meraih lengan seragam Hyunjae, kemudian tanpa sadar meremasnya. Matanya yang sudah membengkak mulai mengeluarkan air mata kembali. Berusaha memohon agar Hyunjae tidak mengurungnya di kamar, seperti saat ia mengurung Juyeon di dalam rumah tanpa membiarkannya keluar bahkan satu langkah pun dari pintu.
Hyunjae perlahan beranjak dari duduknya. Memperhatikan Juyeon yang sedang menundukkan kepalanya; berupaya menyembunyikan tangisan tanpa suara miliknya dari Hyunjae.
Tidak ada sedikitpun rasa iba yang terlintas di benaknya. Perasaan Hyunjae sepertinya sudah mati semenjak Ayahnya memutuskan untuk menceraikan sang Ibu demi menikahi Ibunya Juyeon. Mereka adalah perenggut kebahagiaannya. Meskipun setidaknya Ibunya Juyeon telah meninggal dan dengan tambahan sang Ayah yang ikut meregang nyawa karena ulahnya sendiri, tapi nyatanya itu tidak membuatnya puas.
Satu-satunya hal yang membuatnya puas adalah melihat Juyeon menderita, menyiksanya tanpa ampun dengan tangannya sendiri ternyata bisa dibilang sangat menyenangkan untuknya. Seharusnya dulu ia melenyapkan Juyeon terlebih dahulu, namun melihat Juyeon tersiksa secara perlahan terasa lumayan menghibur.
"Nggak usah pakai perban. Badan lo lebih bagus keliatan banyak bekas lukanya," Ujarnya dengan senyum lebarnya. Juyeon mengangguk, sedikit demi sedikit mulai melepaskan perban yang menutupi lukanya seperti yang tadi diperintahkan oleh Hyunjae.
Menuruti Hyunjae adalah jalan terbaik agar hari ini sang kakak tidak akan menambah luka lagi ditubuhnya. Meskipun peluang harapannya itu terbilang sangat kecil untuk terwujud karena nyatanya Hyunjae akan tetap memukulinya bahkan saat Juyeon tidak melakukan kesalahan.
.
[Tbc]
.Hn, ga ada feel ya?
Aku kurang terbiasa sama genre cerita kayak gini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Invictus +Milju
Fiksi Penggemar#1 - hyunjae (20/11/2023) #1 - juyeon (10/3/2024) #1 - younghoon (29/10/2024) Hyunjae tidak ingin Juyeon menjadi adiknya. [Lee Hyunjae - Lee Juyeon]