34. Ukuran

21 6 0
                                    

"Kondisi vitalnya sudah lebih stabil, namun pasien masih menderita syok yang kemungkinan juga akan menyebabkan trauma. Saran saya lebih baik pasien jangan dibiarkan sendirian, sebaiknya selalu ada satu atau beberapa orang disekitarnya, membuatnya merasa baik-baik saja," ujar seorang dokter wanita yang telah selesai memeriksa kondisi Jia.

"Dan kalau dalam jangka waktu beberapa hari pasien masih menunjukkan gejala trauma, sebaiknya konsultasikan ke terapis," lanjut wanita berjas putih itu.

"Saya mengerti, terimakasih, dokter," Hyunjin yang sedari tadi berdiri di tepi tempat tidur mengangguk-angguk.

Dokter dan perawat yang tadi mengganti carian infus kini sudah pergi meninggalkan ruangan.

"Jia.. gimana perasaan Jia sekarang?" Hyunjin berjalan sembari menarik kursi ke samping tempat tidur. Ia lalu duduk dan menggenggam tangan Jia lembut.

"Gue takut.." jawab gadis itu lirih.

"Sshh, Jia aman disini sama gue. Jangan takut, ya?" Hyunjin membelai lembut rambut gadis itu.

Gadis itu kemudian menggenggam tangan Hyunjin lebih erat lagi. Ia ingat betul bagaimana suara ledakan yang begitu besar mengagetkannya dan langsung disusul dengan sambaran api yang berkobar besar dan terasa panas. Ledakan akibat korsleting listrik itu ternyata berasal dari kamar di lantai 3, dua kamar dari kamarnya.

"Gapapa, gue gak akan ngebiarin apapun nyakitin lo, Ji. Jia percaya gue kan?" Hyunjin menautkan jari-jari mereka bersama.

Gadis itu mengangguk pelan.

"Lapor komandan! Saya Hwang Hyunjin, bersumpah akan melindungi dan menjaga Kang Jia sekuat tenaga dan seumur hidup saya, laporan selesai!" ujar cowok itu tiba-tiba sembari melakukan hormat dengan tangannya yang lain, membuat gadis itu terkesiap lalu terkekeh pelan.

"Jia.." Chan membuka pintu dari luar dan melangkah masuk perlahan.

"Chan..? Lo disini?"

"Iya.. gimana perasaan lo?" pria itu kini berdiri di sisi tempat tidur yang berseberangan dengan tempat Hyunjin duduk.

"Gue baik-baik aja sekarang, ada Hyunjin disini.." ujar gadis itu tersenyum sembari mengeratkan genggamannya pada tangan Hyunjin.

"Ah.. bagus, deh.. Lo butuh apa? Mau gue bawain kesini?" tanya pria itu.

Gadis itu terlihat sedang berpikir dan kebingungan.

"Gue masih nyimpen beberapa baju lo di apartemen gue, mau gue bawain gak?" tanyanya lagi membuat Hyunjin si super posesif memicingkan mata seperti ingin menginterogasinya habis-habisan.

"Hmm, boleh deh.. Kalo ada daleman gue juga tolong bawain, yah.." jawab gadis itu, membuat Hyunjin malah melotot kaget. Apa pula yang pernah mereka lakukan sampai daleman bisa tertinggal di apartemennya?

"Iya, tapi lo kayaknya gak pernah ninggalin daleman, Ji.." ujar Chan terkekeh pelan. "Gue beliin aja ya? Ukuran lo masih sama kan?" tanyanya lagi. Kali ini mata Hyunjin sepertinya akan terpental keluar karena melotot saking lebarnya.

"Iya, tolong beliin deh, nanti gue ganti.." ujar Jia mengingat Chan tidak mungkin bisa mengambil pakaian dalamnya di rumah kosannya yang pasti sudah hancur terbakar itu.

"Ukuran?? Lo kenapa bisa tau ukuran Jia??!" tukas Hyunjin sudah tidak mampu lagi menahan kesabarannya.

Chan dan Jia saling bertatapan canggung.

"Ekhm, biar Jia aja yang jelasin deh.. Dah ya Ji, gue cari baju lo dulu. Bye-bye!" ujar pria itu sebelum melarikan diri dari sana. 

"Jia.." ucap Hyunjin dengan tatapan siap menginterogasi kekasihnya itu.

afternoon rain [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang