Tak lama kemudian, sebuah benda yang mirip dengan milik Koga tadi, berhenti di depan Songnam. Tanpa berkata-kata, gadis manis berambut hitam lurus sepinggang itu menghilang di dalam kendaraannya yang langsung melesat pergi meninggalkan tempat ini.
Tapi tak seperti Koga yang harus menempuh perjalanan panjang untuk kembali ke South District tempatnya berdiam, Songnam hanya membutuhkan waktu beberapa menit untuk sampai ke sebuah bukit kecil yang menjadi kediamannya.
Sebuah rumah yang terlihat minimalis dan sederhana berdiri di atas puncak bukit.
Ketika Songnam keluar dari kendaraan yang sekarang terparkir di dalam halaman rumah, seorang wanita yang terlihat cantik dan bertubuh seksi terlihat menunggu Songnam di dekat pintu masuk. Songnam hanya melirik sekilas ke arah wanita itu dan terus berjalan pelan ke arah pintu.
“Apa yang kalian bicarakan?” tanya si wanita seksi yang umurnya tak bisa ditebak itu.
“Bukan urusanmu!!” tukas Songnam dengan nada ketus.
“Kau!!!” teriak si wanita seksi sambil menunjuk ke arah Songnam dengan raut muka penuh amarah.
“Aku ditunjuk untuk menjadi Jenderal di East District. Supreme Commander yang menunjukku. Apa yang bisa kau lakukan kepadaku?” tanya Songnam dengan tatapan sinis ke arah si wanita seksi yang sedang terbakar emosi di dekatnya.
“Dasar bocah ingusan!! Sekalipun kau seorang Jenderal, tapi masih ada aku, Sin-La, di East District. Aku di sini bahkan sebelum kau lahir. Berikan sedikit respekmu untukku!!” teriak si wanita seksi yang mengaku bernama Sin-La.
“Respek? Oke,” kata Songnam sambil tersenyum lalu dia mengulurkan tangannya, mengajak Sin-La untuk berjabatan tangan.
Sin-La yang melihat telapak tangan Songnam terulur ke arahnya, langsung mundur dua langkah seketika dengan raut muka ketakutan. Matanya tak lepas dari tangan halus dan cantik milik Songnam tapi bagaikan cakar monster bagi dirinya.
“Saat kau berani berjabatan tangan denganku, saat itu kau akan mendapatkan respek dariku, Sin-La,” kata Songnam datar dan berjalan ke arah pintu, tak peduli dengan Sin-La yang masih terpaku di tempatnya.
“Kau!! Kau boleh merasa hebat karena Supreme Commander masih berkeliaran saat ini, tapi saat dia tak ada, kau akan habis!!” teriak Sin-La.
Songnam yang tadinya tak peduli dengan teriakan si wanita gila yang meracau tak karuan itu, tiba-tiba menghentikan langkahnya ketika mendengar kalimat Sin-La barusan.
Songnam menolehkan kepalanya ke arah Sin-La dan menatap wanita itu dingin, “Sin-La, satu-satunya alasan kenapa saat ini kau masih hidup adalah karena Professor MoMu melarang kami membunuh para District Leader tak berguna seperti kalian!”
“Jadi, berdoalah agar dia tak segera pergi atau menghilang, karena saat itu terjadi, Dunia Bawah bukan lagi akan menjadi milik segerombolan pengecut seperti kalian!” kata Songnam sembari masuk ke dalam rumahnya.
Sin-La tertegun tanpa kata-kata di tempatnya. Untuk sesaat tadi, saat Songnam menatapnya, Sin-La merasakan seluruh tubuhnya seperti disiram air es yang dingin. Sin-La tahu kalau Songnam benar-benar ingin membunuhnya tadi dan gadis remaja itu menahan diri sebisanya.
Tanpa berpikir, Sin-La membalikkan badan dan berlari kencang meninggalkan rumah kecil ini. Rumah kecil milik Jenderal Songnam yang menjadi pemimpin baru militer di East District karena pengaruh Supreme Commander.
Di dalam kendaraannya, Sin-La diapit dua orang bodyguard berbadan kekar dengan raut muka datar dan sangar. Tapi, Sin-La sama sekali tak merasa aman.
Sin-La tak pernah merasa aman sejak kejadian itu.
