Berbeda dengan ras elf lain, Dark Elf lebih fokus untuk teknik close combat dan assassination. Karena itu, kekuatan fisik tak begitu berperan dalam teknik mereka. Itulah alasan terbesar kenapa sekalipun Lilomea menjadi dark elf terkuat.
“Rakh menolak?” tanya Lilomea ke seseorang yang duduk bersimpuh di depannya.
Dia adalah seorang laki-laki yang memiliki ciri fisik mirip dengan Lilomea. Satu-satunya pemandangan tak wajar darinya adalah tangan kanannya yang terkulai tak berdaya. Elf laki-laki itu adalah utusan berjubah hitam yang menemui Rakh beberapa waktu lalu.
“Pergi!” perintah Lilomea ke arah elf itu.
“Baik, Yang Mulia,” jawab sang elf dan dia beringsut mundur dari hadapan Lilomea.
“Dasar naga yang berjalan dengan dua kaki,” maki Lilomea.
“Yang Mulia, apa rencana kita selanjutnya?” terdengar sebuah suara dari ruangan yang hanya berisi Lilomea saja ini. Bagi Dark Elf yang memang lebih fokus kepada teknik assassin, trik menyembunyikan diri seperti ini bukanlah sesuatu yang luar biasa. Entah ada berapa orang lagi di ruangan ini yang tak terlihat selain Lilomea.
“Aku sudah menduga kalau Rakh akan menolak. Tapi Demi-Dragon tidak seperti ras lain. Mereka soliter. Sekuat apapun dirimu, jika sendirian, kekuatanmu tak terlalu diperhitungkan,” jawab Lilomea.
“Perlukah kita menghubungi tiga Ancestor lain dari ras Demi-Dragon?” tanya sebuah suara lainnya.
“Tak perlu,” jawab Lilomea datar.
Lilomea menarik napas panjang. Apapun itu, semua ras di Permukaan harus mengakui bahwa dominasi ras Demi-Dragon memang tak terkalahkan. Mereka hidup soliter dan penyendiri tanpa berkoloni, tapi mereka memiliki petarung level Ancestor terbanyak dibandingkan ras lain.
Seandainya saja, Demi-Dragon bukanlah ras yang terlalu egois dan mau berkelompok dengan sesamanya, mereka benar-benar akan menjadi ras yang akan mendominasi Permukaan.
Dari keempat Ancestor ras Demi-Dragon, Rakh yang terkuat. Tapi sekalipun begitu, ketiga Ancestor yang lain terlalu tinggi hati untuk bergabung dan mengakui dominasi Rakh. Akhirnya, keempat Demi-Dragon itu hidup terpisah dengan jarak yang sangat jauh dan tidak saling mengusik satu sama lain.
Karena kondisi unik ras Demi-Dragon, ras yang saat ini diakui sebagai ras terkuat di Permukaan adalah North Elf Kingdom, dengan pasangan kakak beradik Artanis dan Aegnor.
Tetapi sejak ratusan tahun lalu, Artanis dan Aegnor sama sekali tidak ikut campur dengan urusan Permukaan. Bahkan saat terjadi perang besar antara manusia dengan seluruh ras di Permukaan, pasangan saudara itu juga tidak ikut berpartisipasi.
Semua itu menciptakan sebuah kondisi stagnant karena vakumnya kekuatan absolut yang mendominasi Permukaan. Dua ras yang seharusnya menjadi penguasa Permukaan, melepaskan hak mereka dan membiarkan Permukaan menjadi tanah tak bertuan.
Ambisi Lilomea pun menjadi.
Dia tak merasa puas hanya dengan menjadi pemimpin tertinggi ras Dark Elf. Tak sesuai dengan tubuhnya yang mungil, Lilomea ingin menguasai seluruh Permukaan. Dan dia menciptakan Ordo, Novus Ordo Seclorum, Tatanan Dunia Baru. Permukaan yang berada dalam genggamannya. Permukaan yang akan tunduk kepada perintahnya. Sebuah Dunia Baru dimana dia yang akan menjadi pemimpinnya.
Lilomea mulai menebarkan perangkapnya. Dia mulai mengirimkan pasukan assassinnya ke semua ras yang ada di Permukaan. Memberikan gambaran semu tentang Dunia Baru yang akan dimiliki bersama-sama, oleh sebuah aliansi yang akan saling bekerja sama.
Tapi, untuk meyakinkan ras lainnya, Lilomea tak bisa hanya menggunakan sebuah mimpi. Dia membutuhkan sesuatu yang nyata. Dan teknologi manusia adalah jawabannya. Sekalipun Dark Elf anti dengan itu.
Lilomea menggunakan sumber daya yang dia miliki untuk menemukan lokasi perlindungan terakhir ras manusia, Dunia Bawah. Dia tahu, untuk mendapatkan teknologi manusia yang utuh, satu-satunya sumber yang dapat dia andalkan adalah pewaris dari ras manusia.
Selama bertahun-tahun, assassin dari Dark Elf berkeliaran kesana kemari mencoba mencari peninggalan-peninggalan manusia dan meneliti semua data yang memberikan petunjuk lokasi Dunia Bawah yang sesungguhnya.
Dark Elf juga mencoba menemukan kembali metode yang dipakai oleh manusia untuk bisa menembus dalamnya lautan karena dia membutuhkan itu untuk menemukan Dunia Bawah milik manusia. Dan dia berhasil melakukannya.
Dengan iming-iming teknologi manusia yang sudah berada dalam genggamannya, Lilomea mulai menyebar jaringnya ke semua ras lain dan mendapatkan sambutan luar biasa seperti yang dia inginkan. South Elf, East Elf, White Tiger Clan dan Snake Clan memutuskan bergabung dengannya.
Lilomea tahu kalau masing-masing ras memiliki agendanya sendiri-sendiri, tapi dia juga yakin dengan kunci yang dia pegang sendiri. Kunci itu adalah dua orang pemimpin tertinggi manusia Dunia Bawah yang terkena jeratannya.
Selama kedua orang itu dan teknologi manusia dari Dunia Bawah berada di tangannya, Lilomea yakin jika Guardian of Nature dari ras Elf dan Ancestor dari ras Beastmen yang bekerja sama dengannya tak akan bisa melakukan apa-apa.
“Yang Mulia, Elwing dari South Elf ingin berbicara,” sebuah suara terdengar di dalam ruangan.
Berbeda dengan petinggi South Elf atau ras Beastmen lain, Lilomea sama sekali tak menggunakan mini komputer di tubuhnya. Sekalipun dia menggunakan teknologi manusia sebagai perangkap untuk memikat ras lain, Lilomea masih tetap bertegang teguh dengan tradisi Dark Elf yang menolak peninggalan manusia.
“Sambungkan,” jawab Lilomea.
“Lilo… Kau tak berubah… Kenapa kau tak memakai mini komputermu? Setiap kali aku ingin menghbubungimu, aku harus menunggu dulu,” suara Elwing terdengar menggema di ruangan, “dan lagi, kau masih tetap tak mau menggunakan proyeksi hologram?”
“Elwing, ini sudah lebih dari cukup,” jawab Lilomea. Bagi seorang Assassin, tentu saja dia akan berusaha sebisa mungkin menjaga kerahasiaannya.
“Oke. Oke. Terserah,” kata Elwing, “Aku menyerang Wolf Clan,” lanjut Elwing dengan nada ringan, seolah-olah sedang mengatakan sesuatu yang tidak penting.
Lilomea kaget tapi dia berusaha meredam emosinya dan bertanya dengan suara sedatar mungkin, “Kenapa?”
Semua orang tahu di masa persiapan perang seperti ini, sebuah Clan yang memproduksi material logam untuk bahan dasar pembuatan senjata adalah sekutu yang sangat dibutuhkan. Lalu kenapa South Elf justru menyerang Wolf Clan?
“Aku membeli logam dari Wolf Clan, transaksi berhasil. Tapi saat pengiriman pulang, logamku dirampok orang,” jawab Elwing.
“Oke…” Lilomea sedang berusaha untuk mencerna apa hubungan perampokan itu dengan serangan South Elf ke Wolf Clan.
“Si Perampok bedebah itu, kabur ke Tezzeron dan Kraga melindunginya,” lanjut Elwing pendek, kali ini dengan nada dingin.
“Jadi Kraga bersandiwara saja? Dia menyuruh anak buahnya merampok logam yang sudah dijual ke South Elf?” tanya Lilomea.
“Tidak. Bukan Kraga, atau Wolf Clan yang merampok logamku…” jawab Elwing mengambang, “tapi ras Mecha,” lanjutnya.
“Mecha?” teriak Lilomea dengan suara sedikit keras, kali ini, dia tak bisa menguasai emosinya dan menunjukkan kekagetannya.
“Kau tak percaya kan? Aku juga. Tapi Nushala berani bersumpah soal itu,” jawab Elwing.
“Lalu apa maumu?” tanya Lilomea setelah berhasil menenangkan rasa kagetnya.
“Bantu aku, apa pun yang kita dapat di Tezzeron, kita bagi dua,” kata Elwing.
Lilomea terlihat berpikir sebentar, lalu tak lama kemudian, dia menjawab, “Setuju.”