2.0

2.1K 333 38
                                    

Juyeon mengikuti langkah Hyunjae yang kini sedang berjalan menuju pintu. Begitu Hyunjae berhenti, Juyeon lantas mengambil langkah mundur. Tatapan tajam sang kakak benar-benar mampu untuk meluluhlantakkan nyalinya.

"Apa?" Hyunjae bertanya dengan dingin. Ketidaksukaannya semakin bertambah ketika melihat Juyeon hanya membisu alih-alih menjawab pertanyaannya.

Lelaki dengan surai coklat tersebut menaruh kedua tangannya di saku celananya. Sembari melangkah lebih dekat, Hyunjae langsung menarik dagu Juyeon agar mendongak. Tatapan keduanya bertemu. Terlalu kontras dimana sepasang iris dengan sorot lembut tersebut bertemu dengan tatapan kosong namun tajam milik Hyunjae.

"Lo nggak bisu, kan? Kalau mau ngomong, ngomong sekarang!" sungut Hyunjae ketus. Hyunjae menyentuh belahan bibir yang terbuka tersebut dengan ibu jarinya. Mengusapnya tanpa sedikitpun mengeluarkan suara. Ia hanya ingin mendengar permintaan Juyeon hari ini. Meskipun ia sendiri tidak yakin akan mengabulkannya atau malah mengabaikannya kembali.

Yang lebih muda justru mengatupkan bibirnya. Lidahnya terasa kelu. Ia sendiri tidak mengerti akan apa yang sebenarnya ingin ia ucapkan kepada sang kakak yang saat ini masih mengusap lembut bibir bawahnya. Jarak antar keduanya terlalu dekat, maka tidak heran jikalau hal tersebut merupakan alasan terkuat akan mengapa Juyeon tidak sanggup untuk bersuara sekarang.

"J-jangan pulang kemaleman."

Hyunjae mengedipkan matanya beberapa kali. Sedikit diluar ekspektasi sebenarnya mengingat setiap Hyunjae akan pergi ke sekolah, Juyeon pasti akan meminta agar Hyunjae membiarkannya keluar rumah entah dengan alasan untuk belanja atau sekedar menghabiskan waktu di taman depan rumah mereka.

"Kenapa? Lo nggak sabar buat gue pukulin lagi?" Hyunjae mendengus sarkas. Salah satu tangannya mengambil beberapa helaian rambut milik yang lebih muda, kemudian menariknya sehingga membuat empunya langsung mengeluarkan ringisan sakitnya. "Mau gue pulang malem atau nggak, bukan urusan lo."

Juyeon menyetuh pergelangan tangan yang Hyunjae gunakan untuk menjambak rambutnya, tangan bergetarnya berusaha melepaskan tarikan Hyunjae. Sayangnya jambakan tersebut semakin menguat ketika Juyeon berupaya melepaskannya.

"Juju nggak mau Kakak kenapa-napa," Kepala yang lebih muda terangkat. Terdapat rona merah di pipi gembilnya, menunjukkan jikalau yang lebih muda sedang mati-matian menahan air yang telah menggenangi pelupuk matanya agar tidak lagi keluar.

"Kak, sakit ..." Rintihnya untuk yang kesekian kalinya.

Langsung saja Hyunjae melepaskan tangannya dari rambut Juyeon. Mengapa Juyeon selalu membalas semua perkataan penuh kebenciannya dengan semua pikiran positifnya?

"Jangan keluar."

Hyunjae berangsur pergi meninggalkan Juyeon setelah sebelumnya mengunci pintu rumahnya, tidak memberikan celah bagi Juyeon untuk keluar.

.
[Invictus]
.

Tidak seperti biasanya memang Hyunjae jadi sependiam ini. Biasanya lelaki itu jauh akan banyak bicara, meskipun tetap dengan nada datarnya yang ia gunakan sebagai ciri khas setiap ia berinteraksi dengan orang lain.

Younghoon memperhatikan lelaki itu dengan seksama. Tatapannya nampak kosong, sepertinya sedang melamunkan suatu hal yang serius. Sehingga membuat Younghoon sedikit dibuat penasaran akan apa yang sebenarnya sedang dipikirkan sang sahabat.

"Jae!" Younghoon langsung tertawa kecil melihat Hyunjae yang nampak kaget dengan panggilannya tadi. "Serius banget, ngelamunin apa lo?"

Hyunjae berdecak. Sembari sedikit mengusap ujung poninya, ia lantas menjatuhkan kepalanya di atas meja; mengambil sisi lain sekedar untuk menjauhi kontak mata dengan Younghoon yang masih betah memperhatikannya dengan wajah bingung.

"Jadi nggak malem ini nongkrong di rumah Bang Sangyeon?" Tanya Younghoon yang kini tengah mengotak-atik ponselnya.

Helaan nafas berat meluncur dari bibir Hyunjae. Ia baru ingat tentang rencananya ini. Biasanya Younghoon yang dengan sukarela mengorbankan apartemennya untuk digunakan teman mereka menginap. Cukup sulit untuk membujuk kakak kelas mereka ini untuk meminjamkan rumahnya, sepertinya. Hyunjae sendiri sudah lama menantikan hari dimana ia akan mengobrak-abrik isi rumah Sangyeon untuk balas dendam karena kakak kelasnya itu pernah mengalahkannya dalam lomba basket dulu.

"Nggak, gue sibuk."

.
[Tbc]
.

Kok, Juyeon manggil dirinya pake 'Juju'?

Panggilan itu dari ibunya. Juyeon terbiasa manggil dirinya sendiri sebagai 'Juju' supaya dia bisa inget terus sama sosok ibunya.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang