3.5

1.8K 313 54
                                    

"Lo mau ngapain kesini, hah?!"

Younghoon langsung dibuat membisu. Melihat bagaimana sorot marah yang selama ini hampir tidak pernah ia lihat dari sosok Hyunjae yang sekarang sedang mencengkram kuat kerah bajunya membuat Younghoon terdiam seketika. Hyunjae terlihat sangat berbeda dari yang ia kenal selama ini.

"Jawab, bangsat!" Sekali lagi Hyunjae kembali menekannya. Setelah terlalu lama Younghoon berlarut dalam keterdiamannya, Hyunjae perlahan mulai melepaskan cengkeramannya dari kerah baju milik sang sahabat. "Disuruh Kak Sangyeon?" Terkanya tepat sasaran.

Meskipun Younghoon sama sekali tidak menjawabnya bahkan dengan anggukan sekalipun, Hyunjae bisa tau kalau tebakannya tadi itu benar. Hyunjae sendiri sebenarnya masih bingung akan alasan mengapa ia tadi memutuskan untuk pulang ke rumah dan mengabaikannya kesenangannya sendiri.

"Jadi ini alesan lo nolak mulu pas kita pengen ngumpul di rumah lo?" Hyunjae menatap Younghoon dengan sorot tajamnya. "Udah berapa lama lo sembunyiin anak orang di rumah ini?"

Hyunjae mengatupkan bibirnya. Tidak percaya akan mendapatkan pertanyaan tersebut dari sosok Kim Younghoon. Kegelisahan melanda batinnya. Ia hanya khawatir Younghoon akan memperburuk keadaan dengan mengatakan hal semacam ini kepada orang lain.

"Lo nggak usah ikut campur! Dia adek tiri gue, jadi gue berhak soal dia!" Hyunjae menyerukannya dengan sebuah kepalan tangan yang menguat. Dari teras rumahnya, ia tanpa sengaja menatap jendela dari salah satu kamar.

Younghoon yang penasaran, mengikut arah pandangannya ke arah apa yang saat ini Hyunjae lihat. Sosok yang tadi bersitatap kepadanya kini sedang mengintip di celah-celah jendela yang tertutup rapat. Dari jarak sejauh ini, Younghoon bisa melihat bagaimana tatapan teduh milik lelaki itu sedang menatap langsung ke arah Hyunjae yang sepertinya sedang mengacuhkannya dan hanya menatapnya sekilas.

Younghoon menghela nafas berat. "Gue nggak peduli, Jae. Yang lo lakuin sekarang kelewat nggak manusiawi. Mau lo nggak izinin juga, gue bakal ngelindungin dia dari orang gila kayak lo!"

.
[Invictus]
.

Juyeon menenggelamkan kepalanya diantara lipatan tangannya yang bertumpu di atas lutut. Suara pintu kamarnya yang terbuka membuat Juyeon sedikit mengintip dari salah satu celah yang terbuka guna mencari tau akan sosok yang saat ini sedang berjalan menghampirinya dan perlahan mulai duduk di atas ranjangnya dengan mata yang hampir keseluruhannya tertutupi oleh poni panjangnya.

Cukup lama bagi Juyeon untuk menunggu tindakan yang akan Hyunjae lakukan kepadanya. Sampai Juyeon mulai memberanikan langsung untuk menatap Hyunjae sebelum ia dikejutkan dengan tindakan tiba-tiba yang kakaknya itu lakukan kepadanya. Hyunjae saat ini memeluknya tanpa alasan dan itu benar-benar membuat Juyeon dilanda kebingungan.

Juyeon tidak sedang bermimpi bukan?

Meskipun dengan gerakan yang terbilang sangat kaku, Juyeon mulai membalas pelukan Hyunjae dengan sedikit ragu. Ia sangat bingung, tidak mengerti akan apa alasan Hyunjae melakukan hal yang sama sekali bukan seperti dirinya ini. Juyeon pikir Hyunjae mendatanginya untuk sekedar memukulinya seperti yang biasa ia lakukan ketika ia sedang berbuat salah.

Apa ini karena kehadiran lelaki tadi Hyunjae jadi seperti ini?

"Maaf," Juyeon bergumam pelan. "Gara-gara Juju nggak sembunyi pas temen kakak tadi dateng," Ucapnya sedikit tertahan lantaran suaranya yang mulai teredam oleh air mata yang sedikit demi sedikit mulai menggenangi pelupuk matanya.

Hyunjae menjauhkan kepalanya dari baju sang adik tiri. Menatapnya tanpa ekspresi adalah hal yang sudah biasa untuk Juyeon lihat. Walaupun tidak bisa dibohongi ia sedikit terkejut melihat keadaan Juyeon sedang mengusap air matanya sendiri menggunakan punggung tangannya.

"Maafin Juju, hiks." Isakan yang susah payah untuk ditahannya keluar begitu saja dari mulutnya. Juyeon langsung menundukkan kepalanya. Menghindari untuk bersitatap dengan Hyunjae yang masih menatapnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"Lo pikir maaf doang cukup?"

.
[Tbc]
.

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang