Chapter 59 - Rencana

944 124 23
                                    

“Sistem mekanik itu tidak sejalan dengan sifat alami manusia.”

“Mekanik itu kaku. Tidak luwes. Tidak mengalir. Monoton.”

“Manusia itu alami. Lembut. Fleksibel. Impulsif.”

“Ini yang kuinginkan sebagai masa depan dari sistem persenjataan kita,” kata Gama kepada puluhan orang yang duduk di depannya dalam sebuah ruangan.

Sebagian besar dari mereka menggunakan baju serba putih dengan kacamata tebal dan dandanan acak-acakan. Sebagian yang lain terlihat berpakaian kasual dan lebih modis. Tapi mereka semua memiliki kesamaan, mereka mendengarkan semua kata-kata Gama, Distric Leader mereka, dengan serius.

Di depan Gama, sebuah proyeksi hologram berukuran dua kali ukuran manusia biasa terlihat berputar-putar dengan perlahan. Hologram itu memperlihatkan sebuah armor yang bentuknya menyerupai manusia. Tidak terlihat adanya sesuatu yang istimewa dari armor itu, tapi Gama selalu menatapnya dengan penuh kerinduan, seperti seseorang yang sedang merindukan kekasihnya.

“Nano technology…”

“DNA identification…”

“Artificial intelligence…”

“Physical enhancement…”

“Aku mau semua resources yang tidak dialokasikan untuk kebutuhan primer Dunia Bawah untuk mengembangkan armor ini!”

“Proyek ini akan berada langsung di bawah pengawasanku. Kalian direct report kepadaku. Jika ada siapa pun atau apa pun yang menghalangi penelitian kalian untuk armor ini…”

“Katakan padaku siapa dia, dan kupastikan aku sendiri yang akan menanganinya!” ancam Gama dengan muka bengis, yang mungkin tak begitu terlalu kentara karena kulitnya yang hitam legam.

“Siap, Leader!!” jawab semua orang serempak.

Beberapa menit kemudian, Gama berdiri sendirian di sebuah bukit yang menjadi taman hijau di tengah hiruk pikuk pusat West District. Dia menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Gama terlihat sedang larut dalam pikirannya yang dalam dan panjang.

“Penampilan dan sikapmu tak cocok untuk usiamu…”

Sebuah suara tiba-tiba terdengar dari sebelah atas Gama tapi tak membuat si Genius terkejut.

“Tian, apakah kau yakin?” tanya Gama perlahan tanpa menolehkan kepalanya ke arah Tian.

“Apakah aku yakin?” ulang Tian yang kini sudah berdiri di sebelah Gama.

Tian menarik napas panjang lalu mulai bergumam pelan.

“Aku sudah mencari informasi…”

“Aku sudah mengumpulkan data…”

“Professor dan semua peneliti di West District... Kau tahu soal ini kan?” tanya Tian.

Gama menganggukkan kepalanya, “Professor adalah pendahuluku. Aku tahu jalan berpikirnya dan juga semua peneliti yang mendukungnya. Mereka scientist, dan scientist tidak berkata bohong. Mereka hanya menyampaikan fakta…”

“Dunia Bawah saat ini sedang sekarat…”

“Dan kau masih saja bertanya apakah aku yakin?” potong Tian sambil tertawa.

“Hahahahahahaha…” Gama hanya tertawa untuk menjawab pertanyaan Tian.

“Kalian akrab sekali…”

Sebuah suara wanita terdengar menegur mereka berdua dan membuat mereka menoleh. Tak jauh di sebelah kanan mereka, seorang gadis berjalan menelusuri jalan setapak menuju tempat Gama dan Tian berdiri. Gadis itu terlihat sangat elegan dan mengenakan baju resmi dengan dandanan yang serius. Kacamata hitam menutupi kedua matanya dan menyembunyikan mata indah yang ada di sana. Dia berjalan dengan penuh percaya diri dan mungkin terlalu percaya diri, karena dia seolah sedang membusungkan dadanya ke depan untuk menonjolkan kedua keindahan yang ada di sana.

“Grow up…” cibir Tian saat melihat tingkah Adel yang sok dewasa tapi tetap saja masih kekanak-kanakan itu.

Belum sempat Adel menjawab cibiran Tian, sebuah sapaan datar dan dingin terdengar, “Hi..” cuma sepatah kata dan tanpa nada.

Sapaan datar yang mengiringi kedatangan seorang gadis cantik dan seksi yang mengenakan gaun dengan kain hampir tembus pandang yang berkibar ditiup angin. Penampilannya berbanding terbalik dengan penampilan Adel yang menyerupai seorang wanita professional yang berpendidikan. Penampilan gadis ini, layaknya gadis-gadis dalam legenda Yunani kuno yang akan menari dengan gaun putih tipis mereka dan menebar pesonanya kepada kaum Adam yang ada di dekatnya. Gadis itu Song Nam.

“Hei hei, kita semua teman disini…” kata Gama sambil meringis, dia berusaha menengahi perseteruan abadi Adel dan Tian.

“Diam!!!” teriak Adel dan Tian bersamaan dan membuat Si Genius bungkam.

“Gama, bagaimana dengan permintaanku?” tanya Song Nam tak mengindahkan Adel dan Tian.

“Segera… Mungkin dalam dua bulan lagi, saat benda itu jadi, aku akan mengantarnya sendiri ke East District,” kata Gama.

“Aku akan menunggumu,” jawab Song Nam sambil tersenyum.

Cara sederhana dan efektif dari Song Nam untuk meredakan pertengkaran anak-anak antara Adel dan Tian.

“Matikan mini komputer kalian,” gumam Gama beberapa detik kemudian.

=====

“Saat ini aku sedang mengerahkan semua resourcesku untuk mengembangkan nano suit. Sekalipun aku tidak tahu berapa banyak benda itu bisa diproduksi saat penelitian ini selesai nanti,” kata Gama memberikan laporan progress dari Distriknya.

“Gama, jangan terlalu idealis. Terkadang kuantitas itu lebih baik dibandingan kualitas. Aku tahu jika membuat Nano suit yang sempurna sesuai keinginanmu akan sulit terlaksana dalam jumlah besar. Tapi kita ingin armor itu bisa digunakan saat perang oleh banyak prajurit. Bukan hanya oleh satu atau dua orang saja,” kata Adel.

Muka Gama terlihat sedikit kesal saat mendengar kata-kata Adel, Gama adalah seorang perfeksionis, dia tak ingin memakai armor setengah jadi atau armor paket ekonomi. Dia ingin armor sesempurna mungkin yang dia mampu ciptakan.

“Gama, buat satu armor yang sempurna untukmu. Lalu buat juga versi mass production untuk para prajurit kita. Ini solusi terbaik,” usul Tian.

“Aku lebih setuju ke usulan Tian,” jawab Gama cepat.

Adel hanya tertawa kecil melihat tingkah Gama.

“Song Nam… Intel?” tanya Tian.

“Selama beberapa bulan ini, tak ada pergerakan berarti dari pihak lawan, satu-satunya hal yang penting…” Song Nam terdiam dan menahan kata-katanya.

“Apa?” kejar Gama yang tak sabar karena suspense dari Song Nam.

“Kita kehilangan kontak dari Professor selama beberapa bulan,” kata Song Nam.

“Bukankah Professor ke Permukaan?” tanya Adel.

“Iya dan ini bukan kali pertama dia ke Permukaan. Mungkin Professor adalah manusia Dunia Bawah yang paling sering ke atas sana. Tapi, kejadian hilang kontak seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya,” jawab Song Nam.

Keempat orang itu terdiam lalu tak lama kemudian, Gama yang pertama kali membuka suara, “Lupakan! Dia Transcendent, di Permukaan, hanya beberapa orang yang bisa mengancam keselamatannya. Aku yakin dia pasti selamat.”

Tian, Adel, dan Song Nam menganggukkan kepalanya tanda setuju. 

Mereka sendiri baru belakangan ini mengetahui istilah “Transcendent”. Manusia-manusia yang memiliki kemampuan diatas level Super Human. Ketika mereka mendengar bahwa Professor adalah seorang Transcendent, mereka menyadari betapa naifnya keinginan balas dendam mereka kepada si Professor karena program Pulau-nya.

Hanya Tian dan Adel yang masih tetap menyimpan dendam kesumat kepada si Professor Gila hingga kini. Tian bahkan berjanji kepada dirinya sendiri, dia akan menjadi seorang Transcendent juga seperti Si Professor dan saat itu tiba, dia akan menghabisi nyawa si Professor untuk membalaskan dendam kekasihnya, Gaju.

Gaju - Dunia BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang