Chapter 22 - Wanderer

2.2K 197 11
                                    

“Scan target!” perintah Gaju pendek.

Bip…

‘Receiving instruction…’

‘Executing…’

Bip…

‘Data collected…’

“Display result! Projection type, 3D Hologram, 2:1 ratio!” kata Gaju.

‘Instruction received. Displaying data…’

Bip…

“Oooooohhhhhhhhh,” kali ini, suara jeritan yang tak bisa ditahan terdengar dari sekeliling mereka berdua.

Sebuah hologram 3D yang memiliki sosok Wave berdiri di depan Gaju dengan posisi berputar-putar perlahan. Sederetan angka dan data yang terlihat rumit mengelilingi sosok itu. Tinggi hologram itu hampir separuh dari tinggi Wave yang asli. Bayangan hologram itu lah yang membuat ras Beastmen yang mengelilingi mereka berteriak karena kagum.

Dari semuanya, Wave-lah yang mengalami shock paling luar biasa. Dia tak pernah melihat gurunya menggunakan teknik seperti barusan. Tapi, justru Elf yang mengenakan jubah Tetinggi di depannya bisa menggunakan mini komputer sehebat itu?

Elf?

“Tunggu!! Siapa bilang dia Elf? Bukankah teknik ‘scan’ ku gagal mengidentifikasinya?” kata Wave dalam hati. Kepalanya berputar dengan cepat dan mencoba menganalisa semuanya.

Dan saat itu, sebuah kemungkinan tiba-tiba masuk dalam kepalanya. Grand Master Grid pernah bercerita, ada beberapa orang Mecha yang sama sekali tak mau berkelompok dan hidup seorang diri melanglang buana. Mereka rata-rata tak puas dengan kemampuan yang sudah dimilikinya dan mempunyai ambisi untuk menguak semua tabir teknologi peninggalan manusia. Mereka menyebut diri mereka dengan Wanderer.

Dan Grand Master Grid selalu berpesan, jika bertemu dengan Wanderer, bersikap sopanlah. Kemampuan kami para Grand Master, mungkin tak ada apa-apanya dibandingkan dengan mereka.

“Maafkan aku,” tiba-tiba saja Wave memohon maaf dan membungkukkan badannya dalam-dalam ke arah Gaju.

Gaju terkejut dan bertanya-tanya kebingungan dalam hatinya, “Apa ini? Cepat sekali berubah?”

Tapi setelah beberapa detik Wave tetap dalam posisi itu, Gaju tahu kalau manusia bedebah di hadapannya ini benar-benar serius meminta maaf. Gaju lalu mematikan proyeksi hologram dari mini komputer yang didapatnya dari Morwen itu.

Setelah melihat lawannya tak lagi mengaktifkan mini komputer lagi, Wave dengan cepat mengangkat tubuhnya dan maju ke depan. Dia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka ini.

“Maafkan kelancanganku tadi, aku sama sekali tak menyangka bisa bertemu seorang Wanderer seperti anda di tempat ini,” kata Wave ceria.

“Grand Master, Ras Mecha, Wanderer…” Gaju mengulang-ulang tiga kata itu dalam kepalanya. Dia tahu kalau ketiga hal itu adalah kunci dari semua rentetan peristiwa aneh ini.

Secara garis besar, Gaju bisa menebak kesalahpahaman yang sedang terjadi ini. Bocah di depannya ini pasti mengira kalau dirinya seorang yang dikategorikan sebagai Wanderer. Dan alasan terbesar untuk hal itu adalah karena penggunaan mini komputer tadi. Gaju menduga, bahwa bagi ras Mecha atau apa pun namanya itu, penggunaan mini komputer yang merupakan sesuatu hal yang biasa baginya dulu saat di Pulau, mungkin mengandung arti lebih penting lagi bagi Ras Mecha ini.

Tapi, untuk saat ini, hal yang terpenting bagi Gaju tentu saja berpura-pura mengikuti permainan dari manusia aneh di depannya ini. Dia sangat ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga membuat sesama manusia bisa memperlakukan manusia lainnya sebagai budak.

Wave yang merasa mendapatkan angin segar dari Gaju, semakin bersemangat untuk mendapatkan keuntungan pribadi dari seorang Wanderer yang langka dan susah untuk ditemui itu, “Maaf, apakah ada tempat yang ingin anda tuju? Kalau tidak, bagaimana jika mampir ke tempatku. Aku jamin, tak ada tempat yang lebih mewah dibandingkan base milik Ras Mecha di kota Tezzeron ini. Tentu saja diluar istana milik Wolf King,” bujuk Wave.

Gaju berpura-pura berpikir sejenak lalu menganggukkan kepalanya, “Buka ikatan mereka, beri mereka baju dan biarkan mereka berjalan dengan kedua kaki mereka,” kata Gaju sambil menunjuk ke arah beberapa gadis yang masih merangkak di jalanan itu.

Dahi Wave sedikit mengrenyit tapi dia tak berkomentar apa-apa. Dia tahu kalau para Wanderer mungkin memang sedikit eksentrik dan nyeleneh seperti orang di sebelahnya. Lagipula, manusia-manusia itu tak berarti apa-apa bagi Wave dibandingkan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dari sang Wanderer di sebelahnya.

=====

Hanya ada tiga orang di dalam ruangan ini. Mereka adalah Gaju, Grid, dan Wave. Ketiga orang itu saling terdiam dan sama sekali tak menunjukkan keinginan untuk membuka percakapan. Mereka bertiga saling terdiam dalam suasana yang aneh tapi entah kenapa nyaman.

“Aku sudah mendengar perlakuanmu kepada para manusia itu…”

Akhirnya, Grid-lah yang pertama kali menyerah kepada rasa ingin tahunya. Begitu banyak hal yang ingin dia ketahui dari seseorang yang dia duga adalah seorang Wanderer.

“Aku bisa memahami sudut pandangmu. Kita, ras Mecha, memang berasal dari leluhur yang sama dengan mereka…” lanjut Grid.

Sebuah sentakan halus terlihat dari Wave. Keliatannya, ini kali pertama dia mengetahui masa lalu ras Mecha dan berusaha keras untuk meredam rasa kagetnya.

“Setidaknya, kau tahu alasanku tidak bisa membenarkan perlakuan seperti itu menimpa mereka…” jawab Gaju.

“Aku tahu. Aku paham itu. Bukankah aku sudah mengatakannya,” jawab Grid.

Mereka bertiga lalu terdiam. Grid sedang memutar keras kepalanya untuk bisa menggali pengetahuan yang dimiliki oleh Wanderer di depannya ini, sedangkan Gaju, dia sedang mencoba untuk mengumpulkan semua detail informasi tentang ras Mecha yang ada di hadapannya. Bukankah sekarang dia sedang bertemu dengan sang Grand Master, sang Pemimpin dari ras Mecha?

“Siapa namamu?” tanya Grid.

“Tiga Tujuh…” jawab Gaju sambil tersenyum kecil. Dia sudah mempersiapkan identitas dan cerita penunjang untuk identitas Wanderer yang baru saja di dapatnya tadi.

“Tiga Tujuh, maksudmu angka tiga dan tujuh?” tanya Grid heran. Ini kali pertama dia mendengar, ada seseorang memiliki nama sebuah angka, atau tepatnya dua angka.

Gaju menganggukkan kepalanya. Dia tersenyum dan mengeluarkan skenario yang sudah dia persiapkan dalam kepalanya, “Di tempatku berasal, kami semua diberi nama dengan sebutan angka. Ada Kosong Satu, Kosong Dua, dan seterusnya.”

Raut muka tercengang terlihat di wajah Grid dan Wave. Mereka bahkan saling berpandangan untuk sesaat.

“Kami tak tahu apa itu orang tua dan keluarga. Kami hanya dididik dengan semua pengetahuan yang mereka miliki,” lanjut Gaju.

“Memang itu adalah ciri khas Mecha. Kita tidak mengenal arti hubungan darah. Ilmu pengetahuan lah yang terpenting!!” potong Grid dengan mata bersinar.

Gaju hanya menganggukkan kepalanya pelan, “Aku berhasil keluar dari tempat itu, lalu menjelajah kemana-mana seorang diri,” kata Gaju kemudian tanpa menjelaskan detail lainnya.

Grid tahu bahwa perjalanan dan pengalaman hidup adalah bagian dari pengetahuan dan pengalaman. Itu adalah sesuatu yang sangat berharga bagi ras Mecha. Jika Gaju tak mau menceritakannya, dia tak akan bertanya detail.

“Bagaimana dengan anak-anak lainnya?” tanya Wave tiba-tiba.

Grid menoleh ke arah Wave dengan tatapan tidak suka. Gaju hanya tersenyum saat mendengarkan pertanyaan Wave.

“Mereka semua mati, kecuali beberapa orang saja, aku salah satunya,” jawab Gaju.

Wajah Wave langsung pucat ketika mendengarnya. Pikirannya segera melayang dan mencoba untuk mengukur kemampuan dirinya, “Seandainya aku berada di sana, akankah aku termasuk salah satu yang berhasil hidup?” pikir Wave.

“Gaju, aku tahu kau tak ingin menceritakan tentang pengalamanmu secara mendetail. Tapi setidaknya, aku ingin tahu satu hal. Kenapa kamu bisa berada dalam tawanan seorang Elf murni seperti Aerin?” tanya Grid dengan tatapan dingin beberapa saat kemudian.

Gaju - Dunia BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang