Page 27

4.5K 683 178
                                    

[ Eps. 27 : Pengakuan ]


Absensinyaaaa ~~~
📋✔️

.
.
.
🕷️
🕸️

Selama Sean dan Yibo pergi ke Australia, Yixian mengundang Jizhun untuk menginap di rumahnya. Dua hari telah berlalu, Yixian mulai merindukan dua sosok tersayangnya itu.

"Kapan mereka akan pulang?" Yixian menatap ponselnya resah.

"Hey, kita punya tugas sekolah untuk dikumpulkan besok!" Jizhun membawa setumpuk buku lalu meletakannya di atas meja.

Yixian menghampiri dengan malas. Bahkan untuk bergerak saja tubuhnya terasa berat, tidak ada semangat.

"Kau merindukan Mamamu?"

"Ya."

Jizhun merangkul Yixian berusaha menghibur. "Kan ada aku?" godanya.

Yixian menatap malas lalu teringat sesuatu. "Tempo hari kau memberiku sebuah ide. Apa aku harus melancarkannya ketika mereka sudah kembali?"

"Bukankah kau sangat ingin menetapkan Dudu itu sebagai Ayahmu? Kau bahkan sudah mengambil marganya."

"Tapi Jizhun, ... Aku merasa bersalah pada Ayah kandungku. Jika ia tahu aku tak berusaha mencarinya lagi, dan meskipun ia telah tiada, apa ia akan kecewa padaku?" Yixian mendadak bimbang.

"Mamamu saja sudah tak memperdulikannya, kenapa kau tak ikuti saja sikapnya? Bukankah kau bilang yang terpenting adalah kondisi Mamamu? Biarkan saja yang lalu itu terlupakan." Jizhun memberi arahan.

Yixian memutar-mutar pensil di tangannya. Ia menimbang sekali lagi. Rasa penasarannya pada sosok sang Ayah kandung itu telah ia telan dalam-dalam, toh saat ini ia sudah punya calon penggantinya. Tetapi entah bagaimana, misteri itu terkadang muncul mengetuk ketenangannya.

"Apa kita sudah bisa mulai mengerjakan tugas?" Jizhun menyodorkan buku pada Yixian.

"Jizhun ..."

"Mn?"

"Bagaimana rasanya memiliki keluarga yang utuh?"

Jizhun menaruh pensilnya dan membalas pandangan Yixian. "Aku punya seorang Ibu, Ayah, dan Kakak. Aku bersyukur memiliki mereka. Tetapi Yixian, sebuah keluarga dengan formasi lengkap tak selalu menjamin kebahagiaan. Ayahku memiliki wanita simpanan, Kakakku jarang pulang. Aku selalu dituntut Ibuku untuk mendapat nilai terbaik, jika tidak, dia akan memukulku. Aku pernah melihat seorang anak pemulung yang tersenyum begitu ceria meski dia duduk di gerobak yang kotor. Bahagia itu bukan tentang kuantitas, tapi kualitas orang di dekatmu."

𝐋𝐎𝐎𝐊𝐈𝐍𝐆 𝐅𝐎𝐑 𝐃𝐀𝐃𝐃𝐘 [ 𝐓𝐚𝐦𝐚𝐭 ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang