Happy reading ~~
Tangan Brian masih mengelus pipinya yang masih terasa panas, "Sialan tamparannya sakit juga." Ia tak menyangka jika ia akan dipermalukan oleh seorang gadis di tempat umum. Padahal Brian bisa saja membalas perbuatan orang itu tapi saat menatap mata coklatnya, ia seolah terhipnotis. Ia seperti pernah melihat mata itu, namun entah dimana.
Brian kembali ke toko dimana Pricilia berada.
"Astaga, sayang. Akhirnya kau kembali juga," pekik Pricilia saat melihat Brian datang bersama Baby Al."Jangan khawatir, Mom. Dia baik-baik saja." Brian menyakinkan Priclia, karena Brian tahu jika Pricilia sangat menyayangi Baby Al.
Setelah mencari keperluan Baby Al, mereka memutuskan untuk pulang. Pricilia memarahi Brian sepanjang perjalanan karena Brian tidak bisa menjaga Al. Brian yang mendengar sang ratu memarahinya hanya bisa diam, dia tidak ingin berdebat untuk saat ini, karena ia juga salah karena telah lalai.
Setelah sampai di rumah, Brian membaringkan tubuhnya di sofa. Rasanya hari ini benar-benar hari yang sangat melelahkan baginya. Baby Al yang datang bersama Maid, lalu meletakkan Baby Al disamping Brian. Baby Al menepuk-nepuk pipi Brian, sambil bergumam.
"Jangan mengangguku. Aku lelah mencarimu, kesana kemari." Brian menutup wajahnya dengan lengannya.
"Po ... po ... po ..."
"Ya ya terserah kau." Brian memejamkan matanya tanpa menghiraukan Al yang bermain disampingnya dan tak lama Brian terlelap.
'''
Jam sudah menunjukkan pukul 12.15 malam namun Al masih saja bermain dengan mainan barunya sedangkan Brian membuka ponselnya yang seharian ia matikan."Sayang, aku merindukan mu," Wanita satu.
"Honey apa malam ini kau sibuk? Bagaimana kalau kita pergi berkencan?" Wanita dua.
"Sayang, kapan kau datang ke Apartemenku?" Wanita ketiga.
Dan masih banyak lagi pesan-pesan yang masuk kedalam ponsel Brian. Brian tak merespon satu pun pesan dari para kekasihnya itu. Kejadian tadi sore masih membuatnya kesal, karena orang itu menamparnya. Wajah orang itu entah kenapa sangat familiar bagi Brian, tapi Brian tak bisa mengingatnya sama sekali.
"Dia nampak tak asing, tapi dimana aku pernah melihatnya?" Brian kembali mengingat wajah gadis tadi. Sepertinya ia pernah melihatnya sebelumnya.
Ditempat lain, seseorang menghampiri wanita yang tengah terbaring lemah diatas brangkar. Semakin hari tubuh orang itu semakin kurus, entah sudah berapa jarum yang sudah menembus kulit mulusnya itu.
"Kak, bagaimana kabarmu hari ini? Kau tidak mau melihat anakmu? Aku tidak sengaja bertemu dengan anakmu, dia sangat mengemaskan. Mata dan hidungnya sangat mirip denganmu," lirih orang itu. Sudah cukup penderitaan mereka, disaat mereka harus berpisah dengan keadaan sekarang ia harus melihat Kakaknya terbaring koma.
Saat ia kembali dari Jerman, ia segera mencari informasi tentang keberadaan Kakaknya dan yang ia dapatkan adalah jika saat ini Kakaknya sedang koma, dan keponakannya telah di berikan kepada orang lain. Ia sangat marah, dan ingin mengambil keponakannya namun Kakaknya perpesan agar tidak mengganggu kehidupan baru anaknya sebelum kecelakaan itu terjadi.
"Jangan khawatir, Kak. Aku akan tetap mengawasi malaikat kecil kita dan aku akan membuat perhitungan kepada orang-orang yang telah membuat Kakak seperti ini," tekad orang itu sambil mengenggam tangan Kakaknya erat.
○○○
Hari yang sial mungkin bagi Brian, pagi-pagi tadi Pricilia pergi keluar kota bersama Jevan. Lalu Pricilia melarang para Maid untuk membantu Brian menjaga Al selama mereka pergi. Jadi, dengan sangat terpaksa Brian membawa Baby Al bersamanya ke kampus.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Daddy [ Selesai ]
Fiksi Penggemar"Maafkan aku, Brian. Aku harus pergi tolong jaga anak kita dengan baik, sayangin dia. Sekali lagi maafkan aku." Sepucuk surat yang ditinggalkan oleh seseorang yang mengaku telah melahirkan bayi diduga adalah anak dari seorang pemuda tampan bernama B...