8.5

1.6K 238 41
                                    

Younghoon memutuskan untuk pamit dengan alasan ingin membelikan obat dan makanan untuk Juyeon tidak lama setelah dokter yang memeriksa keadaan Juyeon tadi memilih pulang. Meninggalkan sosok Hyunjae yang kini berdiri di depan pintu kamar milik Juyeon tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Pemuda itu memberikan ekspresi datarnya ketika melihat keadaan Juyeon sekarang. Nafasnya lebih beraturan ketimbang sebelumnya meskipun sedikit lebih cepat dari biasanya. Manik mata kucingnya terpejam sudah sejak dokter memeriksa keadaannya.

Hyunjae bergerak dengan beranjak dari posisi awalnya. Masih dengan menatap Juyeon menggunakan sorot tajam yang sudah menjadi ciri khasnya. Ia berniat untuk mendekati ranjang Juyeon. Sedikit menambah kesan mencekam ketika suara dari sepatunya berbenturan dengan lantai marmer dengan pola pergerakan yang begitu pelan.

"Bangun!" titah Hyunjae. Lagi-lagi objek sasarannya sekarang adalah tangan milik yang lebih muda. Ia menarik paksa lengan tersebut agar benar-benar bangun dari tidurnya sampai Juyeon sontak terperanjat dan langsung menatap takut ke arah Hyunjae yang seolah tidak memberi jarak sedikitpun untuk memberi ruang bagi Juyeon sekedar untuk menarik nafas.

"Udah ngapain aja lo sama Younghoon selama gue pingsan?" Kembali melontarkan pertanyaan meskipun tau jika saat ini Juyeon tidak sedang dalam keadaan yang baik untuk menjawab pertanyaan darinya.

Spekulasi negatif terus bermunculan dipikiran Hyunjae. Mengingat ia pernah memergoki Younghoon berbuat hal yang tidak senonoh kepada adik tirinya ini membuat Hyunjae tidak bisa mempercayakan Younghoon untuk berada satu ruangan dengan Juyeon tanpa sepengetahuannya. Pasti terjadi sesuatu diantara mereka berdua ketika Hyunjae lepas pengawasan terhadap Juyeon.

Juyeon menggeleng berulang kali. Berupaya menampik tanggapan Hyunjae yang selalu menyalahkannya tentang apapun yang terjadi. Faktanya, memang tidak ada yang terjadi diantara ia dan Younghoon selain peristiwa dimana pemuda bertubuh jangkung tersebut memaksa untuk mengobati luka yang ada ditubuhnya akibat ulah dari Hyunjae itu sendiri.

"Jawab!" Namun, Hyunjae nyatanya tidak semudah itu untuk percaya. Ia kembali memberi gertakan berwujud paksaan dengan nada yang lumayan tinggi sehingga membuat Juyeon bergidik dan tidak mampu lagi untuk menahan butiran cairan bening keluar dari matanya yang membengkak.

"Nggak ada ..." Juyeon terisak sembari menjawabnya dengan bersusah payah menggunakan suara lirihnya, "Kak Younghoon cuman bantuin Juju ngerawat Kak Hyunjae."

Bibirnya perlahan mengatup rapat ketika merasakan pegangan Hyunjae pada pergelangan tangannya semakin menguat. Juyeon tidak ingin kembali mengeluarkan rintihannya. Tenaganya terasa semakin terkuras habis seiring dengan beberapa suara yang keluar guna menjawab seluruh desakan Hyunjae akan seluruh pertanyaan yang diajukannya.

Pandangan Hyunjae teralihkan ke arah bibir merah Juyeon yang terluka akibat terlalu sering digigit oleh empunya sendiri. Tetapi, pemuda itu terlalu gelap mata sampai mengira jika lagi-lagi target utamanya kepada Younghoon yang pikirnya benar-benar telah berbuat macam-macam kepada Juyeon diluar sepengetahuannya. Juyeon pastinya tidak ingin mengaku jikalau Younghoon mungkin memberinya ancaman agar tidak berbicara kepada dirinya.

Sudut kanan dari bibir yang lebih tua terangkat ke atas. Bersamaan dengan salah satu tangannya yang bergerak untuk menyentuh belahan bawah dari bibir merah yang terbuka itu. Kemudian, mengusapnya pelan tanpa memedulikan bagaimana kedua obsidian lembut menatapnya dengan sorot polos dan kedua pipinya yang memerah akibat demam yang dideritanya.

Bagaimana mungkin Younghoon berani melakukan hal seperti itu kepada Juyeon sementara ia berusaha mati-matian untuk menahan dirinya selama ini?

"Lo suka, kan, pas dia nyentuh lo seenaknya? Tapi gue nggak bakal heran, toh gue udah bisa nebak kalau orang kayak lo emang nggak punya harga diri."

Juyeon terperanjat seketika. Bibirnya terus disentuh dengan lembut oleh ujung jari milik saudara tirinya sekarang. Kalimat itu jelas menyakiti perasaannya, meskipun bukan sekali ini saja ia mendengarnya. Tetapi, Juyeon berusaha keras untuk menyembunyikan sakit hatinya. Kali ini saja, Juyeon sangat berharap bisa menahan segala emosi yang berkecamuk setiap sedang berdua bersama Hyunjae.

Tidak peduli dengan semua rasa terkejut yang melanda batinnya ketika dirasa belahan bibir yang lebih tua menyentuh bibirnya tanpa permisi. Juyeon terkesan acuh dan hanya memejamkan matanya sebagai reaksi, tanpa ada niatan ingin membalas sama sekali. Ia membiarkan bibir tersebut bergerak liar di atas bibirnya tanpa mengharap respon dari pemiliknya.

Mengapa Hyunjae tega melecehkannya?

.
[Tbc]
.

chap depan mungkin gak aman(?), jadi mari kita tunda sampai kelar lebaran nanti. (becanda, eyyy)

Invictus +MiljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang