Aku sudah sampai di bandara Incheon. Ya, pada akhirnya mereka memaksa ku kembali ke Korea, ah lebih tepatnya Nayeon eonnie yang memaksaku, karena Yixing lebih banyak diam. Bahkan sejak kemarin ia tak banyak bicara seperti biasanya, ia juga tidak banyak protes. Saat di pesawat pun hanya Nayeon eonnie yang beberapa kali berusaha mengintrogasiku.
Aku melirik Nayeon eonnie yang melambaikan tangan kearah Baekhyun. Sepertinya dialah yang menjemput kami. Tapi tunggu dulu, di sana Baekhyun sepertinya tidak sendiran, itu seperti seseorang yang aku kenal. Kyungsoo... ya sepertinya memang Kyungsoo. Ternyata Baekhyun hanya menjemput Nayeon eonnie.
Kyungsoo sudah bersidekap dihadapanku siap untuk menceramahiku kapan saja. Namun sepertinya Yixing memberi isyarat untuk tidak melakukannya. Sepertinya Kyungsoo menurutinya, ia menyeret koper dan menarik tanganku menuju area parkir.
Kyungsoo membukakan pintu depan untukku, tapi aku justru membuka pintu belakang, masuk dan menutup pintunya dengan sedikit kasar. Dari dalam mobil aku melihat Yixing yang terkejut dengan ulahku dan Kyungsoo yang menggeleng samar. Pada akhirnya kedua pria itu duduk di bangku depan.
"Apa kalian tak mengatakan apapun padanya?" Kyungsoo bertanya pada Yixing yang hanya dijawab dengan gelengan. Ia terlihat heran. "Baiklah, biarkan dia tahu sendiri nanti,"
Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Bahkan aku juga tidak tahu bagaimana bisa Kyungsoo menjemput
kami? Aku pikir Yixing menghubunginya saat mencari keberadaanku.Mataku membelalak ketika Kyungsoo memberhentikan mobilnya di sebuah rumah sakit. "Ya! Kenapa kalian membawaku kemari?" tanyaku lantang.
Kyungsoo menghela nafas kasar, sedangkan Yixing terlihat gelisah. "Ayahmu--" Kyungsoo mencoba membuka suara, namun tercekat seolah tak mampu melanjutkan kata-katanya. Dan Yixing diam membisu.
"Ayahmu kecelakaan saat mencarimu seorang diri," lanjut Kyungsoo dengan pelan.
"Ba-bagaimana bisa?" Tanyaku setengah berteriak.
Yixing terlihat bingung, tapi pada akhirnya buka suara. "Kami mencarimu, aku sudah menyuruh orang, bahkan ajudan pribadi ayahmu juga ikut. Aku mendapat kontak Kyungsoo dari sepupunya dan dia berusaha menghubungimu,"
"Dan kau benar-benar tidak bisa dihubungi, ayahmu nekat mencarimu sendirian tanpa spengetahuan kami," sahut Kyungsoo menyambung cerita Yixing. Ya, aku memang mengaktifkan mode terbang dan me-logout semua akun SNS ku.
"Kau sudah membuat kekacauan, hentikan sikap kekanakanmu itu, Nona!" desis Kyungsoo dengan tatapan mengitimidasi.
Akhirnya aku mengikuti mereka masuk ke kamar rawat ayahku. Dan berakhir mendapat ceramah dari ayah. Setelah berbicara sebentar Yixing pamit untuk pulang. Ah... aku baru ingat jika kami baru saja melakukan perjalanan jauh.
....
Saat ini aku sedang minum soju bersama Kyungsoo, setelah ayahku tertidur ia membawaku ke tempat ini. Sepertinya banyak yang Kyungsoo ingin bicarakan padaku. Aku juga sudah mengganti pengaturan ponselku dari mode terbang atas ancaman Kyungsoo.
"Kenapa kau bisa bersikap ceroboh seperti ini?" tanya Kyungsoo sembari menegak soju miliknya. "Pria itu terlihat sangat baik, kenapa kau menolaknya?"
Aku tersenyum miris, sepertinya Kyungsoo sudah tahu segalanya. "Dia tidak sebaik itu, dia sudah menghancurkanku!"
Aku menumpahkan segala yang ku pendam selama ini pada Kyungsoo. Air mata ku mengalir, satu per satu kata keluar dari mulutku sarat akan emosi dan juga dendam. Tapi seorang Do Kyungsoo masih sama dengan yang aku kenal dulu. Dengan sabar ia menenangkanku.
"Paman hanya ingin kau bersama orang yang tepat," ucap Kyungsoo. "Paman ingin kau berada dalam keluarga yang baik. Beliau sudah mengenal keluarga Zhang sejak lama," tutur Kyungsoo.
Sepertinya baik Yixing maupun ayah sudah banyak bercerita pada Kyungsoo. Bagaimana jika usahaku untuk menggagalkan pernikahan ini gagal total.
"Dia, waktu itu hanya tidak ingin bermain-main dengan perempuan," ucap Kyungsoo tiba-tiba.
Sepertinya benar jika Kyungsoo mengetahui segalanya.
"Dia adalah pria yang baik, meskipun hidup bergelimang harta dan memiliki paras rupawan, dia tidak menggunakan itu hanya untuk sekedar bermain perempuan. Itu yang membuat ayahmu yakin pada Yixing."
Kyungsoo menggengam tanganku lembut. "Mungkin itu hal yang membuatnya bersikap seperti itu padamu dulu, dia hanya salah paham. Karena seseorang menghasut kalian."
Aku memilih mengabaikan ucapan Kyungsoo, siapapun yang menjelaskan, bagiku sama saja. Aku tidak akan peduli. Mungkin nanti aku bisa memaafkan tapi aku tak yakin bisa melupakannya.
Sepertinya Kyungsoo melihat gelagatku yang tidak peduli akan ocehannya, sesegera mungkin aku mengalihkan pembicaraan.
"Kau juga baik," ucapku berusaha mencari perhatiannya. "Sepertinya ayah akan setuju jika kita menikah,"
Kyungsoo tertawa remeh, "kau ingin aku membebaskanmu dari perjodohan ini? Membuat perjanjian kontrak, benar?"
"Aku tidak sekotor itu Do Kyungsoo!" teriakku tak terima. "Kita bisa menikah sungguhan, kau lebih potensial dibanding pria angkuh itu," lanjutku memberi alasan.
Kyungsoo menegakkan tubuhnya, atensinya tertuju padaku sepenuhnya. "Apa yang membuatku berfikir jika aku lebih potensial?" Kyungsoo bertanya dengan sangat serius. Seketika nyaliku menciut, aku hanya menunduk.
"Kita sudah lama berteman, kau mengenal baik diriku, begitupun aku. Aku menyukai banyak hal dalam dirimu, kita sudah sering bekerja sama, aku nyaman dengan semua perlakuanmu padaku," jawabku cepat.
Kyungsoo terkekeh pelan, membuatku bertanya padanya. "Apa kau tidak menyukaiku? Apa kau memiliki wanita lain sebagai kekasih?"
Tawa Kyungsoo semakin meledak, lalu ia berusaha meredamnya. Kyungsoo menatapku intens. "Kim So Hyun, lihat aku!" titahnya.
Aku mendongakkan sedikit kepalaku, "apa kau mencintaiku seperti seorang kekasih?"
Aku hanya terdiam tanpa bisa menjawabnya.
"Apa kau bisa memperlakukanku dengan istimewa seperti seorang kekasih dan bukan sahabat?"
"Apa kau nyaman jika aku memperlakukanmu layaknya kekasih?"
Aku masih terdiam dengan semua pertanyaan Kyungsoo. Aku berusaha mencerna setiap kata yang keluar dari mulutnya tapi aku tak bisa berfikir jernih.
"Kim So Hyun," Kyungsoo tiba-tiba menggenggam erat tanganku. "Kita daling menyayangi memang, tapi itu sebagai sahabat, tidak lebih. Kita memang cocok, kompak, saling melengkapi, tapi hanya sebagai sepasang sahabat, bukan kekasih."
"Jika kita menikah dan gagal, aku tak hanya kehilangan istri, tapi juga sahabat. Dan yang paling menyakitkan adalah kehilangan sahabat," ucap Kyungsoo.
"Berfikirlah lagi, tanyakan pada hatimu, apakah ini akan berhasil atau tidak," Kyungsoo tersenyum teduh.
"Kau punya waktu satu minggu untuk berfikir dan menenangkan diri, setelah itu kau harus kembali bekerja, urusanmu denga Yixing bisa kalian bicarakan nanti,"
Aku mendongak menatap Kyungsoo yang sudah berdiri dengan tatapan bertanya, "aku sudah berbicara banyak dengannya, aku percaya padanya," sambung Kyungsoo. Ia mengulurkan tangannya, "ayo, aku antar kau pulang, kau butuh istirahat."
Akhirnya aku hanya menurut pada Kyungsoo, setelah malam itu, satu minggu kegiatanku hanya dirumah, terlebih setelah Ayahku diperbolehkan pulang oleh dokter. Sepertinya mereka benar-benar memberiku waktu untuk berfikir. Karena Ayah tak menyinggung soal pernikahan lagi.
....
Anyeong, kalian rindu sama mereka? Aku bakalan comeback pelan-pelan ya.
Xoxo
Yunraa
KAMU SEDANG MEMBACA
|03| Give Me A Chance || Zhang Yixing
Fanfiction"Please Give me a chance" - Zhang Yixing "Noona, kau mau kan jadi kakak iparku?" - Zhang Guanlin "Ya... Ya.. Apa yang kau lakukan Zhang Yixing?" - Kim So Hyun First Published 25 march 2018 Cover by @whitelil_