Beala frustasi.
Dia turun tangan dan menyerang ke arah tembok Tezzeron secara langsung tapi Rocco, sang Jenderal Perang dari Wolf Clan menghadangnya. Setelah bertarung melawan sang manusia serigala itu selama beberapa detik, Beala memutuskan untuk kembali ke tengah-tengah pasukannya.
Alasan terkuat kenapa Beala memutuskan untuk kembali ke dalam barisan pasukannya adalah karena tujuan utamanya tak berhasil.
Beala memang berniat memecah kebuntuan dengan menyerang secara pribadi, tapi dibalik itu, dia punya tujuan lain yang jauh lebih penting. Beala ingin memancing sang Pemimpin tertinggi Tezzeron, Kraga.
Beala, Rocco, dan Kraga, mereka bertiga adalah petarung yang memiliki level berimbang. Beala dengan status Elf Knight-nya, sedangkan Rocco dan Kraga dengan status Beast King mereka. Beala dengan sengaja menyerang ke atas tembok Tezzeron seorang diri untuk memberikan celah bagi elite petarung Wolf Clan untuk menyerang dirinya.
Rocco tak akan mampu mengalahkannya seorang diri, dan jika Kraga membantu, hasil akhirnya akan berbeda. Beala sengaja menggunakan dirinya untuk umpan. Tapi pancingannya tak berhasil.
“Kenapa Kraga tak muncul tadi?” gumam Beala sambil mengerutkan dahinya.
Bagaimana Kraga akan muncul sesuai harapan Beala, karena saat ini dia dan pasukannya sedang berlari kencang dari arah berlawanan dengan Tezzeron dan akan memberikan serangan kejutan bagi pasukan Beala dari belakang.
=====
Grid berdiri di lantai tertinggi sebuah menara yang ada di salah satu bangunan di tengah kota Tezzeron. Di depannya sebuah benda berbentuk panjang dan terbuat dari logam terpasang di atas sebuah penyangga yang ada di dinding menara itu.
Grid sesekali akan menempelkan matanya ke sebuah tabung kecil yang dipasang sejajar dengan benda logam berbentuk bulat panjang dan menyerupai pipa.
“Gaju…”
Nama itu tanpa sadar keluar dari mulut Grid yang sesekali berdecak kagum dengan benda yang sedang dipegangnya.
Benda itu diberikan oleh Gaju kepada Grid beberapa hari sebelum kepergian Grid ke Dolphin Island. Gaju menyebut benda ini ‘senapan’. Dia juga hanya memberikan sebuah senapan saja kepada Grid dan melarang Grid untuk memberikan senapan itu kepada siapa pun.
Saat Grid pertama kali melihat Gaju mendemonstrasikan cara menggunakan senapan, tubuh renta Grid bergetar karena campuran antara rasa takut dan takjub. Dia melihat sendiri bagaimana sebuah apel yang terletak ratusan meter dari tempat Gaju berdiri, hancur luluh lantak tanpa sebab setelah sebuah suara letusan terdengar dari ujung senapan yang dipegang Gaju.
“Grid, anggap ini sebagai rasa terima kasihku. Gunakan ini disaat kondisi memaksa dan jangan sampai siapa pun tahu kau memilikinya.”
Dan Grid mempercayai Gaju sepenuhnya.
Selama ini, ras Mecha selalu dianggap sebagai ras yang menjadi beban saat terjadi pertempuran atau perang. Mereka membutuhkan perlindungan dari Wolf Clan sebagai imbal balik atas teknologi yang mereka miliki untuk menambang dan mengolah logam.
Tapi dengan senapan yang sekarang Grid pegang, dia tahu kalau ini adalah masa depan Ras Mecha. Seandainya saja ada ratusan atau bahkan ribuan senapan seperti ini di tangan ras Mecha, mereka memiliki kemampuan bertarung yang mungkin tak kalah oleh kekuatan fisik para Beastmen.
Dan Gaju menyadari itu. Gaju juga sudah melangkah, puluhan langkah lebih maju di depan Grid. Grid tak bisa membayangkan seperti apa jadinya kota baru yang kini sedang dibangun oleh Gaju.
=====
“Bersiap!!!” teriak Kraga setelah melihat lampu kota Tezzeron di kejauhan.
Raut muka haus darah kini jelas tergambar di wajah-wajah pasukan Wolf Fang. Mereka menatap lampu Tezzeron dan hingar bingar pertermpuran di kejauhan dengan tatapan dingin.
“Binasakan mahluk berteringa lancip itu!!!” teriak Kraga sekuat-kuatnya.
Sinar mentari di ufuk timur mulai terlihat mengiringi langkah kaki gemuruh ratusan pasukan Wolf Fang yang berlari menuju ke arah Tezzeron. Gelapnya malam mulai tersingkap oleh cahaya mentari, hari baru telah datang, menyambut tetesan darah dari entah berapa nyawa yang akan melayang pagi ini di medan perang.
=====
“Serangan musuh!!!” sebuah teriakan terdengar mengagetkan Beala dan membuat elf berdarah murni itu menolehkan kepalanya ke belakang.
Saat itu lah Beala melihatnya, debu berterbangan mengiringi derap langkah ratusan pasukan Wolf Clan yang datang dari arah belakang mereka. Sebuah sosok berlari paling depan dengan seringai mengerikan di wajahnya, Kraga.
Barisan belakang pasukan elf yang sebelumnya tertib dan disiplin kini kocar-kacir dan berhamburan. Mereka pontang-panting kesana kemari berusaha menyelamatkan diri dari terkaman para serigala lapar yang kini sudah menerjang ke arah pasukan Elf.
“Cih…” desis Beala sambil menghunuskan pedangnya.
Tanpa mempedulikan pasukan Wolf Clan di atas tembok, Beala merangsek cepat ke arah Kraga yang sudah mulai membantai pasukan Elf yang dipimpin Beala.
=====
“Kau memunggungiku di saat pertempuran?” desis Rocco dari atas tembok Tezzeron dengan sebuah senyuman yang tak terlihat sebagai sebuah senyuman karena wajah serigalanya.
“Pasukan!!!” teriak Rocco sambil mengangkat tangannya keatas dan disambut oleh tatapan penuh semangat oleh pasukan Rocco yang sedari tadi bersiaga di atas tembok Tezzeron.
“Habisi mereka yang ingin membunuh keluarga kita di Tezzeron!!!” teriak Rocco sambil menurunkan tangannya ke depan dengan cepat menyerupai sebuah lambaian yang menjadi isyarat kepada pasukannya agar turun dan menyerang pasukan Elf yang sedang menerima gempuran dari Kraga dan Wolf Fang.
Ratusan manusia serigala meloncat turun dengan cepat tanpa berpikir panjang dan segera berlari ke arah pasukan Elf yang sekarang bagaikan anak ayam kehilangan induknya. Rocco melihat ke seantero medan pertempuran sebelum akhirnya memutuskan untuk meloncat turun mengikuti pasukannya.
Bluggggghhhh.
Sebuah suara keras terdengar ketika kedua kaki Rocco menginjak tanah dan membuat tanah yang dipijaknya itu melesak ke bawah. Rocco berdiri perlahan-lahan dan ketika dia sudah sempurna berdiri, kini sosok manusia serigala itu bagaikan mercusuar di tepi pantai yang menjadi pusat perhatian semua orang karena tingginya yang melebihi hampir semua orang di tempat ini.
“Beala!!!” teriak Rocco keras membahana dan sedetik kemudian, manusia serigala raksasa itu melesat ke arah Beala yang tengah bertarung melawan Kraga di tengah-tengah prajurit yang sedang bertarung hidup mati demi ras mereka.
=====
“Cih… Aku tak suka berada di tengah pertempuran bar-bar seperti ini,” keluh seorang prajurit elf wanita yang bertarung dengan santai dan setengah hati.
Tapi sekalipun dia bertarung dengan santai, tak ada sama sekali satu pun luka yang dia terima di tubuhnya, dia juga bergerak dengan luwes kesana kemari seolah sedang menari dan dengan setiap gerakan tusukan atau sabetan pedang, pasukan Wolf Clan berjatuhan.
“Hei… Ini tugas. Kita hanya melaksanakan perintah saja,” tegur seorang prajurit wanita lain yang bertarung tak jauh dari prajurit wanita yang pertama.
Sekalipun tidak sama persis, gerakan prajurit wanita yang kedua ini terlihat menyerupai gerakan prajurit wanita yang pertama. Tapi dibandingkan gerakan mereka, ada yang sangat menonjol dan membedakan mereka berdua dari seluruh prajurit yang sedang bertarung di tempat ini, kedua prajurit wanita itu terlihat relaks, seolah-olah mereka tidak sedang berada dalam sebuah peperangan luar biasa antara Wolf Clan dan South Elf Kingdom.