Satu jam kemudian.
Di dalam sebuah Heli, delapan orang terlihat duduk dalam diam. Dua orang Tetinggi di depan, tiga lainnya berada di bangku belakang, dan tiga orang yang terakhir duduk di lantai Heli di bagian kargo belakang.
Ketiga orang yang duduk di lantai tanpa kursi itu adalah Gaju, Asuka, dan tahanan yang berada dalam satu sel dengan Gaju.
Para Tetinggi sama sekali tak mengatakan sepatah kata pun kepada si tahanan yang entah kenapa juga ikut naik ke atas Heli ini. Asuka yang paling kesal dengan keadaan ini. Dia duduk di lantai dan berada bersama-sama dengan dua orang tahanan. Bukankah itu artinya, Asuka disamakan dengan kedua orang ini.
Di bangku yang ditempati oleh tiga orang Tetinggi itu, masih ada satu tempat kosong disana. Bukankah seharusnya Asuka berada di tempat kosong itu? Bukan justru berada bersama dengan para tahanan ini? Karena itulah, impian yang selama ini sangat dia idamkan, tiba-tiba berubah menjadi pengalaman tak menyenangkan karena keberadaan dua orang tahanan yang berada di sebelahnya.
Si Tahanan yang duduk di antara Gaju dan Asuka, terlihat sama sekali tak begitu terkejut ataupun kaget saat dia menaiki Heli ini. Untuk sesaat, Gaju menangkap hal itu dan mengambil kesimpulan, dengan kemiripan vocal dan sikapnya, mungkin si Tahanan ini dulunya adalah seorang Tetinggi juga seperti kelima orang berjubah hitam itu.
Tapi Gaju tak begitu memperhatikan hal itu lagi, dia justru lebih asyik melihat ke arah bawah. Lebih tepatnya ke arah landscape yang dia lewati sejak tadi.
Seperti dugaan Gaju, Puing yang tadi mereka tinggali, sebenarnya adalah reruntuhan sebuah kota metropolitan dengan gedung pencakar langitnya. Gaju pernah melihat video tentang kota manusia yang sangat menakjubkan itu.
Di jaman keemasan manusia, seluruh Permukaan diisi oleh kota-kota besar yang didominasi oleh manusia dan mereka mempunyai penduduk berjuta-juta di tiap-tiap kota yang dipenuhi oleh gedung pencakar langit itu.
Kini,
Gedung-gedung kosong yang sudah runtuh dan hancur sebagian itu menjadi Puing yang digunakan oleh para Tetinggi untuk beternak manusia.
Kota-kota metropolitan yang dulunya diciptakan oleh manusia dan menjadi pusat kehidupan manusia, setelah beberapa ribu tahun, kini menjadi tempat manusia diternakkan, dibesarkan lalu dipanen layaknya domba atau kambing.
Gaju menarik napas dalam dengan cepat ketika emosi terasa mulai meluap dalam dadanya. Dia harus mengendalikan dirinya sebisa mungkin. Dia tak ingin mengungkapkan identitasnya sekarang, sebelum dia paham tentang yang sebenarnya terjadi di Permukaan.
Puing itu ternyata berukuran sangat luas.
Di sebelah luar Puing, Gaju melihat tembok yang menjulang tinggi dan membatasi kota dengan sekitarnya. Tembok itu terlihat sudah mulai hancur di sana-sini, tapi Gaju juga melihat ratusan mungkin ribuan sosok yang berjaga di tembok itu dengan busur dan panah di tangan mereka.
Gaju memperhatikan dengan seksama dan memastikan bahwa sosok-sosok itu memiliki kesamaan fisik dengan sosok Eldar yang dulu pernah ditemuinya di Pulau. Itu artinya mereka adalah Elf.
Elf berjaga di atas tembok tinggi yang memagari Puing berisikan manusia.
Perlukan penjelasan yang lebih lagi?
Kalau begitu, Heli ini yang dapat dengan bebas keluar masuk dari area Puing melewati penjagaan para Elf, hanya memiliki satu kemungkinan. Para Tetinggi adalah Elf juga.
Gaju tersenyum pahit dan menyandarkan dirinya ke dinding Heli yang masih saja melaju meninggalkan area Puing. Dia memejamkan mata dan mencoba untuk melupakan apa yang baru saja dia lihat tadi.