Bagian 9

15.3K 1.2K 14
                                    

Happy Reading ~~

Setelah sekian tahun ia meninggalkan negaranya, kini pemuda tampan itu berubah menjadi pria dewasa. Ia menyunggingkan senyum lega, menapaki kakinya di Bandara setelah sekian tahun ia pergi meninggalkan negara kelahirannya ini. Kaca mata yang berteger manis di hidung mancungnya mampung menarik perhatian orang-orang. Siapa yang tak mengenal Brian Stevano setelah lima tahun kepergiannya bersama putra tercinta Aldric Stevano, kini mereka kembali.

Al nampak nyaman di dalam gendongan Brian seperti anak koala pikirnya. Setelah perjalanan beberapa jam yang sangat melelahkan itu, Brian disambut dengan kedatangan wartawan padahal kepulangannya sudah di rahasiakan namun wartawan sangat pandai mencari informasi tentang dirinya.

"Tuan, mobil anda sudah siap," ucap salah satu bodyguard yang dikirim Jevan.

"Terima kasih," balas Brian singkat.

Brian melangkahkan kakinya, melewati pintu samping agar wartawan tidak mengerjarnya. Setelah sampai di depan mobil, Brian membaringkan Al di dalam mobil secara perlahan agar tidurnya tidak terusik. Setelah Al merasa nyaman Brian duduk disampingnya dan mobil pun meninggalkan bandara menuju masion Keluarga Stevano.

Pricilia sedang berdiri di depan pintu ingin menyambut kedatangan Putra serta cucunya. Sudah enam bulan mereka tidak bertemu karena Jevan melarang Pricilia untuk berpergian sendirian. Karena selama ini Pricilia lebih sering mengunjungi mereka terkadang 3 bulan atau 6 bulan sekali ia akan datang menemui Brian.

Saat mobil yang ditumpangi Brian sudah masuk ke dalam pekarangan Masion, wajah Pricilia berbinar. Mobil itu tepat berhenti di depan Pricilia. Ia tak sabar ingin berjumpa dengan Putranya.

"Mom, kenapa berdiri di luar?" Brian langsung bertanya pada Pricilia saat ia keluar dari mobil.

"Mommy sangat merindukanmu sayang." Pricilia memeluk Brian sambil menangis terharu.

"Brian juga merindukan, Mommy." Brian membalas pelukkan Pricilia.

"Akhirnya kau kembali, Sayang. Maaf Mommy belum bisa mengunjungimu akhir-akhir ini. Daddy tidak ingin Mommy pergi sendirian."

"Aku mengerti, Mom. Aku juga pasti akan melakukan hal sama seperi Daddy." Brian mengusap punggung Mommynya. Pricilia baru menyadari sesuatu jika ada yang kurang.

"Dimana Al?" tanya Priclia sambil melepaskan pelukkannya.

"Al disini Oma. Huh masa Al sudah ganteng gini gak keliatan sih?" ucap Al mengerucutkan bibirnya sambil bersedekap dada. Al terbangun saat diperjalanan tadi, sepanjang jalan Al terus bertanya tentang tempat-tempat yang dilihatnya tadi.

"Aduh maafkan Oma, sayang. Cucu Oma yang paling tampan, jangan marah yah," ucap Pricilia mensejajarkan dirinya dengan Al.

"Hmm." gumam Al dengan acara ngambeknya.

"Al tidak merindukkan Oma?" tanya Pricilia pura-pura sedih membuat wajah Al merasa sedih juga. Al langsung memeluk Pricilia dan Pricilia pun membalas pelukkan Al dengan gemas. Pricilia mencium pucuk kepala Al, padahal baru enam bulan tidak bertemu tapi pertumbuhan Al sudah sangat cepat.

"Al juga kangen sama Oma." Al terkekeh geli karena Pricilia menghujani wajahnya dengan kecupan. "Opa dimana kenapa tidak kelihatan, Oma?" tanya Al dengan suara khas anak-anaknya.

"Opa lagi di kantor, sayang. Ayo sekarang kita masuk, Oma sudah masak makanan kesukaan Al." Pricilia menggandeng Al masuk ke dalam Masion diikuti Brian dibelakang.

Kediaman Keluarga Stevano sangat ramai, karena ocehan Al yang menceritakan apa saja yang dia lakukannya bersama Eyangnya--Sofia. Sofia sering memanjakan Al namun tak membuat Al menjadi anak manja karena Brian selalu mengajarkan Al untuk mandiri karena sebagai laki-laki ia harus serba bisa.

My Perfect Daddy [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang