Suara ketukan pintu membangunkan gadis yang sedang teler di atas kasurnya. "Mhhmmm," gerutunya sambil mengulet. Perasaan ia baru saja terlelap setelah melewati malam yang sangat panjang dan melelahkan, bajingan sial mana lagi yang berani mengganggu tidurnya yang lagi pulas-pulasnya.
Tok. Tok. Tok.
"Sabarrrrrrrr!" teriaknya setelah mengangkat badannya untuk duduk di kasur sambil mengucek matanya yang masih sepet. Ia berjalan malas menuju pintu kamarnya yang tidak tertutup, lalu ke pintu depan.
"Kang Jia! Lo gapapa?? Gue denger semalam lo di bawa ke kantor polisi?!" Jia menggaruk kepalanya yang padahal tidak gatal setelah membuka pintu dan langsung disemprot oleh lelaki berkulit putih pucat bernama Christopher Bang itu.
"Apasih, mau apa kesini?" katanya masih setengah tertidur. Matanya pun masih tertutup.
"Jia, gue khawatir!" Christopher main menyerobot masuk. "Nih gue bawain nasi goreng," lanjutnya sambil meletakkan plastik kresek yang ia bawa di atas meja dapur.
Jia akhirnya sadar sepenuhnya setelah rohnya berkeliaran entah ke dunia mana selama ia tertidur. Ia melirik jam dinding, pukul 4 sore. Ternyata dia sudah tidur selama 10 jam sejak pulang dari kantor polisi subuh tadi. Perutnya keroncongan, ia belum makan apa-apa dari semalam.
"Makasih," ucapnya lirih sembari membuka kotak sterofoam berisi nasi goreng kimchi kesukaannya. Ia mengambil sendok dari laci dapurnya dan langsung menyantap nasi goreng yang dibeli Christopher dari restoran kecil di pinggir jalan.
"Lo sama temen-temen lo, beneran make narkoba semalem?" tanya Chris setelah ia duduk di atas sofa. Rumor ternyata sudah menyebar.
"Mmm," jawab Jia dengan mulut yang sibuk mengunyah.
"Sumpah?! Gila lu, eh tapi kok lu masih disini? Bukannya di rehab?"
"G..ue gak.. na..rko..ba-" jawabnya patah-patah karena mulutnya masih dipenuhi nasi goreng. Ia melumat nasi goreng itu tanpa ampun karena ia benar-benar kelaparan.
"Lo masih Kang Jia yang gue kenal rupanya. Masih Kang Jia yang bersumpah gak bakal pake narkoba seumur hidup lo, gue bangga sama lo, Ji," Chris mengacungkan dua jempolnya kepada Jia yang sedang berdiri bersandar di meja dapurnya sambil melumat nasi goreng.
Ya, Kang Jia memang gadis yang bisa dibilang hidupnya berantakan, dia tumbuh dewasa sendirian tanpa orang tua, tanpa saudara. Setiap malam hanya keluyuran ke klub malam, pulang subuh dalam keadaan mabuk. Pergaulannya pun tidak jauh-jauh dari berandalan seperti Lee Minho dan Han Jisung. Tapi siapa sangka, biar kata hidupnya begajulan, Kang Jia tidak pernah sekalipun mencoba narkoba. Ia benci itu.
3 Jam berlalu dengan cepat, langit sudah gelap. Kang Jia menghisap rokok elektriknya dan memejamkan mata sambil mengembuskan asap keluar dari hidungnya. Ia menyandarkan punggungnya pada teralis besi yang terpasang di balkon belakang kamar kosannya. "Lo gak berangkat? Ini udah mau jam 8," celetuk Jia melihat Chris masih jongkok santai di ambang pintu balkon.
"Gue ambil cuti malam ini," jawabnya.
"Hah? Ngapa?"
"Lo gak ke klub kan malam ini?"
"Ya kagak lah,"
"Yaudah what's the point kalo gue kerja tapi lo gak dateng?" jawabnya enteng sambil mengangkat bahu.
"Terus kalo gue gak pernah dateng ke scandal lagi gimana? Lo resign gitu?" tanya Jia.
"Emang lo gak akan pernah dateng lagi?"
Jia menarik napasnya yang terasa sesak. Ia sekali lagi menghisap rokoknya dan mengembuskan asapnya dari mulut. "Temen-temen gue... Mereka semua ditangkep..." ucapnya lirih. Mengingat kejadian saat semua temannya diseret masuk ke mobil polisi dengan borgol mengunci tangan mereka membuat hatinya terluka. Terlebih, sohibnya Hwang Yeji juga meninggalkannya sendirian. Mengingat suara tangisan Yeji di kantor polisi mengiris hatinya. "Gue.. gak punya siapa-siapa lagi," lanjutnya.
Christopher berdiri dari posisinya yang sebelumnya jongkok. "Lo kan masih punya gue," katanya lembut.
"Elo?" Jia menaikkan alisnya sebelah, lalu terkekeh pelan. "Omong kosong," lanjutnya sembari memutar tubuhnya, kini ia menghadap ke jalanan, melihat ke bawah menyaksikan mobil dan motor berlalu lalang memenuhi jalan raya.
Christopher berjalan mendekati gadis itu lalu menyandarkan tubuhnya ke teralis besi tepat di sebelah kanan gadis itu berdiri. "Kita... gak bisa balik lagi kayak waktu dulu ya, Ji?" tanyanya ragu. Ia menatap gadis itu penuh harap.
"Kayak waktu dulu? Kapan ya?" Jia bahkan tidak memalingkan wajahnya sedikitpun untuk menatap lawan bicaranya. "Waktu kita belum kenal, atau waktu kita udah lost contact?" lanjutnya sebelum menghisap nikotinnya lagi.
"Waktu sebelum gue melakukan hal paling bodoh seumur hidup gue, yaitu minta lo jadi fwb gue," jawabnya, masih penuh harap.
Jia hanya terkekeh sinis. "Gak ada gunanya lo nyesel, Chan," ucap Jia yang akhirnya memanggil nama asli lelaki itu setelah sekian lama. "Semuanya udah terjadi, baik lo maupun gue, gak ada yang bisa mengembalikan keadaan seperti semula," lanjutnya tegas.
"Kita gak bisa mengembalikan keadaan, tapi kita bisa memperbaiki," kali ini lelaki berambut cokelat gelap itu memutar tubuhnya menghadap Jia.
"Nggak, Chris. Gue nggak bisa," Jia akhirnya memalingkan wajahnya untuk menatap mata lelaki yang putus asa itu. Pancaran mata Jia seakan menegaskan bahwa hubungan mereka telah selesai, dan tidak ada yang perlu diperbaiki. "Lo mending berangkat kerja sekarang, dan jangan mengharapkan gue untuk datang kesana lagi," lanjutnya sebelum pergi masuk ke dalam kamar kosnya meninggalkan Chris mematung sendirian menatap punggung gadis itu menjauh.
"Andai lo tau seberapa menyesal gue setelah ngehancurin hubungan persahabatan kita, Ji" bisiknya lirih. Ia menatap langit bertabur bintang di angkasa. Mereka berkedip-kedip, seolah menertawakannya yang sedang menyesali perbuatannya.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
afternoon rain [✔]
Fiksi PenggemarSeperti hujan yang tiba-tiba turun di siang hari, kamu datang ke hidupku tanpa permisi. "Anda ditangkap atas dugaan penggunaan narkoba!" -Hwang Hyunjin. "Silahkan borgol gue kalo gitu" -Kang Jia. Kesalahpahaman yang terjadi pada pertemuan pertama me...