Sama seperti District Leader yang lain, mereka semua tak pernah merasa aman sejak Professor MoMu membawa kelima monster itu keluar dari Pulau ke Dunia Bawah. Mereka berlima, seperti sebuah bom yang bisa meledak sewaktu-waktu tanpa kendali. Sesuatu yang bisa merusak tatanan yang ada di Dunia Bawah selama berabad-abad belakangan ini.
Dulu, saat MoMu menjadi District Leader dan mengungkapkan kekuatirannya tentang masa depan Dunia Bawah, mereka semua bisa dengan mudah menolak pendapatnya dan mentertawakan dia. MoMu hanya seorang Professor Gila yang terlalu jauh mengkhayal dan mengada-ada, itu kata mereka.
MoMu menghilang, ketika dia kembali, dia menjadi seorang petarung yang melampaui batas manusia dan diangkat menjadi Supreme Commander oleh pihak Dunia Bawah. Posisinya tak lagi sekedar District Leader dari West District yang mempunyai kedudukan sama seperti para Leader lainnya, kini Professor Gila itu menjadi pemimpin tertinggi Divisi Militer yang membawahi semua prajurit dari kelima distrik Dunia Bawah.
Ketika District Leader yang lain dicekam ketakutan karena bayang-bayang ide gila Professor MoMu untuk menyerang Permukaan, justru sang Professor mengusulkan rencana lain. Dia ingin membuat sebuah tempat yang terisolasi dan mendidik bibit prajurit dengan caranya sendiri.
Karena itu, terciptalah Pulau.
Setiap manusia yang ada di Dunia Bawah, bisa mengikuti kehidupan para Kandidat secara live setiap saat. Mulai dari Tahap 1 hingga Ujian terakhir. Sekilas rencana itu terlihat sederhana dan biasa saja, tapi ketika kelima kandidat yang berhasil survive dari Pulau keluar dan diperkenalkan oleh Professor kepada Dunia Bawah, semua Leader dan generasi tua dari Dunia Bawah yang selama ini skeptis dan pesimis dengan gagasan gila Professor MoMu terpana.
Selama ini, Professor tidak sedang menciptakan prajurit-prajurit tangguh dengan programnya.
Tapi,
Professor sedang menciptakan pahlawan. Professor sedang menciptakan tokoh ‘hero’ seperti dalam cerita komik atau novel. Professor sedang menciptakan symbol.
Sebuah symbol yang akan menjadi penanda lahirnya generasi baru. Generasi baru yang berani dengan lantang meneriakkan kata perlawanan dan berjuang untuk merebut kembali Permukaan.
Bukan bagian dari generasi yang selama ini terdoktrin oleh kenyamanan semu dari kehidupan Dunia Bawah yang membuat semangat bertarung mereka melemah.
Dan ketika ratusan, ribuan, bahkan jutaan anak-anak menyaksikan perjuangan para Kandidat yang disiarkan secara langsung sepanjang waktu, mereka ikut merasakan perjuangan yang dialami oleh para Kandidat, mereka juga ikut merasakan proses tumbuh dan berkembangnya anak-anak itu satu per satu.
From zero to hero.
Tian, Adel, Koga, Songnam, dan Gama, mereka berlima bukanlah monster yang dijauhi oleh orang-orang di sekitarnya seperti yang selama ini justru mereka sendiri bayangkan.
Mereka adalah idola, mereka adalah pahlawan, mereka adalah symbol, yang diciptakan oleh Professor MoMu, dengan tujuan menjadi tonggak pemisah antara generasi tua yang diwakili oleh para Distrik Leader yang menginginkan agar ras manusia terus bersembunyi dan membusuk dalam gelembung besi mereka yang terbenam di dasar lautan, dengan generasi baru yang menghendaki kebebasan dan kembali ke tanah asal mereka di Permukaan.
Itulah alasan terbesar kenapa Sin-La dan juga District Leader yang lain tak akan bisa merasa aman lagi sejak kemunculan kelima monster ciptaan sang Professor di Dunia Bawah.
Saat ini, semuanya terlihat masih tenang, tapi angin dingin mulai terasa menusuk di kulit mereka. Pertanda bahwa badai akan segera datang. Entah kapan, tapi badai itu pasti datang.
Sin-La hanya bisa membuang napas panjang sambil melihat ke luar jendela kristal kendaraannya. Deretan hotel mewah dan tempat hiburan gemerlapan yang menjadi ciri khas East District tak lagi membuatnya merasa nyaman.