Page 7

5.7K 901 268
                                    

⚠️
[ Jangan ngintip doang ya, kuremas nanti! ]
🙏🏻

---

Jingyu masih berbalutkan busana rumah ketika datang memenuhi panggilan Sean di taman kota, tak jauh dari kediamannya berada.
Ia berlari tergesa-gesa, semakin dekat ia melihat, semakin nampak sebatang kayu di tangan Sean. Jingyu lalu menghentikan langkah dan memanggil dari kejauhan.
"Sean! Aku sampai!"

Sean menoleh lalu datang sambil mengayunkan kayu itu tinggi-tinggi.
"Bagaimana Yixian bisa tahu?" tanyanya selagi datang mendekat.

Namun meskipun merasa was-was, Jingyu tak mundur sedikit pun.

"Dia mengambil sesuatu dari ruanganku, itu adalah foto kehamilanmu. Lalu dia mengancamku untuk memberitahu segalanya dengan melukai dirinya sendiri, aku tidak punya pilihan," Jingyu menjelaskan.

"Kau---" Batang kayu itu diacungkan, detik itu juga Jingyu segera memejamkan mata. Namun ternyata, tak ada yang sampai padanya.

Sean membuang napas ke samping lalu menghempaskan batang kayu itu ke tanah. Ia benar-benar geram dengan sikap bebal Jingyu yang selalu mengabaikan peringatannya. Sean tahu jika Yixian memiliki banyak kesempatan bertemu dengan Jingyu, maka rahasia itu lama-lama akan bercelah. Karena sebenarnya, Sean telah mencium kecurigaan Yixian sejak lama.

"Sean," Jingyu mendekat lalu meraih tangan Sean, namun segera ditepis mentah.

"Kenapa kau berkata Yibo adalah pembunuh ayah kandungnya?" Sean bertanya sambil menanamkan tangan ke pinggang. "Kenapa kau tak bilang saja ayah kandungnya, Wang Yibo itu, yang mati? Apa kau perlu memperumit keadaan seperti ini?!"

"Tapi Wang Yibo masih hidup, dan selama dia ada, tak lama Yixian akan mengetahuinya sendiri. Aku tak bisa membantah itu, dia bahkan mendengar nama itu dari mulutmu sendiri."

"Kapan aku menyebut namanya di depan Yixian? Apa sekarang kau menyalahkanku?!"

"Bukan seperti itu. Apa kau tahu bahwa Wang Yibo sudah kembali? Kau melihat berita?" tanya Jingyu.

Sean menggelengkan kepala dengan kuat. "T-tidak tahu! Lagipula, memangnya aku perduli?! Dia mau kembali atau pergi menyelami Antartika, apakah aku harus perduli? Kau tahu betapa aku membencinya, jangan sebut namanya di depanku lagi!" amuknya dengan sedikit gelagapan.

Jingyu menghela napas lega. Ia memberanikan diri mendekat meski sadar tangan itu tak bisa ia raih. Kurang dari itu, bisa menatapnya dengan jarak sedekat ini sudah sangat ia syukuri.
"Ya, jangan mengingatnya lagi. Meskipun kau memiliki kesempatan untuk melihatnya, redam dan hancurkan itu. Sean, aku tak mau kau terluka," tuturnya sembari menatap lekat.

"Tapi terkadang, melupakan tak selalu menyembuhkan. Tak semua hal berlalu dan menghilang hanya dengan mengabaikan, ada hal yang memang harus dibayar. Bukankah begitu?" Sean menyinggung.

"Tidak," Jingyu menyentak. "Tidak untuk hal ini. Kumohon, jangan lakukan apapun. Jika pun kau ingin, biar aku yang melakukannya."

Sean tertawa hambar, ia menatap dengan tak habis pikir, kemudian teringat kilas masa remaja yang mereka habiskan bersama. "Kau benar-benar tak berubah sedikit pun."

Bahkan ketika baru saling mengenal, Jingyu selalu menerima kesialan dari perbuatan yang dilakukan Sean si murid nakal. Luar biasanya, ia bertahan hingga hari ini dengan tatapan dan perlakuan yang sama.

𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐃𝐀𝐃𝐃𝐘 [ 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭 ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang