"Eun byul sayang!!! Papa pulang!!!" teriak Hyunjin begitu masuk ke rumahnya. Ia akhirnya diperbolehkan pulang setelah 9 hari di rumah sakit hampir membuatnya gila.
"Eun byul tidur lagi, Pak," jawab bibi yang baru keluar dari pintu kamar yang dihiasi banyak stiker princess, yang sudah pasti adalah kamar Eun byul.
"Tidur?"
"Iya, tadi lagi nonton TV tiba-tiba tidur," jawab bibi.
Hyunjin kemudian melangkah masuk ke kamar yang dihiasi nuansa warna merah muda itu. Di atas tempat tidurnya, Eun byul sedang tertidur pulas. Hyunjin berlutut di samping tempat tidur, memperhatikan malaikat kecilnya dari jarak dekat. Betapa ia merindukannya. "Maafin papa ya, sayang," bisiknya pelan sembari membelai lembut kepala Eun byul.
Jantungnya seakan berdetak lebih damai seiring ia mendengar suara napas Eun byul yang teratur. Hyunjin kemudian meletakkan jari telunjuknya dalam kepalan tangan Eun byul, tangan mungil itu langsung otomatis mengepalkan tangannya membalut telunjuk Hyunjin. Ia tersenyum. Bahkan saat jatuh tertidur pun Eun byul tetap berpegangan padanya.
Pandangannya kemudian beralih ke wajah gadis mungil itu. Kulitnya seputih susu, pipinya bulat persis mandu.
"Matanya persis kayak mata Minju kalo lagi tidur..." gumam Hyunjin sambil mengingat-ingat kembali bagaimana indahnya mata bulat wanita itu.
***
Setelah seminggu beristirahat di rumah untuk memulihkan kondisinya, Hyunjin kini berjalan berdampingan bersama Jia menyusuri sebuah koridor dengan deretan ruang kelas di sebelah kanan, dan sebelah kiri merupakan dinding yang dipenuhi majalah dinding tempat menempel dan memajang karya anak-anak TK.
"TK Yeolim", begitulah yang tertulis di bagian atas setiap majalah dinding yang mereka berdua lewati. Berdasarkan informasi yang diperoleh Jia dan Hyunjin, TK Yeolim merupakan salah satu sekolah dengan pendidikan karakter yang cukup baik. Hyunjin mempertimbangkan untuk memindahkan Eun byul kesini dengan harapan ia akan diterima oleh anak-anak seumurannya disini.
"Silahkan, sebelah sini," kata bapak satpam yang sedang berjalan di depan Jia dan Hyunjin, mengantarkan mereka ke ruangan kepala sekolah. Bapak satpam itu mengarahkan mereka ke sebuah ruangan di ujung koridor, lalu mengetuk pintunya.
"Selamat siang, Bu. Ini ada orang tua yang mau mendaftarkan anaknya untuk sekolah disini," kata bapak satpam itu setelah dipersilahkan masuk oleh ibu kepala sekolah.
"Oh, silahkan duduk, Pak, Bu," ucap wanita jangkung itu mempersilahkan Hyunjin dan Jia untuk duduk di kursi yang ada di depan meja kerjanya. Mereka berdua kemudian menarik kursi-kursi itu.
"Selamat siang, Bu," ucap Hyunjin dan Jia hampir berbarengan.
"Siang, Bapak dan Ibu ingin mendaftarkan anaknya untuk sekolah disini?" tanya wanita itu ramah.
"Saya masih mempertimbangkan, Bu. Boleh saya tahu bagaimana sistem pendidikan untuk anak-anak di sekolah ini, Bu?" tanya Hyunjin pada ibu kepala sekolah yang kemudian memberikan sebuah pamflet yang berisi informasi mengenai TK Yeolim kepada Hyunjin. Ia membuka dan membacanya dengan seksama.
Ibu kepala sekolah kemudian secara detail menjelaskan tentang sistem pendidikan di TK Yeolim. Sebenarnya tidak jauh berbeda dari kebanyakan sekolah TK, namun TK Yeolim dikenal unggul atas pendidikan karakter anak usia dini. Jika kebanyakan sekolah TK lainnya akan mengajarkan anak-anak untuk berhitung, membaca, mewarnai, atau bernyanyi, TK Yeolim lebih menekankan pada pendidikan budi pekerti untuk anak usia dini. Sekolah ini sangat cocok untuk anak-anak yang orang tuanya tidak memiliki banyak waktu untuk mendidik karakter mereka karena sibuk bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
afternoon rain [✔]
FanfictionSeperti hujan yang tiba-tiba turun di siang hari, kamu datang ke hidupku tanpa permisi. "Anda ditangkap atas dugaan penggunaan narkoba!" -Hwang Hyunjin. "Silahkan borgol gue kalo gitu" -Kang Jia. Kesalahpahaman yang terjadi pada pertemuan pertama me...