Pagi itu Jia dibangunkan dengan gigitan pelan di telinga kirinya. Ia membuka matanya perlahan.
"Mmmmmm, apasih?" gerutunya sembari menggaruk-garuk lehernya.
"Bangun, kebo!" ucap cowok di sebelahnya, menyadarkan gadis itu bahwa semalam ia menginap di rumah Hyunjin.
"Nanti ahhhh," gadis itu menarik selimut menutupi tubuhnya sampai ke dagu, lalu kembali memejamkan matanya.
"Ih, bangun gak? Gue cipok nih," ancam Hyunjin sambil menyibak selimutnya secara paksa, membuat gadis itu menggerutu lagi.
"5 menit.." katanya masih memejamkan mata.
"Sekarang." Hyunjin kemudian menaiki tubuh gadis itu lalu menggelitiki pinggangnya.
"Aaa!!! Plis, plis, plis!!" teriak gadis itu sembari tertawa kegelian.
"Cepet bangun gak?" Hyunjin masih menggelitik pinggang gadis itu. "Aw! Heh, heh, lepas gak?!" teriaknya setelah Jia menarik rambutnya dari bawah.
"Aaaa!! Woi lepas rambut gue!"
"Siapa yang suruh kelitikin gue pagi-pagi hah?! Rasainnn!"
"Kang Jia!" Hyunjin berhasil menangkap kedua tangan gadis itu dan menahannya di atas bantal yang dipakai Jia di bawah kepalanya. Ia mengunci pergelangan tangan gadis itu membuatnya tidak bisa menggerakkan tangan.
"Hyunjin, lepas gak?! Awas aja lo ya kalo ketangkep!" gadis itu menggeliat berusaha melepaskan tangannya yang ditahan oleh Hyunjin, namun ia tidak berdaya.
"Apa? Mau apa kalo lo nangkep gue, hah? Gak bisa, lo gak bisa nangkep gue!" cowok itu menahan kedua pergelangan tangan Jia lebih erat lagi. Tidak kenal ampun.
"Sekarang waktunya ngasih hukuman ke anak nakal yang berani jambak rambut gue," ucapnya setengah berbisik di telinga Jia. Hyunjin perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah gadis itu. "Kira-kira hukuman apa yang pantes buat lo?" bisiknya lagi sambil menatap bibir gadis itu.
"Hukuman ini aja, gimana?" Hyunjin semakin mendorong wajahnya mendekati wajah gadis itu. Mata mereka saling bertemu.
"Papa!!!"
Pintu kamar yang dibuka tiba-tiba membuat Hyunjin yang hampir menyelesaikan misinya malah tersentak kaget dan refleks menjatuhkan diri, bukannya ke kasur tapi malah ke karpet.
"Papa! Ayo tangkep kupu-kupu!" gadis kecil yang masih memakai piyama itu berlarian masuk ke dalam kamar menghampiri ayahnya yang sedang tersungkur di lantai.
"Aw.. aw, astaga Eunbyul," gerutu cowok itu sembari mencoba berdiri dari lantai.
"Lo gapapa? Bahu lo gak luka lagi, kan?" Kang Jia ikut beranjak dari tempat tidur untuk membantu Hyunjin berdiri, meskipun ia tadi sempat tertawa setelah cowok itu malah melemparkan dirinya sendiri ke lantai.
"Gak, gapapa, aw.." jawab Hyunjin sembari memukul-mukul bagian pantatnya yang terasa sakit karena menghantam lantai.
"Pfffff, lagian sih dongo. Ada kasur malah ke lantai," ledek Jia sambil mengusap-usap pantat Hyunjin yang terasa nyeri itu.
"Eunbyul... sarapan dulu, dek," panggil bibi dari arah dapur, membuat gadis itu berlari keluar kamar.
"Iya, bi!!" jawab Eunbyul setelah ia berlari keluar menuju ke dapur.
"Argh, kalo bukan anak udah gue sentil ginjalnya," gerutu Hyunjin membuat Jia terkekeh.
"Mana hukumannya, Pak pulisi? Gak jadi nih?" ledek Jia sembari tertawa.
"Siapa bilang gak jadi?! Liat aja nanti malem," ucap cowok itu. "By the way lo cantik banget pake baju gue, bikin gue laper tau gak?" lanjutnya setelah memperhatikan gadis itu dari kepala hingga ujung kaki. Tapi apa hubungannya dengan lapar? Aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
afternoon rain [✔]
أدب الهواةSeperti hujan yang tiba-tiba turun di siang hari, kamu datang ke hidupku tanpa permisi. "Anda ditangkap atas dugaan penggunaan narkoba!" -Hwang Hyunjin. "Silahkan borgol gue kalo gitu" -Kang Jia. Kesalahpahaman yang terjadi pada pertemuan pertama me...