09

2.3K 271 11
                                    

"Selesai meeting siang kau ikut denganku! Tidak ada penolakan!" Titahnya.

.
.
.
.
.
.
.
.

Seperti yang telah dia katakan tadi, selesai meeting siang aku harus ikut dengannya, tidak ada pilihan lain selain mengikuti perintahnya atau aku harus menanggung resiko melawan namja agresif seperti dia.

Meeting selesai pukul satu siang karena ternyata banyak sekali yang mereka presentasikan. Aku kembali ke ruangan kami lebih dulu kaeena akan menyimpan file hasil meeting siang ini.

Cklek..

Pintu ruangan ku terbuka menapilkan sajangnim yang berdiri bersidekap menyandarkan punggungnya pada pintu ruangan kami yang terbuka, menatap ke arah ku.

"Ikut aku sekarang" perintah sajangnim yang hanya ku jawab dengan anggukan kepala.

Ah Shiitt!! Dia mengambil jam makan siangku!

Aku pun mengikuti langkah kaki sajangnim dengan malas, saking malasnya aku berjalan dengan melihat ke bawah bukan ke depan membuatku menabrak punggung sajangnim ketika dia berhenti di depan lift.

Brugh..

"Tidak bisakah kau berjalan di sampingku?" Titahnya dingin.

Ck, namja sialan.. apa dia tidak tahu jika aku sudah kehabisan energi ku?

"M-mian" cicit ku pelan.

"Cepat masuk" perintahnya ketika pintu lift terbuka.

Pintu lift kembali terbuka ketika kami sampai di area parkir basement. Aku masih mengikuti sajangnin meski sekarang aku berjalan di sampingnya.

Sajangnim membuka pintu mobil sport mewahnya dan menyuruhku masuk dan membawaku membelah jalanan kota Seoul.

Mobil sajangnim berhenti di area parkir di salah satu pusat perbelanjaan di kawasan Myeongdong.

"Turun" titah sajangnim. Aku pun segera turun dan mengikuti langkah sajangnim entah kemana dia akan pergi.

Tiba-tiba saja sajangnim menarik tangan ku memasuki sebuah restoran ramen. Aku melepas cekalan tangannya dengan sedikit kasar.

"Aku bisa jalan sendiri" ucapku ketus sengan bahasa yang terbilang tidak formal.

Oh ayolah.. ini bukan di kantor!

"Itu karena kau berjalan seperti siput" jawab sajangnim sembari tetap berjalan menuju satu meja di sudut ruangan dengan dinding kaca sehingga menampilkan pemandangan kawasan Myeongdong.

Ah.. posisi meja ini membuat kesan romantis jika saja bukan namja sialan ini yang ada di depanku.

Ck, apa namja gila ini menyuruhku ikut hanya untuk mengajakku makan siang?

Seorang pelayan menghampiri meja kami dan menyerahkan buku menu, aku hanya menatap malas buku menu itu tanpa berniat membukanya.

Padahal aku sangat lapar..

"Tidak mau pesan?" Tanya sajangnim melihatku tak membuka buku menu.

"Aku tidak lapar" bohong ku.

"Hmm baiklah kalau begitu" ucap sajangnim sembari menulis pesanannya di kertas dan menyerahkan buku menu kepada pelayan itu.

Astaga... namja ini benar-benar...

Tak berselang lama pelayan pun kembali ke meja kami dengan membawa nampan berisi dua mangkuk seafood ramen beserta semua pelengkapnya.

Apa namja ini tuli? Bukankah sudah ku bilang jika aku tidak lapar? Kenapa dia pesan dua? Memangnya sebesar apa perutnya hingga bisa menampung dua mangkuk ramen.

|03| Give Me A Chance || Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang