Nushala terlihat tenang dan waspada di dalam kabin helikopternya. Dia duduk diam di bangkunya dengan tatapan lurus ke depan. Dua orang Elf duduk di kokpit depan dan mengendalikan helikopter ini, dua orang lainnya berada di sebelah kanan dan kiri Nushala, dan dua Elf yang terakhir berdiri dengan tatapan waspada sambil bergelantungan di tepian Helikopter. Mereka semua adalah petarung Elf wanita dari South Elf Kingdom.
Ada dua orang Elf yang memiliki level Knight diantara mereka berenam. Ditambah dengan Nushala sendiri, helikopter ini dilindungi oleh tiga orang Elf Knight dan empat orang Elf Soldier. Sebuah kombinasi mengerikan yang akan membuat Kraga berpikir puluhan kali untuk menjebak mereka.
Elf Knight adalah sebuah level yang menuntut rasa hormat dari semua Elf yang ada dan ras lainnya, karena level itu hanya berada di bawah level Ancestor yang hanya dimiliki oleh Elwing di South Elf Kingdom.
Masing-masing anggota Dewan Tertinggi South Elf adalah seorang Knight dan juga Elf berdarah murni, terkecuali Elwing.
“Musuh!!!” teriak salah satu Elf wanita yang berada di sisi kanan Helikopter. Dia seorang Elf Soldier yang menggunakan sebuah pedang yang tergantung di pinggangnya sebagai senjata.
Nushala penasaran dan melihat ke arah kanan Helikopter. Sesosok bayangan yang mengenakan baju bermotif aneh tiba-tiba saja melayang terbang sejajar dengan helikopter yang melaju kencang. Sosok itu mengenakan kain penutup muka yang menutupi area hidung dan mulutnya.
“Cari masalah!!” teriak Elf yang tadi memperingati kelompoknya dan bergelantungan di sebelah kanan helikopter. Dengan cepat dia menarik pedang yang tersarung di pinggangnya.
Wuuusshhhhhhh.
Sebuah cahaya berkilat yang berwarna putih keperakan terlihat di udara dan menebas ke arah sosok yang menyergap rombong Elf dari South Elf Kingdom itu. Setelah terkena sabetan, bayangan itu pun menghilang.
“Kau mengenainya?” tanya Nushala datar, seolah-olah seperti menanyakan kepada anak buahnya apakah dia sudah menyingkirkan batu di tengah jalan.
Elf soldier yang bernama Alma itu menggelengkan kepalanya dan dengan waspada masih saja menghunus pedangnya. Alma melihat kesana kemari dan berusaha mencari sosok tadi. Tapi tak berhasil juga.
“Heli ini berkecepatan tinggi. Dia pasti tak akan bisa mengikuti kita. Hanya seorang bedebah jalanan yang mungkin tergiur untuk mencoba merampok kita karena melihat kotak besi yang kita bawa,” kata Elf Knight yang duduk di sebelah kiri Nushala.
Alma menganggukkan kepalanya.
“Ugghhhhhkkkkkk,” tiba-tiba sebuah suara erangan terdengar dan helikopter yang mereka tumpangi pun oleng kehilangan keseimbangan.
Nushala melihat ke arah Elf yang memegang kemudi helikopter dan menemukan kalau dia sudah tewas tanpa luka yang terlihat oleh mata, “Hei!!” teriak Nushala. Tak ada sahutan dari si pilot Heli. Dengan cepat, benda terbang yang menggunakan baling-baling itu pun menukik tajam disertai gerakan berputar-putar.
Nushala tidak terlihat panik. Dia berdiri dan diikuti oleh kedua orang Elf Knight yang berada di samping kiri dan kanannya, mereka bertiga meloncat keluar dari dalam heli yang tejatuh itu. Tiga Elf Soldier yang tersisa juga melakukan hal yang sama, beberapa saat setelah Nushala dan kedua orang pengawal elitenya berhasil menyelamatkan diri.
Tak ada yang memperhatikan jika ada sesosok bayangan yang mengenakan baju camou bergelantungan di tali yang digunakan untuk mengangkat kotak berisi bijih besi itu.
Ketika kelima penumpang itu meninggalkan heli, sosok berbaju camou itu menjentikkan tangan kirinya dan seutas tali berukuran kecil dan hampir tidak terlihat mata, membantunya melayang ke atas dan mendarat di bagian dalam kokpit heli yang menukik tajam dan berputar-putar.
