18

1.2K 217 26
                                    

Pagi ini berjalan normal. Aku berkutat dengan segala pekerjaannya. Aku melirik jam yang melingkar ditangan kirinya, sepertinya ia merasa ada sesuatu yang janggal.

Guanlin? Kenapa dia belum sampai kantor? Batinku.

Ini terasa aneh, apalagi kemarin ia sudah berangkat pagi-pagi sekali. Apa ini karena masalah kemarin? apa sebaiknya aku bertanya pada Yixing atau aku langsung saja menelponnya? Monologku dalam hati.

Aku masih tenggelam dalam pikiranku sendiri hingga suara pintu ruangan Yixing terbuka membuyarkan lamunanku.

"Tidak ada jadwal hari ini kan?"

Aku mengangguk, "sajangnim,"

"Ne?"

"Guan belum datang, apa dia baik-baik saja?"

Yixing mengernyitkan dahinya, ia melirik jam dipergelangan tangannya. "Sepertinya tadi dia sudah akan bersiap" gumamnya lirih.

Beberapa detik kemudian pintu ruangan kami terbuka, menampilkan sosok yang baru saja kami bicarakan. Tapi satu hal mencuri perhatianku, penampilan Guanlin. Ia tak seperti orang yang akan bekerja dikantor. Namja muda itu mengenakan celana Jeans hitam dan juga hoodie dengan warna senada. Ia juga membawa ransel di punggungnya.

"Guan, ada apa dengan penampilanmu?" Tanya ku menatapnya aneh. Meskipun ia terlihat tampan dan juga keren tapi ini bukan style yang seharusnya digunakan untuk ke kantor.

"Aku hanya ingin mengambil beberapa barang saja noona" jawabnya seraya mengambil beberapa barang miliknya di meja lalu memasukkan ke dalam ranselnya itu.

Aku mengerjap-ngerjapkan mata, aku masih belum mengerti apa maksud perkataan guanlin baru saja. Hingga suara Yixing menginterupsi segala macam pemikirannku, " kau mau pergi kemana?" Tanya nya dengan tatapan tajam.

Guanlin menatap hyungnya sendu, sedetik kemudian ia membuang muka. "Tempatku bukan disini" ucapnya seraya melangkah pergi.

"Aku tidak mengijinkanmu pergi!" Yixing mencekal pergelangan tangan Guanlin. "Aku sudah mempersiapkan semuanya. Asistenmu juga sudah ada, sungguh dia sangat cantik! Dia bukan seorang ahjumma" sambung Yixing memohon. Ia menatap ku sejenak lalu aku mengangguk mantap.

Guanlin menggeleng lemah, "maaf sudah merepotkan kalian, aku menyayangimu hyung, jangan mabuk lagi. Jaga dirimu" Guanlin menjeda kata-katanya lalu menatapku, "jaga hyung untukku noona" sambungnya. Ia melepas cekalan tangan Yixing lalu berlari meninggalkan kami.

"Berhenti disana Guan, kalau kau menyayanginya kau harus menjaganya dengan tanganmu" teriakku berusaha menghentikannya.

Yixing berlari mengejarnya namun pintu lift terlanjur tertutup, "tangga darurat" ucapku mendorong Yixing ke arah tangga darurat dengan terengah.

Sedangkan aku tetap menunggu lift terbuka, karena tidak mungkin aku berlari menuruni tangga dengan stilletto.

Lift yang aku tumpangi bergerak turun, aku terus berharap jika Yixing dapat mengejar Guanlin. Aku bisa melihat tatapan terlukanya ketika ibunya memarahi Guanlin kemarin.

Pintu lift terbuka di loby lantai dasar, aku bisa melihat Yixing berusaha menghentikan Guanlin yang masuk ke dalam sebuah taxi.

Aku berlari menuju area parkir dan dengan segera meminta sebuah kunci mobil pada seorang supir. "Ahjussi, berikan kuncinya, sajangnim akan menyetir sendiri"

Aku membawa mobil itu menuju halaman depan kantor tempat Yixing berdiri. "Ayo kita ikuti" kataku.

Yixing segera mengambil alih kemudi dan membawa mobil mengikuti taxi yang ditumpangi Guanlin. Sayangnya lalu lintas pagi ini cukup padat membuat kami kesulitan mengikuti Guanlin.

|03| Give Me A Chance || Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang