Kang Jia sudah memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Hyunjin. Dokter yang sama dengan yang ia temui subuh tadi kini sedang memeriksa detak jantung Hyunjin menggunakan stetoskop. Perawat di sebelahnya membantu mengganti cairan infus.
"Kondisinya stabil, tapi masih harus dirawat sampai lukanya mulai kering. Dia juga masih butuh pain killer karena lukanya cukup parah. Bagian lukanya usahakan jangan kena air atau apapun, takut infeksi," jelas dokter itu. Jia berterimakasih dan membungkukkan badannya sebelum dokter dan perawat itu pergi meninggalkan ruangan.
"Jia gak kerja?" tanya Hyunjin setelah melihat jam dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Lo mau gue tinggal kerja?" gadis itu malah bertanya balik.
"Nggak," jawab cowok itu singkat, padat, dan jelas. "Lo jangan kemana-mana, tetap di sisi gue," lanjutnya sambil memegangi tangan Jia yang sudah kembali duduk ke kursi di sebelah tempat tidur Hyunjin.
"Iye, bawel. Gue gak bakal kemana-mana," ujar Jia membuat cowok itu tersenyum. "Oh iya, ini hp lo. Tadi dititipin Felix," katanya lagi sambil memberikan ponsel bermerk Apple itu.
Hyunjin menerima ponselnya dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya tidak bisa ia gerakkan. Mati rasa karena disuntik pain killer untuk meredakan rasa sakit di sekitar bahu dan lengan atasnya. "Udah kenalan sama Felix, ya?" tanyanya sembari menyalakan ponselnya.
"Hmm, sama Jeongin juga," gadis itu mengangguk. "Lo deket ya sama si Jeongin Jeongin itu?" tanya Jia setelah ia mengingat apa yang Jeongin katakan tentang 'gebetan' tadi pagi.
"Hmm, lumayan... Kenapa memang?" ia bertanya balik sambil mengecek panggilan tak terjawab yang jumlahnya lumayan banyak itu. Empat dari Kang Jia, dan sembilan dari Eun byul.
"Nggak apa-apa..." jawab Jia dengan senyuman aneh membuat Hyunjin curiga.
"Kenapa??"
"Nggapapa, apasih.." kali ini gadis itu cengengesan membuat Hyunjin semakin mencurigai sesuatu terjadi antara Jia dan Jeongin.
"Jeongin.. gak ngomong aneh-aneh kan?" kali ini ia memicingkan matanya.
"Mm, nggak kok." jawab gadis itu menggeleng.
Raut wajah Hyunjin masih terlihat curiga dan tidak percaya, namun ia membiarkannya. Toh, kalaupun Jeongin memberi tahu Jia bahwa ia menyukainya juga Jia sudah tahu kan?
Hyunjin lalu mengangkat ponselnya ke telinganya, menunggu seseorang disana menjawab panggilannya.
"Papa?! Papa dimana?! Kenapa gak pulang?!!" suara cempreng gadis kecil itu membuat Hyunjin harus menjauhkan ponselnya sedikit dari telinganya. Ia sudah menduga reaksi putrinya akan seperti itu, dilihat dari banyaknya panggilan tidak terjawab dari Eun byul.
"Maafin papa ya, sayang.. Papa kerja, kerjaan papa buanyakkkk banget," jawab Hyunjin sambil tersenyum ceria setelah mendengar suara putrinya.
"Kenapa gak angkat telepon Eun byul?!" omel gadis kecil itu.
"Handphone papa batrenya habis, sayang. Maaf, yah... Janji deh papa bakal selalu angkat telepon Eun byul, yah maafin yah..."
"Yaudah, yang bener ya?!"
"Iyaaaa, anak papa sayang. Eun byul udah siap-siap sekolah? Sekolah ditemenin sama bibi ya? Jangan nakal, jangan pergi jauh-jauh dari bibi, nanti Eun byul tidur gak ada yang tangkep,"
"Iya, Eun byul mau sekolah ini,"
"Yaudah, papa harus nginep di kantor, karena kerjaan papa banyak. Gapapa yah? Eun byul anak pinter kan? Eun byul sama bibi dulu ya, sampe papa pulang nanti,"
![](https://img.wattpad.com/cover/255573033-288-k623326.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
afternoon rain [✔]
FanfictionSeperti hujan yang tiba-tiba turun di siang hari, kamu datang ke hidupku tanpa permisi. "Anda ditangkap atas dugaan penggunaan narkoba!" -Hwang Hyunjin. "Silahkan borgol gue kalo gitu" -Kang Jia. Kesalahpahaman yang terjadi pada pertemuan pertama me...