Sesuai janji Brian, mereka akan pergi ketempat peristirahatan Feli. Brian sudah memberitahu Allisya bahwa ia akan menjemputnya di rumah. Brian memasukki pekarangan rumah keluarga Lesham. Kedatangan Al dan Brian cukup membuat seluruh keluarga Lesham senang apalagi Al merupakan cucu laki-laki satu-satunya yang mereka punya.
Brian menggendong Al masuk ke dalam rumah, setelah pelayan membukakan pintu untuk mereka. Al memperhatikan sekeliling rumah yang nampak luas seperti rumah Papanya.
"Pah, Tante Lisya dimana?" Al mengalihkan perhatiannya pada Brian. Brian yang mengerti pun menanyakan pada pelayan jika mereka sudah di tunggu di ruang keluarga. Saat mereka memasukki ruang keluarga, disana seluruh keluarga Lesham sedang berkumpul.
"Kau sudah datang, Bri?" tanya Allisya yang menyadari kehadiran Brian dan Al. Seluruh keluarga Lesham menatap ke arah Brian. Brian yang notabenenya sering berada di depan umum merasa biasa saja dengan tatapan mereka, berbeda dengan Al yang menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Brian.
"Maaf jika kami terlambat," ucap Brian tenang.
Allisya langsung menghampiri keduanya, "tak apa. Al kenapa?"
"Sepertinya dia malu." Brian terkekeh di akhir. Ia tahu karakter anaknya yang tidak mudah berbaur dengan orang baru.
"Kenapa malu? Disini keluarga Al juga," ucap Allisya sambil membujuk Al dan berhasil Al menjauhkan wajahnya dari Brian lalu menatap ke arah Allisya.
"Sini sama Tante."
"Pah tulunin Al." Brian menurunkan Al dari gendongannya lalu memeluk perut Allisya. "Al kangen sama Tante."
"Padahal tadi siang kita baru saja bertemu."
"Gak tau, tapi Al pengen ketemu sama Tante telus. Kata Papa Al mau di ajak ketemu sama Mama Al hari ini. Tante juga ikut bial ketemu sama Mama Al." Al nampak senang mengatakan hal itu berbeda dengan orang-orang yang berada di sana.
"Iya, sayang. Tapi Al kenalan dulu sama Opa dan Oma serta saudara-saudara Tante."
"Opa? Oma?"
"Iya, sayang. Mama dan Papa Tante."
Al mengerti lalu Allisya membawa Al menuju orang-orang yang sejak tadi memperhatikan interaksi mereka. Brian yang sejak tadi memperhatikan mereka berdua tertegun, hatinya mencelos ia membayangkan jika Al sedang bersama Feli mungkin akan seperti itu. 'Maafkan aku, Fel.'
"Al, ini Opa Alex dan juga Oma Dina sama seperti Oma Pricilia dan Opa Jevan." Allisya memperkenalkan Ibunya serta Ayah tirinya.
"Kau sangat mengemaskan, Sayang." Gemas Ibunya Allisya-Dina sambil mengusap pipi Al, tak terasa wajahnya menyendu serta matanya sudah berkaca-kaca. Dina merasa bersalah karena keegoisan para orang tua membuat anaknya menderita. Dina tak pernah membayangkan jika takdir Feli akan seperti ini. Namun, ia juga bersyukur bisa bertemu dengan Cucunya setelah sekian lama.
"Oma kenapa sedih?" Al menjulurkan tangannya mengusap lelehan air mata yang mengalir di pipi Dina.
"Tidak, sayang. Oma bahagia karena bisa bertemu dengan Al."
Al manggut-manggut, "Oma tenang aja nanti Al seling main kesini. Iyakan, Pah?" Al bertanya pada Brian yang sudah duduk di antara keluarga Allisya.
"Iya."
"Yeeee." Al bersorak senang, lalu ia berkenalan dengan sepupu Allisya yang lain.
"Kau sangat mengemaskan, sayang. Kau benar-benar seperti Mama-mu terlihat pendiam padahal sangat cerewet," ucap salah satu sepupu Allisya. Al langsung berbaur dengan keluarga Allisya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy [ Selesai ]
Fanfiction"Maafkan aku, Brian. Aku harus pergi tolong jaga anak kita dengan baik, sayangin dia. Sekali lagi maafkan aku." Sepucuk surat yang ditinggalkan oleh seseorang yang mengaku telah melahirkan bayi diduga adalah anak dari seorang pemuda tampan bernama B...