39. Minju

23 6 0
                                    

 Hyunjin berjalan menuju ke ruang penyimpanan kecil yang terletak di kolong tangga rumahnya. Ia tadi mengambil tas ransel yang dulu ia pakai semasa sekolah dari ruang penyimpanan itu.

"Ternyata tas ini gue bawa kesini, ya?" iya terkekeh pelan mengingat ternyata ia membawa tas itu pindah ke rumah ini 2 tahun yang lalu. Rumah yang ia tempati sekarang adalah warisan dari ayahnya yang sudah meninggal 5 tahun silam. Ia baru pindah 2 tahun yang lalu semenjak ia memutuskan untuk menjadi wali asuh bagi Eunbyul, dan tinggal bersama Eunbyul di rumah itu.

Hyunjin membuka ruang penyimpanan dan menyalakan lampunya. Disana ada beberapa barang yang tidak pernah ia sentuh. Ia kemudian kembali meletakkan tas itu di sebuah kotak penyimpanan. Namun pikirannya teralihkan setelah ia menyadari di dalam tasnya itu masih ada beberapa barang karena terasa sedikit berat. Ia pun mengambil kembali tas itu dan membuka resletingnya. Ada dua buah buku catatan di dalamnya. Dari sekian banyak mata pelajaran yang ia pelajari waktu SMK, ia hanya punya dua buah buku catatan. Itupun tidak pernah ia tulis dengan catatan, melainkan hanya ada beberapa gambar-gambar hasil karyanya karena bosan di kelas.

Hyunjin membuka buku catatan itu yang dipenuhi coretan random. Tiba-tiba saja sebuah amplop berwarna putih terjatuh dari ke lantai. Ternyata amplop itu terselip di buku catatan. Hyunjin meraih amplop itu dan membukanya perlahan.

Tidak ada nama pengirim atau apapun di amplopnya. Ia kemudian mengeluarkan secarik kertas dari dalam amplop tersebut.

Kak Hyunjin, ini Minju..

Kak, maafin Minju.. Maaf karena Minju bikin kakak dan mama malu..

Maaf karena Minju gak bisa menjaga harga diri sebagai perempuan..

Kak.. Maafin Minju karena selalu ngerepotin kakak..

Dan sekarang, Minju lagi-lagi minta maaf.. karna Minju gak bisa lagi bertahan menahan beban ini.. Maafin Minju, Kak Hyunjin..

Untuk terakhir kalinya Minju minta tolong..

Tolong jaga Eunbyul..

Hyunjin meremas jemarinya sendiri setelah membaca surat dari adiknya, Minju. Pikirannya terbawa kembali pada hari dimana kebakaran rumah di Myeongdong menewaskan adiknya itu.

April 2018

Siang hari itu, Minju datang berkunjung ke rumah ibunya, dimana saat itu Hyunjin masih tinggal bersama ibunya. Kala itu Minju sudah pindah rumah bersama dengan pria yang menghamilinya ke rumah milik orang tua pria itu di Myeongdong.

Waktu itu Hyunjin baru saja kembali dari sekolah, ketika Minju baru saja keluar dari rumah sambil menangis terisak.

"Minju?! Kamu kenapa??" Hyunjin menghampiri wanita itu, namun Minju hanya mengabaikannya dan hendak pergi.

Hyunjin segera menangkap pergelangan tangan adiknya itu. "Minju!! Ada apa?!!" tanyanya khawatir. Minju kemudian menoleh untuk menatap Hyunjin. Matanya basah karena air mata.

"Kak.." ucapnya lirih.

Hyunjin kemudian mendapati sebuah luka memar di bagian leher dekat bahu gadis itu. "Minju! Itu kenapa?? Kamu dipukul sama Leon??!" Hyunjin mencengkeram kedua bahu gadis itu.

"Minju, jawab gue!!" teriaknya setelah gadis itu tidak mengatakan apapun dan hanya menangis.

"Kak Hyunjin.." ucap gadis itu pelan. "Eunbyul.."

"Eunbyul kenapa, Minju?!!"

"Tolong jagain Eunbyul kalo Minju pergi.."

***

Hyunjin merasakan kedua lututnya lemas tidak percaya. Selama ini ia menuduh Leon, suami Minju yang sengaja membunuh dirinya sendiri dan Minju dengan cara membakar rumah mereka sendiri.

Selama ini ia berpikir bahwa Minju terus disiksa oleh pria itu, hingga pada suatu titik pria itu kehilangan kesabaran dan memilih mengakhiri semuanya.

Selama ini ia mencoba mencari tahu dan mencari bukti adanya percobaan pembunuhan yang disengaja, namun ternyata Minju bukan mati karena dibunuh.

Dugaannya benar tentang kebakaran yang sebenarnya disengaja itu, tapi tuduhannya pada Leon selama ini salah besar.

Hyunjin perlahan melangkahkan kakinya yang terasa seakan tidak kuat menopang tubuhnya. Lututnya gemetar.

"Jia.." suaranya bergetar memanggil gadis yang sedang merapihkan kotak container di kamarnya tadi.

"Hm??" gadis itu menoleh dan menatap Hyunjin yang sedang terdiam, pandangannya kosong. "Hyunjin? Lo kenapa?" tanyanya setelah menyadari ada yang salah dengan pria itu.

"Minju.." bisiknya lirih. "Minju.. Minju bunuh diri.."

"Apa??" tanya gadis itu sontak. Ia berjalan menghampiri Hyunjin yang masih mematung di ambang pintu.

Hyunjin menyerahkan secarik kertas bertuliskan tulisan tangan Minju tadi kepada Jia. Gadis itu membacanya seksama.

"Kebakaran itu.." ucap Jia tidak percaya.

"Kebakaran itu, karena Minju.." timpal Hyunjin lemas. Ia lalu melangkah maju untuk bersandar dalam pelukan Jia. Gadis itu merentangkan kedua lengannya menerima Hyunjin dalam pelukannya, sementara Hyunjin menyembunyikan wajahnya di balik bahu gadis itu.

Jia menepuk-nepuk pelan punggung Hyunjin yang bergetar tidak bisa lagi menahan tangisnya. Hyunjin menundukkan kepalanya bersandar pada bahu gadis itu dalam pelukannya.

"Kenapa dia gak bilang aja sama gue.. Kenapa dia malah nanggung bebannya sendirian.." ucap pria itu sesenggukan.

"Kenapa.. kenapa dia gak kasih tau gue kalo dia kesulitan.. harusnya dia bilang sama gue.."

"Kenapaaa....."

Jia membelai rambut Hyunjin lembut. Pria itu kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Jia dengan mata yang merah dan sembap.

"Gue.. gue bahkan gaktau kalo Minju kesusahan sendirian.. Dia menderita, dia disiksa.. dia nahan semua beban penderitaannya sendiri, dan gue.. gue gak tau.. sampe hari ini," ucapnya masih sesenggukan.

"Jin, itu semua bukan salah lo," Jia berbisik pelan sambil menghapus air mata Hyunjin dengan kedua ibu jarinya.

"Semua keputusan yang diambil sama Minju, itu menjadi tanggung jawabnya sepenuhnya. Lo gak perlu menyesali apa yang udah terjadi, karna penyesalan gak akan mengembalikan keadaan seperti semula," lanjut gadis itu.

"Yang bisa lo lakuin sekarang, cuma merelakan semuanya. Move on, dan jangan biarin ada beban di hati lo karna masih gak bisa ngelepasin Minju. Gue yakin Minju sadar sama apa yang dia lakukan, dia pasti sadar keputusan yang dia ambil. Dia yang bertanggung jawab atas keputusannya, dan bukan orang lain," ucap Jia membuat pria itu menjadi lebih tenang.

Jia kembali menarik Hyunjin ke dalam pelukannya. Ia menepuk pelan pundaknya. "Lo udah jadi kakak dan paman yang baik, Jin. Kita gak bisa mengubah masa lalu, tapi kita bisa memperbaiki masa depan. Dan bagaimana masa depan lo itu tergantung sama lo sendiri yang ngejalanin hidup lo. Apakah lo mau terpuruk aja sama masa lalu, atau lo mau merelakan dan move on untuk masa depan yang lebih baik,"

To be continued

afternoon rain [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang