Bab 14

914 21 0
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an guys😀

********

"Kita hidup memang penuh cobaan, Sayang. Gak ada yang gak dapat cobaan, pasti ada. Tinggal bagaimana kita dalam mengatasi cobaan. Tetaplah tegar, dan kuat walaupun rasanya ingin menyerah. Mas selalu ada di sisimu."

Aku tersenyu manis. Membalas pelukan Mas Tio. Tak perduli kamu sedang berada di jembatan. Dengan bintang-bintang yang indah di langit. Aku bersyukur, kali ini mendung tidak menutupi keindahan bintang. Menemaniku dan Mas Tio di sini.

Mobil kami mogok, pas sekali di jalan yang gelap ini. Tadi, aku dan Mas Tio sedang pergi ke acara pernikahan teman Mas Tio di luar kota. Melewati pepohonan yang banyak.

Tetapi, saat pulang ada kejadian seperti ini. Jujur saja aku takut, untung saja ada Mas Tio bersamaku. Mau mencari bengkel kemana lagi, sedangkan ponselku tidak ada sinyal. Ponsel Mas Tio baterainya merah. Sungguh ujian yang membuatku harus bersabar dalam ketakutan ini.

Ya, memang ada beberapa rumah, tetapi jaraknya lumayan jauh dari tempat ini. "Mas, kita tidur di mana?" tanyaku sambil mendongak menatapnya.

"Naik!" titahnya. Mas Tio berjongkok, memintaku naik ke punggung badannya. Aku menuruti kemauannya saja.

"Kita mau ke mana, Mas?" tanyaku penasaran.

"Kita akan numpang tidur di rumah warga dekat sini."

"Aku turun saja, Mas. Nanti Mas capek," tuturku. Mas Tio menggelengkan kepala.

"Mas .... "

"Udah kamu diem saja!"

Aku mengatupkan bibirku. Memilih diam. Pada malam, di bawah bintang, berada dalam gendongan seseorang yang dicintai. Sungguh romantis.

Namun, aku merasa kedinginan. Walaupun baju yang kupakai lumayan panjang.

"Mas masih jauh, kamu gak pegal?"

"Enggak, Sayang. 'Kan kamu kurus."

"Mas aja yang gemuk," ujarku meledeknya.

"Mana bisa, badan sixpack gini, kok," ucap Mas Tio tak terima. Aku terkekeh pelan. Mencium pipi kanannya.

"Tumben berani."

Aku hanya mengulas senyum saja.

Kulihat rumah warga yang sudah tampak. Hanya tinggal beberapa langkah lagi.

Sampai depan rumah bercat pink, Mas Tio menurunkanku. Menggenggam tangan kiriku, dan mengetuk pintu rumah itu.

Wanita paruh baya membuka pintu dan menatap kami dengan tatapan penuh tanya. Mas Tio mengutarakan keinginannya, hingga akhirnya mendapatkan izin menginap di rumah tersebut.

Kamarnya tak luas seperti kamar Mas Tio, tetapi setidaknya kami memiliki tempat untuk bermalam. Lebihnya, kami bisa menunaikan ibadah di sini.

*******

"Bayar utangmu, Diah!"

Mama Diah terlonjak kaget atas perkataan Tante Septi. Menatap lembaran kertas bertuliskan rincian utang yang bahkan dirinya tidak pernah meminjam uang kepada Tante Septi.

Aku yang baru sampai dengan Mas Tio pun terkejut mendengar suara Tante Septi. Dengan segera Mas Tio menarikku menuju ruang tamu.

"Ada apa ini?" tanya Mas Tio menatap mereka.

"Mamamu memiliki utang sama tante," ujar Tante Septi lagi membuatku makin terkejut. Mama Diah, orang kaya juga memiliki utang?

Mertuaku Kaya RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang