Happy Reading~~
Polisi datang ketempat kejadian, beserta Pricilia, Jevan, Dina, Alex, Edward dan Dave mereka semua terkejut saat melihat Allisya, Brian dan Erga yang tergeletak di jalan. Pricillia dan Dina menangis histeris melihat anak-anaknya dalam keadaan yang mengenaskan seperti itu. Edward langsung menghampiri Jessica yang terduduk di jalanan sambil beteriak histeris.
"BUKAN! BUKAN AKU YANG MEMBUNUHNYA!!!" Setelah itu Jessica memeluk lututnya saat melihat darah yang terus mengalir dari tubuh Erga.
"Jes, apa yang terjadi?" tanya Edward namun Jessica hanya menggelengkan kepalanya. Polisi pun segera membawa Jessica namun ia menolak, berusaha memberontak dan terus berteriak jika bukan dirinya yang membunuh. Mereka semua tak percaya apa yang mereka lihat saat ini.
Brian dan Allisya segera di bawa ke Rumah Sakit begitu juga dengan Erga. Mereka semua pergi dari sana dengan keadaan yang menegangkan. Hidup dan mati anak-anaknya sedang di pertaruhkan saat ini.
Ruang UGD semakin riuh saat mereka datang, Brian dan Allisya dibawa ke ruang operasi. Ketegangan nampak diwajah mereka semua, Pricilia dan Dina terus menangis mereka benar-benar tak kuasa untuk menahan kesedihan mereka.
Dua jam telah berlalu namun belum ada tanda-tanda jika operasi selesai. Mereka semua saat ini tengah menunggu, kecuali Jevan saat ini tengah berada di kantor polisi untuk melihat Jessica.
Jevan begitu marah saat polisi memberi tahu jika Jessica adalah dalang dibalik penculikkan Allisya dan pembunuhan Erga. Sidik jari Jessica berada di pisau yang berada di tempat kejadian. Dan terdapat pistol yang di gunakan Erga untuk menembak Brian dan Allisya. Namun kabar duka datang, Erga sudah meninggal saat perjalanan menuju rumah sakit sedangkan Jessica sama sekali tidak bisa di intorgasi karena ia mengalami tekanan psikis. Jevan pun segera menghubungi kedua orang tua Jessica bagaimana pun Jessica harus tetap bertanggung jawab atas apa yang ia perbuat.
Operasi telah selesai, Brian dan Allisya di pindahkan ke ruang ICU. Operasi berjalan lancar namun keadaan Allisya sangat kritis. Beberapa luka di kepala akibat benturan, di kaki hingga luka tembakan yang hampir mengenai jantungnya. Walaupun operasi berhasil namun keadaan Allisya masih tetap harus di perhatikan.
"Tante pulang aja, biar Dave yang menjaga Allisya disini. Tante juga membutuhkan istirahat, apalagi dari tadi Tante belum makan," ucap Dave pada Dina.
"Gak, Dave. Tante mau di sini menemani Allisya." Dina bersikeras tidak ingin meninggalkan Allisya, bagaimana pun ia takut jika kehilangan putrinya lagi.
"Benar kata Dave. Sebaiknya kita pulang, kamu juga terlihat pucat. Aku yakin Allisya akan merasa sedih jika melihatmu seperti ini," ucap Alex membujuk Istrinya.
"Tapi ..."
"Dave akan menghubungi Tante jika Allisya sudah sadar. Tante jangan khawatir Allisya akan baik-baik saja, dia wanita yang kuat." Dave menyakinkan Dina dan dengan berat hati Dina pun akhirnya menyetujuinya.
"Tante Pricilia juga pulang. Ada kami yang akan menjaga mereka. Kasian Al dirumah sendirian pasti dia membutuhkan kalian," ucap Edward.
"Baiklah. Beritahu Tante jika mereka sudah sadar." Pricilia ingin menemani Brian tapi bagaimanapun ada Al yang membutuhkannya saat ini.
"Din, kalian menginap saja di rumah kami. Jadi Al tidak merasa kesepian apalagi aku yakin kalau Al akan mencari Brian," pinta Pricilia.
"Baiklah. Setidaknya melihat Al membuatku sedikit tenang." Dina dan Alex menyetujui untuk menginap di rumah Stevano.
"Kabarin Om jika mereka sudah sadar," ucap Jevan sebelum mereka pergi, mereka melihat keadaan anak-anaknya walaupun hanya dari luar saja tapi sudah membuat mereka sedikit tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy [ Selesai ]
Fanfiction"Maafkan aku, Brian. Aku harus pergi tolong jaga anak kita dengan baik, sayangin dia. Sekali lagi maafkan aku." Sepucuk surat yang ditinggalkan oleh seseorang yang mengaku telah melahirkan bayi diduga adalah anak dari seorang pemuda tampan bernama B...