Dengan cepat Gaju mendorong tubuh Elf yang sudah tak bernyawa itu dan menerbangkan kembali helikopter yang baru saja di bajaknya itu. Bagi dia, menerbangkan helikopter model kuno seperti yang digunakan oleh grup Elf yang dipimpin oleh Nushala adalah sesuatu yang mudah.
Booommmm. Booommm. Boommmmm.
Beberapa dentuman bertubi-tubi terdengar di tanah ketika kelima Elf yang tadi meloncat dari helikopter berhasil mendarat dengan kedua kakinya. Sebagai petarung dengan level Knight dan Soldier yang memiliki physical attribute melebihi poin 5 dan 10, jatuh dari ketinggian seperti barusan bukanlah sesuatu yang fatal.
Tapi…
Muka kelima Elf itu berubah menjadi merah padam ketika melihat heli mereka yang seharusnya jatuh ke tanah, tiba-tiba saja kembali terbang dengan sempurna.
“Thia?” kata Nushala menyebut nama pilot heli yang tadi sudah tewas karena mencurigai anak buahnya itu berkhianat. Tapi kecurigaan itu segera hilang beberapa detik kemudian setelah melihat sesosok tubuh melayang keluar dari heli dan jatuh bebas ke tanah.
“Kurang ajar!!” geram Nushala dan barulah kini dia menyadari bahwa kelompoknya baru saja terkena perampokan di siang bolong.
“Kejar!!!”
Hanya suara teriakan yang terdengar setelah bayangan salah satu pimpinan South Elf Kingdom itu menghilang dan melesat ke arah Helikopter yang mencoba melarikan diri.
=====
Wanderer.
Sebuah julukan yang melambangkan status. Sejak mendapatkan julukan itu dan bergabung dengan ras Mecha yang dipimpin oleh Grid, Gaju bisa menggali informasi lebih dalam tentang apa yang terjadi di Permukaan.
Sebagai gantinya, Gaju juga membagikan ilmu yang dia miliki. Toh sekalipun ras Mecha tidak lagi merasa sebagai bagian dari manusia, tapi mereka sejatinya adalah manusia juga. Gaju merasa sedikit nyaman ketika berada di tengah-tengah ras Mecha dibandingkan ras Beastmen atau Elf.
“Ini adalah logam. Logam terbagi menjadi beberapa jenis. Jenis yang pertama…”
Dengan alasan memberikan pengetahuan tentang ilmu material, Gaju berhasil mendapatkan akses ke dalam workshop milik ras Mecha. Grid yang mengawasi dari kejauhan juga terlihat sangat senang ketika melihat Gaju tanpa sungkan memberikan pengetahuan yang dia miliki kepada generasi muda ras Mecha.
Bagi ras Mecha sendiri, pengetahuan adalah sesuatu yang paling berharga. Mereka sangat jarang bersedia membagikan pengetahuan itu kepada orang banyak seperti apa yang sekarang Gaju lakukan. Mereka akan menggunakan metode transfer pengetahuan melalui proses mentor seperti Grid dan Wave.
Gaju sendiri tentunya mempunyai tujuan lain dengan berusaha mendapatkan akses untuk menggunakan workshop. Hal pertama yang selalu menghantuinya hingga saat ini adalah dia tak memiliki senjata sekaligus alat pertahanan diri miliknya.
Gaju merasa seolah seperti burung yang patah sayapnya. Dan sayap itu adalah enam buah jarum dengan senar logam yang tipis untuk teknik maneuver di udara yang dia latih sejak dulu di Pulau.
Dengan mendapatkan akses untuk menggunakan workshop, Gaju perlahan-lahan kembali menempa senjata andalannya. Dia melakukannya dengan serahasia mungkin agar tak membuat ras Mecha curiga. Setelah mengerjakannya selama hampir seminggu, kini Gaju memiliki sayap lagi.
Sesuai dengan desain awal, jarum dan benang logam milik Gaju sejatinya termasuk dalam kategori senjata rahasia. Karena itu, sangat mudah bagi Gaju untuk menyembunyikan benda itu dari perhatian orang seteliti Grid sekalipun.
Gaju merasa jauh lebih percaya diri setelah kembali memegang senjata favoritnya. Setelah sekian lama dia tersadar dalam keadaan telanjang tanpa busana di Puing beberapa bulan lalu, kini Gaju sudah bisa mempertahankan dirinya sendiri.