Bagian 24

8.8K 666 4
                                    

Suasana pagi ini cukup cerah apalagi ditemani dengan celotehan Al yang menceritakan apa saja yang ia lakukan selama di sekolah. Al menceritakan tentang teman dekatnya akhir-akhir ini si kembar Tio dan Vio.

"Vio itu galak, Oma. Masak Al pinjam penghapusnya telus dia malah-malah sama Al." Al menceritakan Vio adik dari Tio temannya.

"Mungkin Al ada salah sama Vio makanya dia marah," ucap Pricilia.

"Hmm." Al nampak berpikir sebentar lalu ia menjetikkan tangannya. "Al cuma seling ejek Vio aja, Oma. Vio itu pendek telus pipinya bulat kaya bakpao." Pricilia terkekeh, entah dari mana Al bisa melakukan hal seperti itu padahal dia terlihat tak mudah akrab pada orang lain mungkin karena sudah terbiasa bertemu setiap hari.

"Al tidak boleh seperti itu, sayang. Bagaimana nanti kalau Vio malah gak mau beteman lagi sama Al?" tanya Pricilia membuat wajah Al pias.

"Al masih mau beteman sama Vio, Oma."

"Nah jadi Al gak boleh ejek Vio lagi. Al harus jadi teman yang baik untuk Vio dan juga Tio." Pricilia memberikan nasehat pada Al, ia tahu jika Al anak yang baik mungkin itu hanya bentuk ke isengan dirinya saja.

"Selamat pagi. Aunty. Al," Sapa Jesicca.

"Pagi, Jes." balas Pricilia sedangkan Al tidak membalas ia hanya sibuk dengan sosis yang ada di piringnya.

"Dimana Uncle dan Brian?" tanya Jesicca karena kursi Brian dan Jevan yang kosong.

"Daddy dan Brian sudah berangkat pagi-pagi sekali karena ada meeting dengan beberapa klien. Jes, bisakan Aunty meminta bantuanmu?"

"Tentu saja, Aunty. Ada apa?"

"Bisakah kamu menjaga Al hari ini. Aunty mau pergi sebentar, mungkin hanya sampai nanti siang saja. Bagaimana?"

"Tak masalah. Jessica bisa menjaga Al, lagi pula Al anak yang baik pasti mudah untuk menjaga dirinya," balas Jessica sambil tersenyum lembut pada Al.

"Oma mau pergi sebentar. Jadi Al jangan nakal dan dengerin apa kata Tante Jessica yah," pesan Pricilia.

"Ok, Oma."

Pricilia mengecup kening Al, lalu beranjak dari meja makan meninggalkan Jessica dan Al dalam keheningan. "Kalian bisa pergi sekarang!" perintah Jessica pada beberapa maid yang berdiri di ruangan tersebut.

"Tante kenapa malah-malah sama Bibi?" tanya Al polos membuat Jessica berdecih.

"Anak kecil gak usah ikut campur! Sekarang selesaikan makananmu." Jessica kembali menyantap makanannya terkadang sambil mengecek ponselnya sambil terkekeh.

"Kata Papa kalau lagi makan gak boleh sambil main handphone.

"Diamlah kau bocah sialan! Jangan pedulikan aku." Jessica kembali bermain ponselnya, ia sedang mengirim pesan bersama teman-temannya.

Al yang selesai sarapan pun beranjak dari sana, ia tidak peduli dengan Jessica yang masih bermain. Saat ia ingin kembali ke kamarnya sebuah ide terlintas. Ia segera berlari ke kamar Brian, "kata Tio tinggal pencet nomornya aja."

Al megeluarkan secarik kertas yang ia bawa beberapa hari lalu. Kemudian ia memencet setiap nomor yang tertera pada telepon rumah saat sudah selesai Al terdiam sejenak lalu sebuah suara lembut terdengar di telinga Al.

"Mommy!" pekik Al senang membuat orang yang di panggil Mommy itu terkekeh siapa lagi kalau bukan Allisya.

"Astaga. Mommy pikir siapa tadi. Al kok sekarang pintar sih nelpon Mommy."

"Iya dong, Mom. Tio yang lajalin Al buat nelpon." Brian memang tidak memberikan Al ponsel karena menurutnya Al belum cukup umur lagi pula jika ia ingin menelpon bisa menggunakan telpon rumah atau meminta bantuan orang dewasa.

My Perfect Daddy [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang