Prolog

93 9 0
                                    

Gadis dengan seragam sekolah SMA yang dilapisi jaket tebal itu berjalan menuju halte bus tepat di depan gedung sekolahnya. Hari itu sama seperti hari-hari sebelumnya, dimana ia harus berjalan menuju halte bus untuk menunggu bus nomor 31 yang akan membawanya pulang, hanya saja hari itu cuacanya lebih panas. Matahari musim panas bersinar pada siang hari yang cerah.

Sebuah bus berwarna hijau menepi, hendak berhenti di halte yang dituju gadis itu. Setelah menyadari bahwa bus itu bernomor 31, gadis dengan rambut yang dicat warna pirang itu mempercepat langkahnya menuju halte.

"Tungguuu!!!" teriaknya sembari berlari menuju halte.

Bus itu sekarang sudah berhenti, beberapa orang keluar dari bus, disusul beberapa orang yang naik dari halte.

"TUNGGUUUU!!!" teriak gadis itu lagi sembari mempercepat larinya. Ia tidak ingin berdiri dihalte menunggu bus selanjutnya di cuaca sepanas ini.

Ia terus berlari hingga akhirnya ia berhasil sampai di depan pintu bus yang masih terbuka itu. Ia menghela napas lega. Dengan hati-hati gadis itu segera menaiki tangga yang ada di pintu bus itu. Tepat di anak tangga paling bawah, ada seorang pria yang sedang menaikkan satu kakinya ke tangga bus, membungkukkan badannya untuk mengikat tali sepatunya yang lepas. Gadis itu dengan hati-hati menaiki tangga supaya tidak menyenggol pria aneh yang sempat-sempatnya mengikat tali sepatu disitu.

'Ngalangin jalan aja,' batin gadis itu seraya berjalan masuk ke dalam bus lalu segera berpegangan pada gantungan-gantungan yang bergelantungan di langit-langit bus. Cowok yang tadi menghalangi jalan itu kemudian ikut naik dan berdiri di sebelah gadis itu.

Bus mulai berjalan.

"Tali sepatu lo lepas tuh," ucap cowok tinggi yang kepalanya tertutup tudung hoodie itu sembari melihat ke arah kaki kanan gadis itu. Tali sepatunya memang terlepas, mungkin tadi ia berlari terlalu cepat sampai talinya terlepas.

"A-ah, iya, makasih," ucap gadis itu canggung. Kenapa cowok aneh ini tiba-tiba memberitahu bahwa tali sepatunya lepas? Jangan-jangan, tukang hipnotis! Belakangan ini memang banyak kasus orang kena hipnotis karena berbicara dengan orang asing sembarangan. Gadis itu kemudian segera memalingkan wajahnya, ia tidak mau menatap mata cowok itu terlalu lama. Gawat kalau ia kena hipnotis, lalu ditipu, atau bahkan diculik. Membayangkannya saja sudah bikin merinding.

"Iket dulu, nanti jatuh lho," celetuk cowok itu lagi.

"Iya, nanti aja," jawab gadis itu sambil membuang muka ke sebelah kanan, ia benar-benar takut terkena hipnotis. Lagipula kenapa orang ini peduli kalau ia jatuh? Dasar aneh. Gadis berambut pirang sepinggang itu secara perlahan melangkah ke kanan, menjauh dari orang aneh itu.

Setelah berhenti di beberapa halte, akhirnya beberapa orang naik memenuhi bus itu. Jarak antara gadis itu dengan si cowok aneh semakin menjauh karena ada satu wanita dan satu bapak-bapak yang baru naik berdiri diantara mereka berdua. Gadis itu menghela napas lega.

Sekitar 10 menit kemudian, bus berhenti di halte tempat gadis pirang itu selalu turun. Hari ini pun, gadis itu turun di halte yang sama. Ia berjalan pelan-pelan menuju pintu bus untuk turun, bersama beberapa penumpang lainnya yang juga turun di halte yang sama.

Gadis itu melangkahkan kakinya menuruni tangga bus yang lumayan curam itu, namun tiba-tiba kaki kanannya tersandung karena kaki kirinya menginjak tali sepatu kaki kanannya sendiri, yang sedari tadi lepas tapi tidak ia ikat. Gadis itupun kehilangan keseimbangan dan tubuhnya mulai condong ke depan, ke arah trotoar tepat di depan pintu bus.

Namun sebelum ia terjatuh menghantam trotoar aspal itu, seseorang menahan tas ranselnya dari belakang, membuat tubuhnya tertahan, tidak jadi menghantam trotoar. Ia terkejut, entah terkejut karena hampir mencium aspal atau karena tubuhnya tiba-tiba tertahan oleh ranselnya.

"Kan udah gue bilang iket dulu tali sepatunya, ngeyel," tiba-tiba suara seorang pria terdengar dari belakangnya. Tas ranselnya ditarik kebelakang, membuat tubuhnya ikut tertarik. Gadis itu akhirnya berhasil menyeimbangkan tubuhnya lagi. Ia lalu menoleh ke belakang, cowok aneh tadi sekarang sedang berdiri tepat di belakangnya.

"Ngapain? Buruan turun, ngalangin jalan," ujar cowok itu membuat gadis pirang itu tersentak dan langsung turun keluar dari bus. Setelah ia turun di halte, gadis itu langsung berjongkok untuk mengikat tali sepatunya yang hampir membawa sial itu. Ia buru-buru mengikatnya agar bisa segera pergi dari cowok aneh itu. Benar-benar memalukan.

"Nih, gini biar tali sepatunya gak gampang lepas," tiba-tiba saja sesosok pria berdiri di hadapan gadis itu, lalu bertekuk lutut untuk meraih tali sepatunya yang belum terikat sempurna itu. Lagi-lagi cowok itu.

Gadis itu mengangkat wajahnya untuk melihat wajah yang ditutupi masker hitam itu. Cowok itu sedang fokus mengikat tali sepatunya.

"Nih, perhatiin," ujar cowok itu membuat gadis itu refleks melihat ke bawah ke arah sepatunya. "Talinya abis diiket, harus diiket lagi. Didobel, biar lebih kenceng," lanjut cowok itu sambil menarik ikatan kedua, mengencangkan ikatan yang pertama tadi.

Setelah selesai dengan tali sepatu gadis ceroboh itu, cowok tinggi yang memakai hoodie abu-abu dengan tudungnya menutupi kepalanya itu beranjak berdiri. Gadis pirang itupun ikutan berdiri.

"M-makasih," ucap gadis itu canggung, masih tidak berani menatap mata cowok itu karena takut dihipnotis. Ia hanya menunduk ke bawah.

"Mulai sekarang tali sepatu diiket dua kali, okey?!" ucap cowok itu, kemudian ia berjalan melewati gadis itu. Ia lalu berjalan masuk ke pintu bus yang baru datang lagi. Kali ini bus nomor 41.

Saat gadis itu hendak beranjak pergi melanjutkan perjalanannya menuju rumahnya, ia sekali lagi melihat ke bawah, ke arah sepatunya. Namun pandangannya teralihkan oleh sebuah gantungan kunci berbentuk gitar yang tergeletak jatuh di dekat kakinya. Gadis itu kemudian memungut gantungan itu. Ia membalikkan badannya berharap cowok tadi masih berdiri disana, sehingga ia bisa mengembalikan gantungan itu. Namun ternyata, cowok itu sudah berjalan masuk dan pintu bus sudah tertutup.

Gadis itu memandangi bus itu berjalan menjauh, ketika tiba-tiba hujan gerimis turun di tengah siang bolong musim panas.

Seoul, 3 Juni 2017

afternoon rain [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang