9. Gara-Gara FWB (2)

22 5 0
                                    

Suara dentingan gelas-gelas kaca saling bertabrakan satu sama lain diiringi sorakan orang-orang memenuhi telinga lelaki yang berdiri di balik meja bar itu. Seperti biasa ia melakukan pekerjaannya di klub malam Scandal, menuang dan mengocok minuman alkohol.

"Satu Appletini please," suara merdu seorang wanita membuatnya segera mengangkat kepalanya yang sejak tadi menunduk ke lantai, entah hanyut memikirkan apa.

"Kang Jia?!" teriaknya refleks, membuat wanita yang baru datang itu bingung.

"Apasih nih orang? Saya bukan Kang Jia!" protes wanita itu kesal.

"Ah- maaf, maaf, saya pikir anda teman saya, maaf.." ia membungkuk berkali-kali meminta maaf dan segera membuatkan minuman pesanannya-minuman yang sama yang selalu dipesan oleh Jia, wanita yang sangat ia rindukan.

"Gue pasti udah gila, kenapa semua cewek terdengar seperti Jia? Gila," gerutunya sendiri setelah menyerahkan minuman kepada cewek itu dan cewek itu pergi hilang entah kemana setelah membayar.

Jujur saja hari ini ia tidak terlalu gila dibanding kemarin. Kemarin malam seorang wanita memesan cocktail dengan vodka, tapi entah kerasukan apa Christopher malah membuatkannya Appletini. Alhasil wanita itu protes dan ia harus membuatkan minuman lagi sesuai pesanannya. Ia pun membayar Appletini yang sia-sia itu kepada bos pemilik klub malam, lalu meminumnya sendiri seperti orang stress.

Hubungannya dengan Jia kandas sekitar 3 bulan lalu, ketika Jia yang waktu itu statusnya adalah friends with benefits, mengetahui fakta bahwa Christopher sudah memiliki kekasih sejak lama. Fakta itu sengaja ditutupi, karena Jia tidak pernah mau berhubungan dengan lelaki yang sudah memiliki pasangan, Christopher tau itu. Sebetulnya ia tau hampir segalanya tentang Kang Jia. Mereka bersahabat sejak Jia masih SMP.

Hingga satu hari di bulan Februari, cowok berdarah Korea-Australia itu kalap dan menyatakan perasaannya kepada sahabatnya. Tapi bodohnya ia tidak menyatakan perasaannya untuk menjadikan Jia pacar, melainkan sebatas fwb. Ia pikir semua akan berjalan baik-baik saja karena Jia pun dengan enteng mengiyakan dan hubungan mereka berjalan lancar setelah itu.

Kesalahan paling besar yang menurutnya pernah ia lakukan; ia jatuh cinta dengan fwb-nya sendiri. Padahal jelas dari namanya, fwb hanyalah sekedar 'teman' untuk bersenang-senang. Teman ya teman, tidak boleh ada perasaan. Tapi ia melanggar hukum itu.

Kala itu dia belum menyadari perasaannya pada Jia, karena ia sudah punya kekasih-Lee Chaeyeon. Ia pikir perasaannya pada Jia hanya sekedar nafsu belaka, hanya karena sekedar bosan dengan hubungan percintaannya yang monoton dengan Chaeyeon. Tapi setelah menjalani hubungan yang lebih intim dengan Jia, bodohnya ia malah jatuh cinta sepenuhnya.

Hingga tiba satu hari di bulan Agustus, Chaeyeon entah darimana mengetahui bahwa Christopher selingkuh di belakangnya-dengan Jia. Chaeyeon menemui Jia, menamparnya dan menyiram air ke tubuhnya. Setelah itu, hubungan Jia dan Christopher selesai.

Hubungan yang awalnya ia kira akan benar-benar hancur, ternyata mulai membaik setelah beberapa minggu. Jia masih datang ke Scandal setiap malamnya, memesan minuman yang sama. Meskipun hubungan mereka mulai membaik seiring berjalannya waktu, hubungan mereka tetap tidak bisa kembali seperti dulu seutuhnya. Namun sialnya, Christopher terlanjur jatuh cinta. Parahnya lagi, ia tidak bisa melupakan Jia. Pada akhirnya ia meninggalkan Chaeyeon karena ia tidak bisa memaksakan perasaannya pada Chaeyeon.

***

Sabtu pagi Jia dibangunkan oleh suara ketukan pintu. Ia menggaruk kepalanya kesal karena masih ingin menikmati hari libur. Ia pun berjalan malas untuk membuka pintu melihat siapa yang sudah berkunjung pada jam 7 pagi.

"Tante?" sapanya setelah melihat Tante Hye in yang ternyata datang mengunjunginya.

"Hei keponakanku, sayang! Apa kabar?" sapa wanita berusia 38 tahun itu seraya menyerobot masuk. Bahkan sepatu hak tingginya tidak dilepas.

"Baik. Tante gimana?"

"Mmm tante juga baik! Oh iya nih gue ada titipan!" katanya seraya merogoh tasnya mencari sesuatu. "Nih," Tante Hye in memberikan sebuah amplop cokelat kepada ponakannya.

"Apa ini?" kata Jia seraya menerima amplop itu.

"Apa lagi? Ya duit jajan dari nyokap lo," jawab Hye in sembari melihat-lihat rak pajangan yang terletak di pojok ruang tamu. "Ck, debu banget nih," kritiknya setelah mencolek permukaan rak dan segumpal debu hitam mengotori telunjuknya.

"Aku gak mau terima ini," kata Jia ketus sembari mengembalikan amplop itu kepada bibinya.

"Jia, udah deh. Dia itu nyokap lo, emang udah seharusnya ngasih lo uang jajan," Hye in mengibas-ngibas tangannya di udara.

"Gak, dia bukan mamaku," tolak Jia tegas.

"Lo itu ya, di kasih duit bukannya berterimakasih malah nolak, waras apa kepala lo?" Hye in kembali menyodorkan amplop itu kepada ponakannya. "Dia itu ibu kandung lo!" lanjutnya.

"Aku gak butuh. Aku punya penghasilan sendiri," ketusnya kembali menyerahkan amplop itu kepada Hye in.

"Serah ah, pokoknya ini gue tinggalin disini! Yang penting tugas gue udah kelar. Rempong banget sih lo pake acara nutup rekening segala! Liat tuh nyokap lo mau ngasih duit jadi susah," kata Hye in akhirnya menyerah setelah berdebat dengan gadis keras kepala itu. Ia meletakkan amplop itu di meja makan. "Dah ya, gue masih ada urusan, byee," lanjutnya seraya melambaikan tangannya dan berjalan menuju pintu keluar.

Brak. Pintu terbanting. Bibinya yang nyentrik itu memang barbar.

Jia diam mematung memandangi amplop cokelat itu. Dia lalu mendengus kesal. "Andai mama tau yang gue butuhin itu bukan duitnya, tapi orangnya," ucapnya lirih.

Gadis yang masih mengenakan kaos tipis kebesaran dan celana pendek itu kemudian menyambar handuknya yang tergantung di belakang pintu kamarnya, lalu bergegas ke kamar mandi. Ia butuh pelarian.

To be continued

afternoon rain [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang