Bab 4

2.4K 36 0
                                    

Utamakan membaca Al-Qur'an guys😁

*****

Aku melirik Mas Tio yang asyik menyenderkan tubuh pada sofa. Mas Tio sedang bermain ponsel, apalagi jika bukan game.

Malam kedua setelah pernikahan, kami memang belum melakukan suatu hal yang dikatakan malam pertama. Kami hanya sekedar tidur bersama karena merasa lelah setelah seharian penuh duduk menyambut tamu yang datang.

Bak raja dan ratu sehari di dalam suatu istana, Mama Diah dan orang tuaku begitu mengistimewakan aku dan Mas Tio.

"Mas Tio," panggilku.

Mas Tio melirik sekilas.

Aku mengerucutkan bibir. Apa jangan-jangan aku tidak cantik sehingga dia mengabaikanku. Huh, bisa-bisanya aku memikirkan hal ini. Mas Tio saja mencintaiku.

Kuhentakkan kaki penuh kesal. Memilih merebahkan tubuh di kasur yang empuk itu. Menatap keseluruhan kamar Mas Tio yang serba biru tua. Walau Mas Tio lelaki, kamarnya begitu rapi.

Kubuka ponsel, berselancar di sosmed. Banyak ucapan selamat untukku dan Mas Tio. Ada beberapa ucapan permintamaafan karena tak bisa datang.

Aku dan Mas Tio memang sepakat tidak mengupload foto pernikahan di sosmed. Biarlah hanya ada di album dan di pajang di dinding. Mungkin, hanya beberapa keluarga saja yang menguploadnya.

Ranjang bergoyang membuatku menengok. Ternyata Mas Tio. Tiba-tiba aku merasa gugup. Jujur, aku belum siap melakukan hal yang biasa dilakukan pasangan pengantin baru itu. Malam zafaf.

Mas Tio memegang tanganku membuatku menarik diri. Hingga ponsel jatuh ke ranjang. Untung saja. "Kamu ... kenapa?"

Aku menggelengkan kepala keras. Menepuk kening pelan. Kenapa gugup sekali?

"Tidur, udah malam," ujarnya dengan suara lembut.

"Mas .... " Perkataanku terhenti. Malu harus menanyakan hal tersebut.

Mas Tio menaikkan sebelah alisnya.

"Enggak, Mas." Aku terkekeh pelan.

"Kamu kenapa, sih? Ada masalah?" tanya Mas Tio semakin mendekat kepadaku.

Aku mundur hingga hampir jatuh. Untungnya Mas Tio sigap menarik tanganku. Memelukku dalam pelukan hangatnya.

"Mas .... " Baru kali ini aku dipeluk Mas Tio. Pertama kalinya, dan membuay jantungku semakin berdetak kencang. Bunyi jantung Mas Tio juga sama sepertiku.

"Kamu memikirkan malam pertama?"

Aku tersentak.

"Kamu tidak perlu memikirkannya, kita akan melakukannya ketika sama-sama sudah siap melakukannya. Ada masanya melakukan hal tersebut. Sekarang tidur, ya?"

Aku mengangguk.

"Masih gugup juga?" Mas Tio melepas pelukan denganku.

"Enggak, Mas."

"Tadi malam langsung tidur, eh pas bangun malah teriak."

Mertuaku Kaya RayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang