33

717 119 14
                                    

"MWO? DIJODOHKAN?" pekikku dengan suara yang cukup keras.

Aku menatap ayahku tak percaya. Bukankah ayah tahu jika aku bermusuhan dengan Yixing saat di SHS?

Aku menoleh ke arah Yixing, ia diam menunduk. Lay dan Guanlin ikut terdiam, tak ada lagi tawa konyol dari keduanya. Sepertinya mereka terlalu terkejut akan reaksiku. "Kenapa, Ayah?" Aku menjeda kalimatku. "Kenapa harus dengan dia?" Aku melirik sinis Yixing.

"Ayah lupa siapa dia? Ayah melupakan apa yang sudah dia lakukan padaku?" Aku bertanya dengan nada tinggi.

"Dia sudah membuatku tidak memiliki teman. Apa ayah tahu rasanya dianggap aneh di sekolah? Apa ayah pernah merasa dianggap seperti orang gila?" emosiku meledak, aku tak bisa melepaskan tatapan sinisku pada Yixing yang terus menunduk. "Ayah bahkan tidak menghukumnya! Apa karena perjodohan ini? Apa karena ini ayah tidak menghukumnya?" Aku meluapkan semua yang aku rasakan selama ini, membuat keluarga besar Yixing ikut terdiam.

"Katakan dengan siapa aku harus melakukan kencan buta, Ayah! Katakan," aku terus menangis. "Perjodohan ini hanya membuka kembali luka lama yang susah payah aku tutup rapat selama ini."

Nainai bangkit mendekatiku, beliau berusaha memenangkanku. Nainai mengusap lembut bahuku dan menggumamkan kata-kata menenagkan. Hingga aku limbung dan kembali duduk di kursi, Nainai masih setia menenangkanku. Bahkan Nainai memelukku layaknya memeluk cucunya.

"Maaf, maafkan kesalahan kami, nak!" ucap Nainai penuh rasa sesal. "Maaf karena sikap kami melukai perasaanmu, nak!"

"Pantas saja jika Baekhyun bersikeras meminta kami menghukumnya, rupanya ia tahu bahwa kejadian itu sangat melukaimu, sayang." timpal ibu Yixing. "Dulu, ibumu yang tidak mau menghukum Yixing, tapi Baekhyun ngotot menyuruh kami menghukumnya, seharusnya kami membiarkan kau yang menghukumnya." Sambungnya.

"So Hyun, a-aku--" ucapan Yixing terputus karena aku menyuruhnya diam dengan membentak.

"Sudah cukup! Kim So Hyun, ayah memberi kalian berdua waktu untuk menyelesaikan masalah ini. Keputusan ini sudah tidak bisa diganggu gugat!" ayah berucap saat aku belum sempat mengeluarkan satu katapun.

"Aku benci ayah!" Aku berlari keluar setelah meneriakkan kekesalanku. Beberapa kali aku mendengar suara ayah memanggilku, tapi aku tetap berlari meninggalkan tempat itu.

"Kim So Hyun-ssi!" Suara baritone terdengar bersamaan dengan lenganku yang ditarik oleh seseorang.

Yixing!

"Kau mau apa lagi?" Aku berteriak, berontak, tapi Yixing tak sedikitpun melepaskan cekalan tangannya.

"Dengarkan aku," pintanya dengan lembut.

"Tidak ada yang perlu aku dengarkan lagi."

"Dengarkan aku, Kim So Hyun-ssi!" ucapnya dengan berteriak. "Kau yang mengatakan padaku untuk menghadapi perjodohan ini dengan tenang, kau yang memintaku bersikap tenang kemarin."

"Apa? Kau pikir aku bisa tenang?"

"Aku tahu--"

"Kau tahu apa Zhang Yixing?" potongku cepat.

"Aku tahu, aku tahu kau membenciku. Tapi, bisakah kau bersikap lebih tenang? Maaf--"

"Jika hanya untuk meminta maaf, kau sudah membuang waktuku, Tuan Zhang!" Sahutku sarkas.

"Bukan begitu, maksudku-- aku--aku, kita bisa memikirkannya--"

Aku kembali memotong ucapannya, "memikirkan apa? Memikirkan untuk menerima semua ini? Dalam mimpimu Tuan Zhang!"

|03| Give Me A Chance || Zhang YixingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang