22

605 95 17
                                    

Typo!!



Yakin yg nungguin udh ga ada, udh lumutan nih ff 😆😆.
Yg lupa alurnya, silahkan baca lagi..














Plan dan Mark kini duduk di hadapan kedua orang tua mereka, jika Plan hanya menunduk maka Mark terlihat siap menjawab pertanyaan orang tuanya dan mempertanggung jawabkan apa yg dia pilih.


"Jelaskan semuanya pada pho Mark, jika kau dari awal tidak setuju dengan keputusan pho.. Kau bisa menolaknya. Pho tidak pernah menekan mu, semua tergantung padamu.." 


"Maaf pho.. Mark menyukai orang lain.. Bukan N'Plan. Dan.. Nong juga menyukai seseorang.." jelas Mark.


Plan memejamkan matanya rapat-rapat, kedua tangannya meremas ujung kaos yg di kenakannya.
Dia takut, amarah ayahnya kembali meluap saat mengetahui kebenarannya, jika selama beberapa bulan ini dia menipunya.


"Paman.. Mark mohon jangan menghukum nong Plan, karna Mark juga salah di sini." Plan yg mendengar pengakuan Mark menatapnya tak percaya.

Padahal dari awal semua itu rencana Plan agar dia bisa terus bersama dengan Mean, dengan tameng Mark bersamanya.


"Pho.. Phi Mark tidak salah.. Sejak awal semuanya adalah rencanaku.."  Plan memelas di depan ayahnya, tapi sang ayah justru membuang mukanya.

"Pho.. Plan minta maaf na.. Aku.. Aku benar-benar menyukai P'Mean.. Pho.. Kenapa pho begitu membencinya.." rengek Plan, dia masih saja bingung kenapa sang ayah sangat membenci Mean.


"Kau bisa bersama dengan pria manapun, pho tidak akan melarangnya.. Tapi tidak dengan keluarga Methanan." setelah mengatakan itu, ayah Plan memilih untuk pergi meninggalkan Plan bersama dengan Mark dan juga kedua orang tuanya.


Plan menunduk sedih, dia sangat ingin tahu kenapa ayahnya seperti itu. Dan kenapa hanya Mean yg ayahnya tolak.
Mark menepuk pundak Plan, untuk menguatkannya.
Dia sedikit lega, setidaknya orang tuanya masih berpikiran terbuka. Tapi Mark masih gelisah karena ayah Gun benar-benar menentang hubungan sesama jenis.


"Ekhem!! Ngomong-ngomong.. Siapa dia..?!" 

"Mae… Jangan sekarang.." Protes Mark, karena dia merasa tak enak dengan Plan.

"Na.. Mae hanya ingin tahu namanya.. " mendengar rengekan ibunya Mark hanya menggelengkan kepalanya.

"Namanya Gun bibi.. Dia teman dekat ku." jawab Plan. Memaksakan senyumannya.

"Bisakah mae melihat wajahnya?!" 

"Mae..!!" Mark kembali mencegah ibunya, tapi Plan sudah menyerahkan ponselnya pada wanita cantik yg di panggil Mark dengan sebutan 'Mae' itu. 

"Dia manis sekali." 

"Umb, dia lebih pendiam diantara kami berempat. Dan paling tertutup, tapi dia selalu bisa membantu kami." Jelas Plan, kali ini dia tersenyum tulus saat mengingat semua kebaikan Gun padanya.

"Terimakasih sudah mau mementingkan kebahagiaan putraku." ujar wanita itu, lalu memeluk Plan.

"Mai pen rai na par.. Aku melakukan ini juga karena aku tidak ingin kehilangan orang yg ku cintai." 


Setelah berbincang beberapa saat dengan ibu Mark, Plan memutuskan untuk berpamitan dan menyusul ayahnya yg mungkin saat ini sudah sampai di rumahnya.

Jika cintanya tidak berhasil, setidaknya dia bisa membantu cinta sahabat-sahabatnya. Batin Plan.
Dia seolah pasrah dengan apa yg akan terjadi padanya nanti, karena hanya dia harapan satu-satunya bagi ayahnya. Ayahnya tidak mempunyai siapa-siapa selain Plan dalam hidupnya, bukankah seharusnya Plan membahagiakan satu-satunya keluarga yg dia miliki?!


"Terjebak Cinta" Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang