Seorang pemuda dengan tampilan khas dari ras Mecha dengan berbagai pernak pernik logam di tubuhnya terlihat berdiri tegang dengan sebuah benda di tangannya. Dia menggenggam benda itu dengan tangan yang bergetar.
Beberapa saat lalu, ketika pemuda itu melihat apa yang bisa dilakukan oleh benda kecil itu, dia sangat terkejut. Tak pernah sekalipun dia membayangkan jika benda yang memiliki panjang tak lebih dari 20cm itu sangat mematikan.
“Tembak!” sebuah perintah tegas dan datar terdengar di telinga Wind dan tanpa banyak berpikir dia menarik benda kecil yang ada di genggamannya.
Dorrrrrrr.
Sebuah suara letusan keras terdengar dan sekejap mata kemudian, sebuah lubang terlihat di papan kayu yang terletak beberapa puluh meter di depannya.
“Kapan kau akan mengenai sasaran jika kau memejamkan mata saat mengarahkan senjatamu?” tegur Gaju.
“Maafkan aku, Master,” jawab Wind cepat dengan nada memelas.
“Lagi!” perintah Gaju seolah tak mempedulikan permintaan maaf dari muridnya.
Wind mencoba mengumpulkan tekadnya dan berusaha untuk menembakkan benda kecil di tangannya itu. Kali ini dia berusaha keras untuk melihat sasaran yang ada di depannya dan benar-benar berusaha untuk membidiknya.
Doorrrrrr.
Setelah itu, letusan demi letusan terdengar dari tempat sepi yang jauh dari manapun itu.
=====
“Salah!” kata Gaju sambil melayangkan pukulannya dan berhenti tepat ketika ujung kepalan tangannya hampir menyentuh muka Light.
“Pertahanan yang baik adalah dengan menyerang. Serang musuhmu selagi ada kesempatan dan jangan berhenti. Tekan dan tekan terus,” kata Gaju.
“Iya, Master,” jawab Light dengan raut wajah kelelahan dan keringat yang membanjiri seluruh tubuhnya.
Selama beberapa bulan terakhir ini, sejak Light menjadi apprentice Gaju, dia baru menyadari bahwa latihan fisik bisa melelahkan seperti ini. Semua penderitaan dan pekerjaan fisik yang dia lakukan saat menerima bully-an dari anak-anak ras Mecha lainnya, tak ada apa-apanya dibandingkan latihan yang harus dia jalani. Bahkan selama beberapa hari pertama, Light selalu muntah-muntah karena kelelahan dan kondisi fisiknya yang tak tahan.
“Lagi!” kata Gaju.
Light pun mengatupkan rahangnya dan kembali berdiri lalu menyerang gurunya. Waktu latihan masih panjang.
=====
“Ini bahan yang harus kau kenali dan pahami karakteristiknya,” kata Gaju.
“Iya, Master,” jawab Rainbow, satu-satunya wanita yang menjadi apprentice Gaju.
“Untuk gambar skematik senjata api yang aku berikan kemarin, adakah part-part yang tak kau pahami?” tanya Gaju.
Rainbow lalu menanyakan beberapa hal yang tidak dia pahami dari semua gambar dan detail skematik senjata api yang diberikan oleh gurunya.
“Master, apa rencanamu dengan semua pengetahuan ini?” tanya Rainbow.
“Menurutmu, kenapa aku merampok besi dari South Elf?” tanya Gaju.
“Master ingin membuat semua senjata seperti yang kita bahas tadi?” tanya Rainbow dengan suara bergetar dan wajah sedikit memucat.
“Tentu saja, karena itu, aku ingin kau sudah memahami semua pengetahuan yang aku berikan dalam waktu beberapa minggu lagi. Setelah itu, aku ingin berdiskusi denganmu untuk memulai proses produksi senjata kita,” kata Gaju datar.
“…” Rainbow hanya terdiam dan tak bisa memberikan jawaban.
=====
Di Dunia Bawah, Tian dan Gama telah berhasil menjadi District Leader untuk masing-masing distrik mereka. Adel dan Koga sedang berlatih keras untuk mengasah kemampuan mereka. Dan Songnam sedang berjuang mati-matian untuk melawan Sin La.
Di Permukaan, Gaju sedang merintis pasukannya sendiri. Professor MoMu berpetualang entah ke mana. Pasukan South Elf Kingdom sedang bergerak pelan tapi pasti menuju Tezzeron dan sekelompok orang dari organisasi yang menyebut dirinya Ordo bergerilya menghubungi semua pemimpin tertinggi dari masing-masing ras secara diam-diam.
Selain para elite yang mengetahui akan datangnya perang besar dalam waktu yang akan datang, sebagian besar penduduk Permukaan masih hanyut dalam keseharian mereka.
Ternak-ternak manusia di Puing milik South Elf Kingdom masih saling berebut tulang di antara sesamanya hanya demi sebuah penghargaan dan pujian dari para Tetinggi.
Para Elf dan Beastmen masih bersikap semena-mena dengan menjadikan manusia sebagai budak mereka dan menyiksanya sesuka hati.
Ras-ras penyendiri seperti Demi-Dragon, Stone Clan, Tree Clan, dan yang lainnya masih bersembunyi jauh dari peradaban dan sangat susah ditemukan.
Kerajaan Elf yang paling tua, North Elf Kingdom, juga masih menutup dirinya seperti dahulu tanpa ada keinginan untuk membuka pintu komunikasi dengan dunia luar, bahkan di hadapan krisis seperti perang besar yang kedua dengan umat manusia sekalipun.
Semuanya bergerak, natural, alamiah, tanpa paksaan, seperti mengalirnya air di sungai.
=====
Jauh di pedalaman hutan tropis di tengah-tengah Pulau Kalimantan. Di tepian sungai besar yang jaman dahulu kala disebut Sungai Mahakam, di sebuah daerah yang dinamai Longkay, Kutai, oleh manusia sebelum perang besar terakhir di Permukaan, sebuah kota kecil yang unik terlihat ramai dengan aktifitas.
Kota itu tidak menapak di atas tanah. Bangunan-bangunan yang ada disana tergantung di atas pepohonan dan terbuat dari kayu. Dari satu bangunan ke bangunan yang lain, dihubungkan oleh jembatan kayu yang kokoh dan indah.
Tidak dapat ditemukan alat-alat modern peninggalan manusia di kota pohon ini. Para penghuni kota ini hidup dengan cara primitif dan bergantung dari alam.
Secara fisik, para penghuni kota pohon ini mirip dengan South Elf dengan wajah yang cantik dan tubuh sempurna. Daun telinga mereka juga lancip di bagian atas yang menjadi ciri khas dari ras Elf. Tapi ada satu hal yang sangat menonjol dan membedakan mereka dari elf yang lain. Kulit mereka berwarna hitam kecoklatan.
Mereka adalah ras Dark Elf dan Longkay adalah pusat dari Dark Elf Kingdom.
Berbeda dengan South Elf Kingdom yang sudah berkembang secara modern dan menggunakan semua peninggalan teknologi manusia yang tersisa, Dark Elf memilih untuk hidup sesuai budaya ras yang mereka percayai. Mereka juga menutup diri dari ras-ras yang lain dan memilih untuk mengisolasi diri mereka di wilayah mereka sendiri.
Struktur hierarki Dark Elf Kingdom juga berbeda dengan South Elf. Jika South Elf Kingdom dipimpin oleh Dewan Tertinggi yang beranggotakan lima orang Elf berdarah murni, Dark Elf menganut sistem otoriter dengan kekuasaan terpusat di tangan seorang pemimpin tertinggi saja.
Sang Pemimpin ini lah yang memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan masa depan Dark Elf Kingdom, sekalipun dalam administrasi sehari-hari, dia dibantu oleh banyak elf lain.
Pemimpin Dark Elf dipilih dengan cara brutal. Setiap kandidat yang mengajukan diri untuk menjadi Pemimpin akan bertarung dan membuktikan dirinya sebagai yang terkuat. Dan Elf yang terkuat lah yang akan menjadi Pemimpin Dark Elf.
Pemimpin Dark Elf Kingdom saat ini bernama Lilomea.
Tak seperti anggapan umum, Lilomea bukanlah elf yang berbadan besar dan berotot. Dia adalah seorang elf wanita yang berbadan kecil dibawah rata-rata, bahkan untuk ukuran sesama ras Elf sekalipun.
Tapi, itu tetap saja mencegah sebuah fakta bahwa Lilomea adalah Dark Elf terkuat yang ada saat ini di seluruh Permukaan.