Bagian 3

26.7K 1.8K 46
                                    

Pagi yang Brian impikan adalah bangun di siang hari saat tidak ada mata kuliah, namun itu semua hanya angan belakang setelah kedatangan Baby Al. Al sudah memonopoli waktu Brian, seperti saat ini Brian sudah tidak kuat menahan kantuknya, sudah dua jam ia mencoba menidurkan Al namun semua usahanya sia-sia. Brian frustasi karena Al masih bermain, terkadang ia juga menangis saat Brian mulai memejamkan matanya.

"Kau monster kecil yang menyebalkan! Ini masih jam 5 subuh dan kau terus saja mengoceh tidak jelas."

"Ngggg ... ngggg ... ngggg"

"Ayolah, sekarang kau tidur lagi," Brian membaringkan Al namun Al memekik tidak suka.

"Huwaaaa ... nggg."

"Arghhh ..." Brian mengacak rambutnya kasar ia merasa frustasi, tiba-tiba sebuah ide terlintas. Brian menggendong Al sambil menimangnya. Entah cara ini akan berhasil atau tidak ia tetap mencobanya dan setelah beberapa saat Al berhenti merengek, ia juga sesekali menguap dan tak lama Al memejamkan matanya kembali. Brian tertegun sesaat, ia pun tersenyum. Ternyata ia berbakat dalam mengurus anak.

"Aku pikir akan susah untuk membuatnya tertidur," gumam Brian.

Terlalu lama ia menimang Al, sampai-sampai Brian tidak menyadari akan kehadiran pasangan suami istri yang berdiri di depan pintu kamarnya. Jevan dan Pricilia bergegas ke kamar Brian saat mendengar Brian histeris. Pricilia takut jika anaknya itu akan melukai Al karena terlalu tertekan dengan keadaannya sekarang ternyata yang di khawatirkannya tidaklah terjadi, sepertinya Brian mulai menerima kehadiran Al walaupun belum sepenuhnya.

"Kau tidak sedang memikirkan cara untuk meleyapkan anak itu 'kan?" Suara bariton nan tegas itu tiba-tiba mengejutkan Brian.

"Dad/Mom? Sedang apa kalian di sini?" tanya Brian heran kenapa sepagi ini orang tuanya sudah bangun.

"Tentu saja memeriksa keadaan Anak itu, kalo-kalo kau sedang menyekapnya," balas Jevan, walaupun ia tahu jika putranya itu tidak mungkin melakukannya.

Brian berdecih, "Aku tidak setega itu, Dad."

"Tapi diliat dari kau menatapanya lama, kemungkinan itu bisa terjadi." Brian memutar bola matanya jengah, bisa-bisanya Jevan berpikir seperti itu.

"Sutt! Tenanglah kalian. Al bisa saja terbangun karena suara berisik kalian." Pricilia mengambil alih Al dari gendongan Brian. "Biarkan dia tidur dulu, nanti setelah dia bangun suruh maid memandikan Al."

"Terserah, Mom. Aku mau tidur lagi." Brian merebahkan dirinya diatas tempat tidur, saat ini ia perlu tidur karena habis begadang bersama monster kecil itu.

"Kau tidak kuliah hari ini?" tanya Pricilia.

"Gak Mom. Aku tidak memiliki jadwal hari ini."

"Baiklah, kau istirahat. Nanti sore temenin Mommy ke Mall membeli perlengkapan Al yang hampir habis dan pakaian Al. Sepertinya baju Al tidak sesuai dengan stylenya."

"Bukannya kemarin Mommy sudah banyak membeli?" tanya Brian heran.

"Mommy tidak suka dengan warna dan motifnya. Pokoknya Mommy gak mau tau kamu harus menemani Mommy. Titik!" Orang kaya mah bebas pikir Brian.

"Baiklah. Sekarang biarkan Brian tidur dulu." Brian menutup kepalanya menggunakan bantal dan tak beberapa lama ia pun terlelap.

Pricilia mengelenggkan kepalanya, lalu ia pun keluar membawa Al untuk tidur di kamarnya sendiri, diikuti Jevan.

"Sayang, sepertinya kalo Brian memiliki adik tidak jadi masalah," ucap Jevan sambil merangkul Pricilia.

"Kau mau anak kita lebih muda dari cucu kita? Adanya orang mengira itu anak Brian! Sudahlah, jangan mengada-ngada." Pricilia langsung pergi meninggalkan Jevan.

My Perfect Daddy [ Selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang