Pada suatu ketika, ada dua ekor siluman. Yang pertama adalah siluman ular yang berjenis kelamin wanita dan seekor siluman kura-kura yang berjenis kelamin laki-laki. Kedua siluman itu hidup di sebuah sungai kecil yang mengalir di sebuah tepian kota kecil bernama Hangzhou.
Suatu hari, seorang dewa turun dari langit dan menyamar menjadi seorang penjual bakpau di kota itu. Sang dewa merasa bosan lalu ingin sedikit bersenang-senang dan dia pun mencampur pil abadi ke dalam bakpau yang dia jual. Hingga suatu ketika, seorang anak laki-laki datang dan membeli bakpau dengan pil abadi yang dicampur di dalamnya.
Selama tiga hari, sang anak sama sekali tak penah merasa lapar sejak memakan bakpau yang dibelinya hari itu. Karena penasaran dia pun mencari si penjual bakpau dan bertanya kepadanya. Alih-alih menjawab pertanyaan si anak kecil, sang penjual bakpau tertawa lalu menyeret si anak ke atas jembatan dan membuat si anak kecil memuntahkan bakpau yang telah dimakannya.
Muntahan si anak kecil yang mengandung pil keabadian itu berhasil disantap oleh siluman ular yang tinggal di sungai kecil itu dan memberinya kesaktian yang setara dengan 500 tahun bertapa. Siluman ular putih itu bernama Bai Su Zhen dan si anak laki-laki bernama Xu Xin.
Selain Bai Su Zhen, ada satu lagi siluman kura-kura yang merasa iri karena tak berhasil mendapatkan pil abadi yang jatuh ke sungai. Siluman kura-kura itu pun merasa dendam kepada Bai Su Zhen dan Xu Xin. Kelak, siluman kura-kura ini lah yang akan menjadi sang Biksu Budha, Fahai dan akan selalu berusaha mencelakai pasangan Bai Su Zhen dan Xu Xin seterusnya.
Itu adalah sebuah hikayat cerita kuno yang ditulis pada jaman Dinasti Ming oleh Feng Meng Long. Cerita aslinya mengalami distorsi berkali-kali hingga mengaburkan cerita asli yang ditulis oleh sang penulis cerita.
Sama seperti mahluk mistis lainnya, manusia pada jaman kuno sebelum Perang Besar, dengan teknologi mereka, berusaha menghidupkan legenda-legenda yang hanya cerita fiktif belaka. Mereka menciptakan Elf, Naga, Unicorn, monster laut dalam dan masih banyak lagi mahluk lainnya dengan rekayasa genetika.
Salah satu legenda yang ingin mereka bawa ke alam nyata adalah legenda siluman ular putih dari negeri Tiongkok.
Bai Su Zhen adalah yang pertama dari rasnya, Snake Clan. Dia adalah Ibu dari semuanya. Dia adalah sang progenitor. Dia adalah asal dari semua keturunan Snake Clan yang sekarang ada di Permukaan.
Dan sebagai generasi pertama dari rasnya, Bai tahu sejarah awal Permukaan. Dia juga tahu kalau semua ras yang sekarang merajai Permukaan berasal dari ciptaan manusia. Tapi sama seperti beberapa pemimpin tertinggi Permukaan saat ini, Bai diam dan menyembunyikan rahasia itu.
Sesuai cerita legenda Siluman Ular Putih, Bai Su Zhen diciptakan sebagai seorang wanita yang cantik dengan ciri khas mongoloid. Matanya sipit, rambutnya hitam panjang, kulitnya berwarna putih bersih. Tapi jika diperhatikan dengan seksama, ada garis-garis halus yang memiliki pola tertentu di seluruh permukaan kulit Bai, pola yang menyerupai sisik seekor ular.
Yang sedikit berbeda dari cerita, Bai tak memiliki ekor ular dan melata. Dia berjalan dengan kedua kaki seperti layaknya manusia biasa. Satu-satunya yang membedakan dia dengan manusia biasa adalah sisik halus di kulitnya dan mata yang memiliki corak vertikal seperti mata ular saat dia marah. Dalam kondisi biasa, Bai memiliki mata tak ubahnya seperti manusia biasa.
Bai sebagai pemimpin tertinggi Snake Clan dan satu-satunya orang yang mencapai level Beast Ancestor di Clan mereka adalah tiang penyangga bagi seluruh anggota ras-nya. Dia tak banyak berinteraksi dengan siapa pun terkecuali ada hal-hal yang sangat penting untuk Snake Clan.
Istana Bai Su Zhen sendiri sebenarnya adalah sebuah kuil yang bernama Pagoda Leifeng. Kuil legendaris yang dalam cerita digunakan untuk mengurung Xu Xin, sang suami dari Bai Su Zhen. Pagoda Leifeng terletak di kota kuno Hanzhou dan berdekatan dengan Sungai Qiantang yang menjadi asal mula legenda Siluman Ular Putih.
Booommmmmm
Pagoda Leifeng bergetar kuat, tapi anggota ras Snake Clan yang berjaga-jaga dan memperhatikan di sekitar kuil itu sama sekali tak ada yang mendekat. Bagi mereka, Pagoda Leifeng adalah tempat sakral dan terlarang. Tanpa seijin Ancestor mereka, tak akan ada yang berani menginjakkan kakinya disana.
Booommmmmm. Booommmmm. Boooommmm.
Suara dentuman keras dan getaran yang kuat kembali berulang dari arah Pagoda Leifeng. Dari kejauhan, semua anggota ras Snake Clan hanya bisa berharap dan berdoa semoga tidak terjadi apa-apa di dalam sana.
=====
“Sudah!!!” teriak seorang wanita cantik dengan rambut panjang yang berkibar karena terpaan angin.
“Sudah?” tanya seorang laki-laki tua yang berdiri di depannya dengan tatapan mata penuh amarah.
“Aku hanya ikut-ikutan, kita saling kenal sejak lama, kau tentunya tahu seperti apa karakterku,” kata wanita bergaun putih itu dengan tatapan memohon.
“Aku tidak butuh alasanmu. Aku butuh bukti!! Katakan siapa pengkhianat dari Dunia Bawah!!” teriak MoMu dengan kedua kepalan tangan yang kembali menggenggam dan mulai diselimuti cahaya kebiruan disertai percikan petir kecil.
Bai melirik ke arah kedua tangan si Gila di depannya dan menggigit bibirnya sendiri. Dia adalah siluman Ular Putih yang berasal dari sungai. Kekuatannya lebih terfokus kepada elemen air. Di hadapan petir si Gila, kekuatan Bai tak ada artinya. MoMu adalah kelemahan alami Bai Su Zhen. Karena alasan itulah, sejak dulu Bai adalah korban bully-an dari si Professor Gila.
“MoMu, aku tak tahu siapa mereka. Kami semua tak tahu. Hanya pemimpin Ordo yang mengetahui identitas mereka dengan pasti. Karena dia yang berkomunikasi langsung dengan kedua manusia itu,” jawab Bai memelas.
“Siapa pemimpin Ordo?” tanya MoMu lagi.
Bai tersenyum kecut dan menggelengkan kepalanya, “Kami tak tahu,” jawabnya.
“Kau pikir aku bercanda?” teriak Professor.
Ssssssshhhhh
Suara desisan terdengar dan bayangan Professor sudah berdiri di belakang Bai. Tangan kanannya teracung ke atas membentuk cakar dan di depan cakar itu sebuah bola petir biru kecil terlihat mengerikan dan mengancam.
Bai hanya diam. Dia pasrah. Sudah menjadi rahasia umum bagi para petarung Transcendent seperti mereka, Professor adalah yang tercepat. Mungkin satu-satunya orang yang bisa menandingi kecepatan Professor hanyalah Elwing dari South Elf Kingdom.
Tetapi, tak ada yang sempurna di dunia ini, sama seperti kemampuan si Gila yang bertarung dengan Bai saat ini. Dia memiliki kecepatan dan daya serang yang luar biasa, dengan satu harga yang sangat fatal, defense Professor adalah yang terlemah dari semuanya.
Julukan si Gila diberikan oleh Trasncendent lainnya kepada Professor karena gaya bertarungnya yang sembrono dan sama sekali tak mempedulikan defense dan terus menerus melakukan offense. Satu-satunya yang membuat Professor tetap hidup hingga saat ini adalah kecepatan luar biasa yang dia miliki.
Tapi pertarungan seperti itu mirip sebuah perjudian. Hanya butuh satu kali serangan fatal dari lawan-lawannya untuk membuat Professor bertemu sang Pencipta dengan defense lemah yang dia miliki. Tapi tetap saja, Professor bertarung dengan cara gilanya.