Happy Reading ~~
Baru seminggu Brian berada di Indonesia, sekarang dia harus pergi lagi ke Singapura untuk urusan pekerjaan. Sebenarnya ia enggan untuk pergi kesana, namun kondisi yang mengharuskan dirinya pergi.
"Papa, disana belapa lama?" tanya Al yang masih duduk di tempat tidur sambil memperhatikan Brian yang sedang memasukkan pakaiannya ke dalam koper.
"Papa cuma pergi seminggu. Nanti Al ke sekolah diantar sama Oma. Jangan nakal. Ok, Son?" ucap Brian walaupun ia tahu Al tidak mungkin berbuat nakal.
"Ok, Papa. Al bakalan jadi anak yang baik." Janji Al pada Brian. Memerankan sosok Ayah serta Ibu untuk Al sangatlah tidak mudah. Brian tahu Al sering merasa sedih saat melihat teman-temannya bermain bersama Ibu mereka.
"Nice. Al mau oleh-oleh apa?" tanya Brian basa basi walaupun semua kebutuhan Al sudah terpenuhi tapi Brian ingin membahagiakan putranya dengan cara apapun.
"Al gak mau apa-apa, Pa. Al sudah punya banyak mainan, Papa cepet pulang bial nanti kita pelgi jalan-jalan lagi." Brian tak menyangka jika anak usia lima tahun seperti Al hanya meminta hal sederhana seperti ini.
Brian menutup kopernya, lalu berjalan mendekat ke arah Al. "Jagoan, Papa. Ayo kita makan malam, Oma sudah masak yang enak untuk kita." Brian menggendong Al beranjak dari kamar menuju Ruang makan.
"Pa, Tante cantik yang waktu itu kasian. Dia dimalah-malahin sampe nangis. Itu Om Elga juga bentak-bentak Tante Cantik," ucap Al yang tiba-tiba teringat wanita yang ia temui tempo hari.
"Mungkin waktu itu Om Erga sama Tante lagi ada masalah. Jadi bukan urusan kita untuk ikut campur." Brian tidak mau jika Al ikut campur dalam masalah orang dewasa belum saatnya.
"Hmm. Gitu yah Pa?" tanya Al sambil menganggukan kepalanya paham.
"Iya. Nanti kalau di Sekolah Al gak boleh nakal, jangan suka usilin teman." Brian memperigatkan Al.
"Kalau nanti ada yang gangguin Al gimana, Pa? Masa Al diam aja." Al teringat dengan temannya, yang sering menganggu teman-teman lainnya.
"Kalau ada yang gangguin kan beda. Nanti Al marahin aja atau Al pukul aja," balas Brian membuat Al mendengus.
"Papa kok lajalin Al yang gak bagus sih. Nanti Al aduin ke Oma," ucap Al sambil mempout bibirnya.
"Tukang ngadu. Lagian mana ada yang mau gangguin anak Papa, muka Al galak gini kok."
"Oma, Papa nakal," pekik Al sambil turun dari gendongan Brian lalu berlari menuju Pricilia yang sedang menata makanan.
"Cucu Oma kenapa? Hmm?" tanya Pricilia sambil memangku Al.
"Itu Papa masa bilangin muka Al galak," adu Al pada Pricilia.
"Papa cuma bercanda, Sayang. Cucu Oma ganteng gini kok." Pricilia mengusap pipi Al.
"Iya Al memang ganteng kok," ucap Al bangga membuat Pricilia gemas.
"Masih gantengan Papa kali," ucap Brian bangga. Membuat Al menatap kesal pada Brian.
"Sudah, Al paling ganteng dari Papa. Ayo kita makan dulu," ajak Pricilia. Al duduk disamping Pricilia.
"Daddy belum pulang, Mom?"
"Belum, Daddy masih ada pertemuan dengan pihak LS Corp. Ceo-nya seorang wanita muda, cantik pula. Jarang ada Wanita yang menjabat sebagai Ceo." Priclia berucap riang saat menceritakan wanita itu.
"Memangnya Mommy sudah pernah bertemu dengannya?" tanya Brian penasaran.
"Pernah sekali. Saat jamuan makan malam," ucap Pricilia lalu ia menatap Brian dengan sendu. "Bri, apa kamu tidak berniat mencari Ibu baru untuk Al? Mommy pikir Al membutuhkan sosok Ibu walaupun selama ini kamu yang merawatnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy [ Selesai ]
Hayran Kurgu"Maafkan aku, Brian. Aku harus pergi tolong jaga anak kita dengan baik, sayangin dia. Sekali lagi maafkan aku." Sepucuk surat yang ditinggalkan oleh seseorang yang mengaku telah melahirkan bayi diduga adalah anak dari seorang pemuda tampan bernama B...