Jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Allisya nampak bosan karena ia hanya duduk di samping Brian yang sedang memeriksa berkas-berkasnya. Sudah berjam-jam Allisya hanya duduk kemudian berdiri keluar masuk kamar karena ia tidak tahu harus berbuat apa. Perkerjaan kantornya sudah di serahkan oleh Dave. Soal Dave, Allisya belum menceritakan apapun padanya tentang Erga maupun kedekatannya dengan Brian.
"Kamu kenapa dari tadi kaya gelisah gitu?" tanya Brian tiba-tiba sambil meletakkan lembaran kertasnya.
"Gak apa-apa," balas Allisya lalu kembali menatap ke arah TV.
"Gak apa-apa berarti ada apa-apa. Kamu bosan?" Brian menarik Allisya untuk mendekat ke arahnya. Allisya yang ditarik secara spontan itu terkejut, degub jantungnya memacu tak karuan. Walaupun sudah beberapa kali berdekatan seperti ini pada Brian namun tetap aja terasa berbeda.
"G-gak kok. Jauh-jauh sana," Allisya mencoba menjauhkan dirinya dengan Brian tapi Brian malah semakin mendekatkan tubuhnya pada Allisya. "Bri," cicit Allisya.
"Hmm?"
"K-kita gak jemput Al di sekolahnya? Sekarang sudah hampir jam pulang sekolah," ucapnya pelan di depan wajah Brian. Brian menatap intens ke arah Allisya, membuat Allisya meneguk salivanya kasar.
"Aku sudah menyuruh bodyguard untuk menjemputnya. Jadi jangan khawatir, Sayang. Sebentar lagi Al juga akan sampai."
"O-oh. Baiklah." Allisya mengalihkan tatapannya kesegala arah, asal tidak menatap ke arah Brian. "Bri, bisakah kau melepaskanku?"
"Kenapa?" tanya Brian semakin mendekatkan wajahnya dapat Allisya rasakan hembusan napas Brian di wajahnya.
"A-aku mau masak. Sebentar lagi kan Al mau datang, kasian nanti dia kelaparan," ucap Allisya gugup. Brian tak menghiraukan ucapan Allisya, ia malah semakin mendekatkan wajahnya membuat Allisya memejamkan matanya. Brian menyeringai, lalu terdengar suara tawa Brian.
"Hahahahaha. Kau sangat lucu, sayang." Brian menjauhkan tubuhnya dari Allisya namun tawanya masih terdengar. Allisya yang mendengar tawa Brian pun membuka matanya.
"Kamu mengerjaiku?" tanya Allisya kesal.
"Wajahmu sangat lucu, Sayang. Kau pasti berpikir aku akan menciummu?" tanya Brian yang masih tergelak. Allisya yang mendengar penuturan Brian mendengus kasar lalu berdiri dan melangkah pergi ke kamarnya.
"Sya. Sayang. Hey, aku hanya bercanda." Brian mengerjar Allisya yang masuk ke kamar.
Allisya tetap diam lalu menutup pintu kamar dan menguncinya. Brian mengetuk pintu sambil meminta maaf. "Sayang. Aku minta maaf. Aku tadi hanya bercanda saja."
"Diamlah. Aku sedang tidak ingin berbicara padamu!" teriak Allisya dari dalam. Brian mengusap wajahnya kasar, padahal ia hanya bercanda karena Allisya tadi nampak bosan.
Saat Brian ingin mengetuk pintu lagi, terdengar suara bel. Brian mengurungkan niatnya kemudian berjalan menuju pintu depan. Saat ia membuka pintu ternyata Al sudah berdiri di depan bersama bodyguard-nya.
"Kau boleh pergi. Jika Mommy menghubungimu katakan saja Al sedang bersama ku untuk jalan-jalan," ucap Brian pada bodyguardnya.
"Baik, Tuan. Saya permisi." Setelah bodyguard Brian pergi. Brian mengajak Al masuk ke dalam.
"Papa dimana Mommy Al?" tanya Al antusias, dan Brian sedikit terkekeh mendengar Al memanggil Allisya dengan sebutan Mommy.
"Ada di dalam kamar. Sepertinya Mommy sedang marah sama Papa," adu Brian bukannya mendapat simpati dari Al, ia malah menatap curiga pada Papanya.
"Kenapa? Pasti Papa bikin Mommy kesal makanya Mommy malah sama Papa," omel Al, ia tahu jika Papa-nya itu begitu usil jadi La sudah bisa menebak apa yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy [ Selesai ]
Fanfiction"Maafkan aku, Brian. Aku harus pergi tolong jaga anak kita dengan baik, sayangin dia. Sekali lagi maafkan aku." Sepucuk surat yang ditinggalkan oleh seseorang yang mengaku telah melahirkan bayi diduga adalah anak dari seorang pemuda tampan bernama B...