“Bagus!” seseorang bergumam dengan suara pelan di dalam sebuah ruangan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dia duduk dengan kaki terlipat di atas paha dan sebuah benda terselip di sela-sela jarinya. Sesekali dia akan memasukkan ujung benda itu ke dalam mulutnya dan tak lama kemudian, asap pekat akan keluar ketika dia menghembuskan napasnya.
Mungkin sebagian besar penduduk Dunia Bawah akan mengenali benda itu saat melihatnya, tapi hanya sebagian kecil dari mereka yang pernah merasakan langsung benda yang dinamai rokok tersebut.
Rokok adalah salah satu dari sebagian kemewahan yang sangat eksklusif di dunia bawah. Sekalipun teknologi maju memungkinkan mereka melakukan kegiatan hortikultur di Dunia Bawah, tapi tanaman tembakau sebagai bahan dasar dari rokok tidak bisa tumbuh di tempat yang terbenam di dasar lautan ini.
Selain Tembakau, ada banyak tanaman lain yang tak bisa hidup di Dunia Bawah. Anggur, Wortel, Kol, dan tanaman yang hanya bisa hidup di dataran tinggi tak dapat tumbuh sempurna di sini.
Karena itulah, sebatang rokok yang dihisap oleh seseorang, akan mengurangi jumlah rokok yang ada di Dunia Bawah. Segelas anggur yang diminum oleh seseorang, akan mengurangi jumlah wine yang ada di Dunia Bawah.
Supply yang terbatas dengan demand yang tinggi, akan membawa ke sebuah kondisi yang disebut luxury. Dan luxury selalu identik dengan uang. Entah berapa harga sebatang rokok dan segelas anggur di Dunia Bawah saat ini, tapi satu yang pasti, siapa pun yang bisa menikmatinya, sudah pasti dia bukan orang biasa.
Dan si bukan-orang-biasa ini tak sendirian di dalam ruangan ini. Tak jauh dari tempatnya duduk, seseorang berdiri sambil melipat tangannya di belakang punggung. Di depannya sebuah jendela kaca yang berukuran lebar dan memenuhi dinding terbuka tanpa tirai. Dari tempatnya berdiri, dia bisa melihat pemandangan hiruk pikuk kota yang sibuk dan penuh dengan manusia. Dia tak merokok seperti rekannya yang duduk di sofa.
“Aku tak menduga Goras akan melakukan tindakan impulsif seperti tadi,” gumamnya dengan suara pelan.
Si bukan-orang-biasa yang menikmati rokoknya tertawa. Si suara-pelan-dekat-jendela menoleh dengan tatapan tanda tanya, “Kau terlihat suka sekali dengan perubahan ini?”
“Tentu saja. Ini akan mempercepat rencana kita,” jawab Si bukan-orang-biasa.
“Tapi Permukaan belum sepenuhnya siap,” jawab Si suara-pelan-dekat-jendela, “dan lagi, aku tak tahu apa yang dia lakukan di atas sana,” lanjutnya.
Si bukan-orang-biasa terdiam, tawanya menghilang. Dia tahu siapa yang dimaksud dengan ‘dia’ oleh Si suara-pelan-dekat-jendela. Siapa lagi jika bukan Professor Gila yang bernama MoMu.
“Sampai detik ini, aku masih tak percaya jika aku sendiri mendorong agar rencana si Gila itu dapat terlaksana,” gumam Si bukan-orang-biasa. Ada nada kebencian yang dalam saat dia menyebut ‘Si Gila’ dalam kalimatnya.
“Kita mungkin memilih jalan yang sama, tapi tujuan kita berbeda,” jawab Si suara-pelan-dekat-jendela.
“Si Gila itu ingin merebut kembali Permukaan demi masa depan umat manusia di Dunia Bawah, sedangkan kita? Kita ingin ke Permukaan untuk mendapatkan kejayaan yang sesungguhnya!!” kata Si bukan-orang-biasa.
“Aku muak dengan lubang neraka ini!!” tiba-tiba si bukan-orang-biasa berteriak dengan emosi yang meluap.
“Aku muak menjadi pelayan bagi kalian semua!”
“Aku muak dengan semua keterbatasan yang ada di dasar laut laknat ini!!”
Si bukan-orang-biasa kini berdiri dengan napas terengah-engah setelah meluapkan emosinya barusan. Si suara-pelan-dekat-jendela kembali menolehkan kepalanya dan melihat ke arah kota yang ada di luar sana. Pandangannya lalu mengarah ke atas. Dia menarik napas dalam ketika melihat langit biru dan awan putih yang berarak indah disana.
Karena dia tahu, semua itu tak nyata.
=====
“South Elf, Dark Elf, East Elf, White Tiger Clan, dan Snake Clan?” tanya seorang laki-laki berbadan tegap dengan dua buah tanduk kecil di keningnya.
“Betul, Yang Mulia. Kami mengatur semuanya. Kami bahkan juga mempunyai anggota dari Dunia Bawah milik manusia,” jawab seseorang yang mengenakan jubah hitam yang menutupi seluruh tubuhnya dan berdiri agak jauh dari Rakh, petarung terkuat ras Demi Dragon.
“Bahkan manusia dari Dunia Bawah?” gumam Rakh pelan sambil memegangi dagunya sambil terlihat berpikir dalam.
“Ayah…” panggil seorang gadis cantik dengan dua buah tanduk kecil yang mirip dengan milik Rakh.
Rakh hanya tersenyum dan mengangkat tangannya agar Kayda, putrinya, diam. Kayda menuruti isyarat dari ayahnya dan kembali diam.
“Apa nama organisasi kalian ini? Organisasi yang bahkan mampu menarik tiga orang Guardian of Nature dari ras Elf dan dua orang Ancestor dari ras Beastmen,” tanya Rakh.
“Kami menyebut diri kami sendiri, Ordo, yang berasal dari kalimat Novus Ordo Seclorum, Yang Mulia,” jawab si laki-laki berjubah hitam.
“Novus Ordo Seclorum? Tatanan Dunia Baru?” tanya Rakh.
“Betul, Yang Mulia. Kami ingin menghancurkan Permukaan yang ada saat ini dan menggantinya dengan sebuah Dunia Baru dengan tatanan yang baru,” jawab si laki-laki berjubah hitam.
“Dan dalam Dunia Baru kalian ini, manusia dari Dunia Bawah juga akan kembali ke Permukaan?” tanya Rakh.
“Betul, Yang Mulia,” jawab si laki-laki berjubah hitam.
“Jika salah satu agenda kalian adalah membawa para manusia dari Dunia Bawah ke Permukaan, bukankah kalian punya cita-cita yang sejalan dengan si manusia yang bernama MoMu?” tanya Rakh.
“Jalan kita sama, tapi tujuan kami berbeda, Yang Mulia,” jawab si laki-laki berjubah hitam.
“MoMu ingin kembali ke Permukaan karena dunia ini sebenarnya memang milik manusia. Sedangkan kami ingin membawa manusia dari Dunia Bawah ke Permukaan karena kami tertarik dengan teknologi mereka,” lanjut si laki-laki berjubah hitam, “dengan teknologi mereka, kami bisa menciptakan sebuah Dunia Baru yang jauh lebih sempurna dibandingkan Permukaan saat ini.”
Rakh seolah tak mendengar kata-kata terakhir si laki-laki berjubah hitam dan menatap tajam ke arah laki-laki itu, “Pertanyaan terakhirku, apakah MoMu tergabung dengan organisasi kalian?”
“Tidak, Yang Mulia,” jawab si laki-laki berjubah hitam.
Wussshhhhhhh.
Saat kalimat si laki-laki berjubah hitam selesai diucapkan, Rakh sudah melesat dan dalam sekejap mata sudah berdiri di sebelah laki-laki yang berjarak beberapa meter darinya itu. Tangan Rakh terulur dan mencengkeram pundak si laki-laki berjubah hitam dan menekannya ke bawah, membuat musuhnya yang tadi hanya membungkukkan badannya kini duduk bertumpu dengan kedua lututnya ke tanah.
Kraaakkkkkkkk.
“Arrggghhhhhhhhh…”
Dengan sekali remasan, tulang lengan si laki-laki berjubah hitam berhasil diremukkan oleh Rakh. Lolongan kesakitan terdengar memenuhi lereng gunung yang terjal ini.
“Aku ksatria. Aku tak suka cara kalian. Ini peringatan dariku, pergi dari tempat ini dan jangan pernah kembali. Atau nyawamu yang akan tertinggal disini,” kata Rakh dingin.
Keringat dingin mengalir deras di kening si laki-laki berjubah hitam. Tanpa banyak bicara, dia berlari sekencang-kencangnya ke arah helikopter yang membawanya ke tempat ini.
=====
Author note:
Oke, cukup kan update-annya buat nemeni malem minggu kalian?
Sampe di chapter ini, kalian harusnya sudah paham darimana asal judul buku ketiga ini 'Dunia Baru'.
Next chapter diupdate ntah kapan2 lagi. Wkwkwkwk.